KH. Imam Jazuli, Lc. MA memang bukan tokoh politik dalam pengertian yang dipahami umum hari ini. Sebab, beliau bukan pengurus partai. Puncak karier beliau yang tertinggi, sebagaimana sering disampaikan, adalah menjadi guru ngaji alias guru kehidupan di Pesantren Bina Insan Mulia.
Tapi konsentrasi dan komitmennya pada persoalan kebangsaan, keumatan, dan pendidikan Islam telah melahirkan langkah-langkah strategis dan fundamental dalam politik. Orientasinya jelas: merebut kemenangan politik kekuasaan. Sebab dengan kekuasaan di tangan seseorang, gerakan dakwahnya menjadi powerful.
Karena itu, Pesantren Bina Insan Mulia menjadi pesantren pelopor dan satu-satunya yang membuka sekolah politik bagi para santri yang telah memiliki modal sosial dan material. Sekolah ini memberikan training secara gratis kepada seluruh calon legislator dari partai mana saja di seluruh Indonesia.
Tak sampai di situ. Dua tahun belakang, beliau secara total memberikan dukungan ideologis kepada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan alasan, tujuan, dan strategi yang sangat jelas dipaparkan di buku ini.
Kiai penggemar kaos oblong ini mengawali pendidikannya di Cirebon, di Pesantren Al-Islah Bobos (1989) dan Pesantren MTM: Majlis Tarbiyatul Mubtadiin Kempek (1992). Suami dari Hj. Malika Lulu, S.Psi., ini kemudian melanjutkan ke Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur (1995).
Setelah itu, beliau melanjutkakan ke Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir Fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah Filsafat (2000). Gelar masternya diperoleh dari Universitas Kebangsaan Malaysia Fakultas Human Science (2003). Beliau juga tercatat sebagai mahasiswa program doktoral (S3) di Universitas Malaya di Departement International Strategic Studies.
Sehari-hari, beliau adalah Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia 1 dan Pesantren Bina Insan Mulia 2 Cirebon. Bagi banyak kalangan, terutama bagi masyarakat pesantren dan pendidikan Islam, KH. Imam Jazuli, Lc., MA., dikenal sebagai kiai yang “without-the box-thinker”. Dari apa yang dilakukan, Kiai Imam Jazuli memang pemikir dan pejuang yang terobosannya melampaui arus mayoritas.
Setelah malang melintang di dunia bisnis dan aktif di organisasi NU tingkat nasional, beliau pulang kampung. Sang ayah KH. Anas Sirojuddin dang sang ibu Hj. Sukini Koniah sudah lama mendamba putranya ini pulang untuk meneruskan perjuangan di lembaga pendidikan.
Sebagai pemikir yang melampau batas, begitu sudah pulang bukan malah melanjutkan Pesantren Al-Ikhlas yang telah dirintis sang ayah sejak tahun 1942 itu. Justru yang dilakukan adalah mendekonstruksi. Pesantren Al-Ikhlas dibubarkan lalu didirikan pesantren baru bernama Pesantren Bina Insan Mulia.
Tak butuh waktu lama, Bina Insan Mulia yang dirintis tahun 2013 berkembang pesat. Berbagai jurus inovatif lahir dari pria kelahiran Tegal Koneng tahun 1976 ini. Bahkan di tahun 2021 telah berdiri Bina Insan Mulia 2 dengan layanan VIP. Minat masyarakat terhadap Pesantren Bina Insan Mulia 1 dan 2 terus meningkat.
Total santri Bina Insan Mulia sudah mendekati 4.000 orang dari berbagai kawasan Indonesia. Pesantren Bina Insan Mulia 1 melayani jenjang pendidikan SMP, SMK, dan MA Unggulan Bertaraf Internasional (MAUBI). Sedangkan untuk Pesantren Bina Insan Mulai 2 melayani jenjang pendidikan SMP dan SMA dengan standar internasional.
Di luar kepadatannya dalam mengasuh para guru dan santri-santri, beliau tetap aktif menulis artikel dan buku. Rata-rata dalam setahun, Kiai Imam Jazuli telah menulis lebih dari 150 artikel di media nasional, baik cetak maupun online, seperti Tribun, nuonline, Media Indonesia, Republika, dan lain-lain.
Isu nasional yang kerap menjadi perhatian beliau antara lain: pendidikan nasional secara umum, pendidikan Islam secara umum, kepesantrenan secara khusus, pemikiran keislaman, kebijakan publik, pembangunan SDM nasional, dan ke-timur-tengah-an.
Tak terkecuali juga dengan konten digital yang di-upload di medsos, baik di Youtube, FB, atau yang lain. Rata-rata setahun tak kurang dari 100 konten. Cakupannya sangat variatif. Ada kegiatan jalan-jalan, kegiatan sosial, hingga ke ceramah rutin di Bina Insan Mulia 1 dan Bina Insan Mulia 2.
Beliau juga aktif menulis buku sejak masih kuliah di Mesir dan Malaysia. Beberapa buku hasil karyanya telah terbit. Antara lain: Al-Quds Masalah Kita Bersama (1998), Pendidikan Karakter Bangsa dan Nasionalisme (2010), Kitab Kebajikan (2011), Mengenal Syariah, Ma’rifah, dan Hakikah (2011), Rahasia Mengubah Daun Menjadi Uang (2014), dan Ngaku NU Wajib Ber-PKB (2022).
Di bidang bisnis dan manajemen, semasa di Jakarta dan Malaysia, Kiai Jazuli menjadi CEO Global Overseas Education, sebuah perusahaan konsultan penempatan pelajar ke luar negeri, CEO Global Penerbit, CEO Global Training & Consultancy, sebuah perusahaan penyedia layanan training dan konsultasi organisasi. Beliau juga menjadi Dirut PT. Fikruna Center.
Di bidang keorganisasian, beliau aktif sejak di Mesir sebagai pengurus organisasi pelajar, partai politik, dan organisai keilmuan. Setelah pulang di Indonesia, beliau juga aktif di RMI (Robithotul Ma’ahid Al-Islamiyah) dan PBNU (Pengurus Besar Nahdhotul Ulama), Jakarta.
Kiai Jazuli juga menjadi penasehat banyak klub di Cirebon, Jawa Barat, dan Jakarta, antara lain: klub Harley Davidson, klub Mercy, klub Alphard, klub Range Rover, dan lain-lain.