• Latest
  • Trending
  • All
  • Politik
Imam Jazuli

Tasawuf dan Kontribusi Sosial Kaum Sufi

June 28, 2024
Pasar Lama Cikarang dibongkar

Tata Ulang Kawasan SGC, Pemkab Bekasi Relokasi PKL ke Area Pasar Cikarang

October 28, 2025
PNIB

Refleksi Hari Santri dan Sumpah Pemuda, PNIB: Bahaya Medsos dan Game Online sebagai Alat Propaganda 

October 28, 2025
Pagar Nusa

Pagar Nusa Apresiasi Polri atas Kinerja Berantas Narkoba

October 28, 2025
Wali Kekasih Allah

Ciri Wali (Kekasih) Allah: Tidak ada Rasa Takut dan Larut dalam Kesedihan

October 28, 2025
Kemendikbud Siapkan 150 Ribu Beasiswa untuk Guru yang Belum S1/D4

Kemendikbud Siapkan 150 Ribu Beasiswa untuk Guru yang Belum S1/D4

October 27, 2025
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti

Program Wajib Belajar 13 Tahun pada 2026, PIP untuk TK dan Insentif Guru Dinaikkan

October 27, 2025
MUI

MUI Sentil Tampilnya Biduan dalam Peresmian Masjid di Jawa Tengah

October 27, 2025
Peringati Hari Santri 2025, PWNU DKI Jakarta Ajak Perkuat Nilai-nilai Kejujuran

Peringati Hari Santri 2025, PWNU DKI Jakarta Ajak Perkuat Nilai-nilai Kejujuran

October 27, 2025
Ratusan Juta Uang Rakyat Diduga Disalahgunakan: Proyek Drainase U-Ditch di Sukajaya Asal Jadi, Jalan Licin Membahayakan Warga

Ratusan Juta Uang Rakyat Diduga Disalahgunakan: Proyek Drainase U-Ditch di Sukajaya Asal Jadi, Jalan Licin Membahayakan Warga

October 27, 2025
Melda Safitri

The Ultimate Life Perspektif Islam 

October 26, 2025
  • Iklan
  • Kontak
  • Legalitas
  • Media Sembilan Nusantara
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Tentang
Tuesday, October 28, 2025
  • Login
Liputan9 Sembilan
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
Liputan9 Sembilan
No Result
View All Result
Home Dunia Islam Tasawuf

Tasawuf dan Kontribusi Sosial Kaum Sufi

Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc., MA.

liputan9news by liputan9news
June 28, 2024
in Tasawuf
A A
1
Imam Jazuli

KH. Imam Jazuli, Lc. MA. Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015./Foto: Imanjazuli.com

498
SHARES
1.4k
VIEWS

Cirebon, LIPUTAN 9 NEWS

“Kaum Sufi itu sendiri bagaikan seorang dokter dan tabib, yang mengobati dirinya sendiri dengan harapan bisa bermanfaat bagi rang lain. Karenanya, kaum sufi menyayangi dirinya sama seperti menyayangi orang lain. Sufi menyingkap aibnya sendiri untuk bisa mengobatinya dan mengobati aib orang lain. Sufi tidak hanya mencintai orang-orang sesama pengikuat tarekat, tetapi seluruh umat manusia tanpa kecuali.” (KH. Imam Jazuli)

Tasawuf bukan wacana teologis semata, tetapi juga wacana kemanusiaan. Manusia hidup tidak hanya mempersiapkan kehidupan kelak di akhirat, tetapi juga tentang bagaimana menata kehidupan duniawi agar sejalan dengan nilai-nilai Islami. Kehidupan dunia bila tidak ditata dengan baik dan sesuai nilai-nilai Islam, ia akan merugikan manusia di akhirat nanti. Kaum Sufi berdakwah dengan mengobati sisi-sisi kehidupan manusia yang sakit ini.

Cara kaum sufi mengobati masyarakat adalah dengan memberikan contoh diri mereka sendiri. Ini yang disebut dakwah bil hal. Dakwah dengan tindakan. Imam Junaid al-Baghdadi, figur utama kaum Ahlus Sunnah wal Jama’ah, pernah mengatakan: kita tidak belajar tasawuf dari katanya dan katanya. Tetapi, kita menggalinya dari rasa lapar, meninggalkan kecintaan pada dunia, serta mengabaikan keperluan-keperluan lain yang sia-sia.

BeritaTerkait:

Ciri Wali (Kekasih) Allah: Tidak ada Rasa Takut dan Larut dalam Kesedihan

Khutbah Jumat: Krisis Lingkungan dan Tanggung Jawab Sosial Muslim

Kiai Agus Salim: Stop Merasa Hebat, Ini Cara Tarekat Bersihkan Hati dan Meringankan Beban Jantung

JATMAN dan Universitas Uzbekistan Teken MoU Kembangkan Pendidikan Tasawuf

Dalam kitab ar-Risalah al-Qusyairiah (Kairo: Mathba’ah al-Halabi, 1959: 20), ada banyak keterangan tentang peran sosial kaum sufi dan ajaran tasawufnya. Abu Hasan an-Nuri, misalnya, mengatakan bahwa tasawuf bukan semata-mata teks-teks dan ilmu pengetahuan rasional melainkan tentang akhlak. Tasawuf adalah sais kita dalam mengarungi samudera kehidupan. Dengan ilmu tasawuf, tatanan sosial umat muslim diarahkan untuk berlabuh di dermaga ilahiah dengan selamat.

