Banten, LIPUTAN 9 NEWS
Anak-anak negeri ini sudah merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang puluhan tahun silam, jangan lagi ada penjajahan atas nama apapun, itu amanat pembukaan UUD 45 dan seluruhnya wajib taat atas konstitusi negara.
Belakangan didapati seseorang yang diduga muhibbin Habaib mencium kaki seorang habib tanpa terlihat canggung, bahkan tanpa keraguan sedikitpun. Sepertinya sudah terbiasa dengan tradisi macam itu di kalangan mereka. Keistimewaan yang ingin diakui oleh anak negeri ini dengan cara dibuat-buat, bukan keistimewaan yang tumbuh secara alamiah berdasarkan ideologis dan sosiologis.
Menciumi kaki seorang habib itu bentuk belenggu dibalik kedok cinta ahlul bait, padahal pengertian ahlul bait itu yang dimaksud adalah istri-istri Nabi, Saidina Ali bin Abi Thalib, Sayidah Fathimah Az-Zahra, Saidina Hasan dan Saidina Husein, bukan mereka Habaib ini. Fakta sejarah Islam pun tidak ada seorang sahabat menciumi kaki Saidina Husein, kecuali jika itu Syi’ah.
Adapun cinta ahlul bait itu betul ada dalilnya, seperti hadits yang sudah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam hadits lainnya yakni.
وأخرج الامام أحمد و الطبراني و الحاكم أنه لما نزلت هذه الآية قالوا يا رسول الله من قرابتك هؤلاء الذين وجبت علينا مودتهم قال علي وفاطمة وابناهما
Rosulullah S.a.w sendiri menjelaskan ahli bait atau kerabatnya itu adalah Saidina Ali bin Abi Thalib, Sayidah Fatimah dan kedua anaknya (Saidina Hasan dan Husain).
Tetapi cinta ahli ahli bait dan atau ke itroh itu tidak sampai kepada pola perbudakan seperti belakangan ini dipertontonkan, meski bagi yang melakukan itu tidak terbebani, karena mungkin doktrin seorang habib atas muhibbinnya, dan kita tidak tahu seperti apa doktrinnya.
Sementara ajaran Islam memerdekakan manusia dari penjajahan manusia atas manusia lainnya, menyamaratakan manusia dengan tidak sama sekali membanggakan dan mengunggulkan bangsa Arab dari bangsa Ajami ( luar Arab ), atau membanggakan atas Ajami dari bangsa Arab. Yang membedakan kemuliaan satu dengan lainya hanya terletak pada ketakwaannya pada Tuhan yang maha perkasa.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى
Artinya: Wahai sekalian umat manusia, ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu satu (esa). Nenek moyangmu juga satu. Ketahuilah, tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa selain Arab (Ajam), dan tidak ada kelebihan bangsa lain (Ajam) terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah terhadap yang berkulit hitam, tidak ada kelebihan yang berkulit hitam dengan yang berkulit merah, kecuali dengan takwanya (HR. Ahmad).
Jadi tidak dibenarkan cium kaki di luar kedua orang tuannya, meskipun memuliakan dan menghormati guru kedudukannya hampir sama dengan kedua orang tuanya, tetapi untuk menciumi kaki seseorang meski itu guru, tidaklah dianjurkan, apalagi dijadikan standar kecintaan muhibbin atas habibnya.
Jika tidak ada anjuran untuk cium kaki seorang habib lalu untuk apa diteruskan, sadarlah bahwa kita bangsa merdeka, bangsa yang beradab, bangsa yang memiliki harga diri, bangsa yang punya tekad dan cita-cita, dan katakan pada dunia bahwa kita bangsa yang merdeka, merdeka untuk selama-lamanya.
KHM. Hamdan Suhaemi, Pengajar Pesantren Ashhabul Maimanah Sampang Susukan Tirtayasa Serang, Wakil Ketua PW GP Ansor Banten, Ketua PW Rijalul Ansor Banten, Sekretaris komisi Haub MUI Banten, Sekretaris Tsani Idaroh wustho Jam’iyah Ahlith Thoriqah Mu’tabaroh An-Nahdliyah Jatman Banten, Ketua FKUB Kab Serang, dan Anggota Dewan Pakar ICMI Provinsi Banten.