Pada tahun ini, KBRI Tunis menggelar perayaan HUT kemerdekaan RI ke-77 bersama WNI yang berada di seantero Tunisia yang jumlahnya sekitar 250 orang, sebagian besar para mahasiswa di Universitas Zaitunah. Sejak bulan Januari tiba di Tunisia, kegiatan yang melibatkan warga dalam jumlah besar berjalan normal seperti sebelum pandemi. Bahkan, warga Tunisia tidak lagi memakai masker.
Di Tunisia, kegiatan HUT RI ke-77 dimulai seminggu sebelum upacara pengibaran bendera Merah Putih pada tanggal 17 Agustus 2022 di Wisma Duta Besar RI, dengan menggelar perlombaan dan pertandingan yang diikuti oleh seluruh warga, termasuk anak-anak WNI. Kami melaksanakan pertandingan futsal, tenis meja, karaoke, dan play station. Senang sekali melihat antusiasme para WNI menyambut HUT kemerdekaan RI.
Dalam sambutan di hadapan para WNI, saya sampaikan bahwa kemerdekaan RI sebagai jembatan emas untuk mewujudkan cita-cita emas para pendiri bangsa, dan kita semua, warga bangsa. Saya selalu mengutip ungkapan Bung Karno dalam berbagai kesempatan dan kegiatan agar kita semua memahami makna kemerdekaan RI, sehingga kita tidak hanya sekadar merayakan, tetapi juga menjadikan momen HUT kemerdekaan RI sebagai momen kebangkitan, sebagaimana slogan HUT ke-77, Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat.
Kita sangat beruntung mempunyai sosok besar, Bung Karno. Sebagai kaum muda yang tumbuh dalam alam ideologis Bung Karno, saya mempunyai cermin sekaligus teladan dalam memahami filosofi dan spiritualitas keindonesiaan. Keistimewaan Bung Karno tidak hanya mempunyai gagasan besar, melainkan juga tindakan besar. Sebab itu, gaung Bung Karno terus menggema ke berbagai belahan dunia, khususnya Tunisia. Orang-orang Timur-Tengah menyebut Bung Karno dengan, Ahmad Sukarno. Bahkan, negara-negara Asia-Afrika memberi gelar, Pahlawan Kemerdekaan kepada Bung Karno.
Atas dasar itu pula, pada HUT kemerdekaan RI ke-77, saya tidak hanya merayakannya bersama para WNI saja, melainkan juga melakukan “diplomasi kemerdekaan RI” ke seantero warga Tunisia, dan warga se-Timur-Tengah. Saya memulai dengan menulis artikel berbahasa Arab di Harian al-Shabah, koran terbesar di Tunisia, Indonesia Jisrun Dhahabiyyun li al-Salam al-‘Alami. Indonesia sebagai Jembatan Emas bagi Perdamaian Dunia.
Harapan saya, artikel tersebut dapat dibaca oleh seluruh warga Arab, sehingga mereka dapat memahami, bahwa proklamasi kemerdekaan RI mempunyai makna yang sangat luas dan mendunia. Sejak tahun 50-an, pemikiran dan gagasan Bung Karno perihal pentingnya kemerdekaan dari penjajahan menggema dan menarik perhatian para pejuang kemerdekaan di berbagai belahan dunia, sehingga mereka ingin berjumpa Bung Karno dan belajar langsung bagaimana meraih kemerdekaan.
Habib Bourgaiba, Bapak Bangsa Tunisia, pada tahun 1951 menemui Bung Karno di Jakarta untuk belajar sekaligus mendapatkan dukungan penuh dari Indonesia bagi kemerdekaan Tunisia. Hebatnya, Bung Karno tidak hanya mendukung secara gagasan, tetapi lebih dari itu, membuka “Kantor Tunisia” di Jakarta pada tahun 1952, sekaligus mengibarkan bendera Tunisia. Sebab itu pula, Bourgaiba memberikan penghargaan kepada Bung Karno sebagai Mujahid. Pejuang kemerdekaan.
Kisah istimewa ini, saya dapatkan dalam koran-koran Tunisia peran sentral Bung Karno tersebut dicatat dengan tinta emas dan dijelaskan secara panjang lebar dalam buku karya seorang pejuang kemerdekaan dan diplomat ulung Tunisia, Rasyid Idris, Min Jakarta ila Carthage. Dari Jakarta menuju Carthage. Ia menjadi saksi mata peran sentral Indonesia dalam kemerdekaan Tunisia. Sebab itu, kemerdekaan RI pada tahun 1945 juga menjadi jembatan emas bagi kemerdekaan negara-negara terjajah.
Pada tahun 1955, Bung Karno menggelar konferensi Asia-Afrika yang mengangkat gagasan besar perihal pentingnya kemerdekaan dan visi geopolitik jalan ketiga, Non-Blok sebagai jalan baru bagi peradaban dunia. Dan sekali lagi, gagasan besar Bung Karno tersebut masih sangat relevan hingga sekarang ini di saat penjajahan masih berlangsung dengan jubah baru dan dunia terjebak pada bipolarisme dan unilateralisme.
Selain itu, diplomasi kemerdekaan RI juga mendapatkan sambutan hangat dari media-media Tunisia. Saat saya melemparkan gagasan tersebut, TV al-Wataniya sebagai jaringan televisi terbesar di Tunisia menyambut baik dan mengundang saya untuk membincangkan filosofi kemerdekaan RI pada ada acara prime time, Ahlan Tunis.
Begitu pula, sejumlah radio terkemuka di Tunisia juga sangat tertarik untuk membincangkan filosofi kemerdekaan RI, di antaranya: Mosaigue FM, Jawhara FM, dan Tunis FM. Istimewanya, dialog di Mosaigue FM menjadi perbincangan publik di seantero Tunisia, viral. Dalam sebuah pertemuan dengan para Duta Besar, ada seseorang yang bercerita, bahwa dialog Dubes RI untuk Tunisia di radio Mosaigue FM tentang peran Indonesia dalam memerdekakan negara-negara Asia-Afrika sangat menarik dan inspiratif. Ia bertutur, “salam saya pada Duta Besar Indonesia”. Padahal saya berada di hadapannya. Para Duta Besar negara-negara sahabat hanya tersenyum.
Saya jadi teringat pesan Presiden Jokowi yang selalu disampaikan kepada kita semua, bahwa saatnya kita berperan lebih besar untuk dunia, menyalurkan inspirasi dan gagasan besar, sebagaimana dulu dilakukan Bung Karno. Kita, tidak diragunakan, adalah negara besar, mempunyai gagasan besar dan kerja besar untuk mewujudkan perdamaian dunia. Presiden Jokowi sudah melakukan hal ini, dan pada gilirannya, sebagai Duta Besar RI untuk Tunisia, saya pun mulai melakukannya dengan keyakinan penuh, bahwa kita adalah negara besar.
Sekali lagi, pelan tapi pasti, kita bisa menjadikan momen kemerdekaan RI ke-77 sebagai infrastruktur diplomasi. Kita harus menggaungkan pentingnya kemerdekaan dunia dari penjajahan. Dunia harus aman, damai, adil dan makmur. Perang dan penjajahan harus diakhiri, dan saatnya perdamaian dunia diwujudkan bersama-sama. Dan saatnya kita memekikkan salam kemerdekaan, sebagaimana dulu diajarkan Bung Karno kepada kita semua. Merdekaaaaaaa!!!
Artikel ini dimuat juga di detikom dengan judul Diplomasi Kemerdekaan RI di Tunisia.
Oleh: Zuhairi Misrawi, Dubes RI untuk Tunisia