Yogyakarta, LIPUTAN 9
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengajak generasi muda NU untuk terus dan tidak berhenti belajar tentang NU. Sebab, NU ini adalah kendaraan untuk satu perjuangan raksasa yang dari waktu ke waktu membutuhkan kekuatan semakin besar untuk menjalaninya.
Hal tersebut disampaikan saat memberikan sambutan pada Istighotsah Harlah Ke-101 NU di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Ahad (28/01/24).
“Saya mengajak seluruh generasi muda Nahdlatul Ulama, khususnya santri-santri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran ini, untuk tidak menunda-nunda belajar tentang Nahdlatul Ulama. Karena kalian semua pada saatnya nanti, adalah pemimpin-pemimpin Nahdlatul Ulama,” ujarnya.
Menurut Gus Yahya, belajar tentang NU harus dilanjutkan sampai seterusnya. Menjadi apa pun perannya dalam berkehidupan, belajar tentang NU tetap harus dilakukan. Sebab, ia melihat Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar sampai saat ini juga terus dan senantiasa belajar tentang NU, apalagi seperti dirinya yang hanya sebagai pengikut Kiai Miftachul Akhyar.
“Belajarlah tentang Nahdlatul Ulama sejak sekarang dan jangan berhenti belajar sampai kapan pun,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Gus Yahya mengajak untuk tak berhenti belajar tentang NU ini didasarkan pada pernyataan yang Rais ‘Aam PBNU 1981-1984 KH Ali Maksum yang menekankan untuk belajar mengenai NU.
“Ini sesuai dengan wasiat Kiai Ali Maksum ketika beliau mengatakan bahwa kita semua harus meneguhi, menekuni al-‘ilmu wat ta’allum bi Nahdlatil Ulama,” ucapnya.
Karena itu, Gus Yahya menegaskan bahwa belajar terus-menerus berarti tidak merasa pintar, apalagi merasa lebih pintar dari ulama sekaliber KH Miftachul Akhyar.
“Terus-menerus belajar berarti tidak keminter, apalagi gaya-gaya meminteri Rais Aam ini. Tidak ada maqam sama sekali di dalam perjuangan NU,” jelasnya.
Pada moomen Harlah tersebut, Gus Yaha juga menegaskan bahwa NU sejak didirikannya mendasarkan segala keputusannya berdasarkan pertimbangan syariat. Karenanya, dalam struktur NU, ada institusi syuriyah yang beranggotakan para ulama ahli syariat.
“Kepemimpinan NU adalah kepemimpinan syariat,” tegasnya.
Harlah Ke-101 NU dilaksanakan dengan sejumlah acara, antara lain Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Konferensi Besar NU di Hotel Melia, dan Puncak Harlah Ke-101 NU di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta sekaligus peresmian sekaligus pendirian College of Future Studies pada Rabu (31/01/24) besok.
Editor: Moh. Faisal Asadi
Sumber: NU Online