Selanjutny ada Imam al-Ghazali yang mengatakan, kaum sufi itu mengobati jiwa-jiwa manusia dan mengajarkan penyembuhan penyakit-penyakit akhirat. Atau seperti ungkapan al-Muhasibi dalam kitabnya yang berjudul al-Mahabbah, mata hati para sufi disinari hikmah-hikmah ilahiah, mereka menuju ke tempat-tempat yang ditumbuhi ramuan-ramuan penyembuh. Allah mengajari mereka bagaimana cara obat bekerja, lalu mereka pun mulai dengan menyembuhkan hati mereka. Setelah itu, Allah memerintahkan mereka untuk menyembuhkan hati orang-orang yang berduka dan menderita.

Kaum Sufi itu sendiri bagaikan seorang dokter dan tabib, yang mengobati dirinya sendiri dengan harapan bisa bermanfaat bagi rang lain. Karenanya, kaum sufi menyayangi dirinya sama seperti menyayangi orang lain. Sufi menyingkap aibnya sendiri untuk bisa mengobatinya dan mengobati aib orang lain. Sufi tidak hanya mencintai orang-orang sesama pengikuat tarekat, tetapi seluruh umat manusia tanpa kecuali.

Untuk bisa mencintai manusia tanpa pandang bulu, kaum Sufi menenggelamkan dirinya ke dalam lautan cinta ilahiah, supaya mereka kelak bisa memberikan syafaat kepada orang lain di hadapan Tuhan. Tenggelam dalam cinta ilahiah mendorong mereka mencintai seluruh umat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tidak ada kebencian pada manusia lain sedikitpun, sekalipun kaum sufi harus menanggung hujatan dan kebencian dari mereka.

Kita bisa melihat kisah dari Louis Massignon dalam bukunya berjudul The Passion of Al-Hallaj, Mystic and Martyr of Islam (Paris, 1922). Massignon menggambarkan penderitaan Abu Manshur al-Hallaj (w. 922), yang sedang digantung di atas tiang gantungan. Sahabat al-Hallaj bertanya: apa itu tasawuf? Al-Hallaj menjawab: tasawuf adalah apa yang sedang kalian saksikan.

Artinya, bagi Sang Martir, Al-Hallaj, mati syahid di jalan Allah adalah tujuan hidup seorang Sufi. Tidak pantas bagi seorang sufi untuk gentar menghadapi kematian, jika itu memang risiko menyampaikan kebenaran ajaran Allah. Namun, pada saat yang sama, risiko kematian itu dihadapi dengan bahagia, tulus nan ikhlas, tanpa disertai kebencian terhadap orang-orang yang menimpakan penderitaan itu.

Kisah lain kecintaan al-Hallaj kepada manusia adalah saat ia mengerjakan ibadah haji dan mengerjakan wukuf di Arafah. Saat itu, orang-orang berdoa kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa keluarga dan sanak kerabatnya. Tetapi, al-Hallaj berdoa kepada Allah agar mengabulkan seluruh hajat umat Islam tanpa kecuali. Al-Hallaj tidak berdoa untuk dirinya sendiri.

Kecintaan al-Hallaj kepada seluruh umat muslim adalah lazim di kalangan para Sufi. Kita bisa melihat kecintaan yang sama dalam puisi Syeikh Abkar Muhyiddin Ibnu Arabi (w. 1240) berikut ini: “hatiku dapat menerima aneka bentuk; ia arena gembala kijang, juga biara para pendeta; rumah bagi berhala; kab’ab bagi yang tawaf. Ia lembaran-lembaran taurat dan mushaf Qur’an. Aku menganut agama cinta, kemana ia mengarah, cinta adalah agamaku. Dia adalah imamku.”

Dari sana kemudian, Ibnu Sab’in (w. 1271) mengucapkan salam kepada orang-orang mukmin maupun kafir tanpa pandang bulu. Salam sejahtera dari seorang sufi kepada muslim dan non-muslim. Dari sana juga, kita bisa melihat bahwa di tangan para Sufi, Islam tampil dengan wajah yang humanis. Sebelum ideologi Humanisme diperkenalkan oleh Barat sejak Revolusi Perancis (1789–1799), Islam jauh lebih awal bicara humanisme. Kaum Sufi adalah Humanis Sejati.

Kita akan tampak seperti intelektual kesiangan bila terlalu mengagumi Barat, dan melupakan warisan Islam dari Para Sufi. Sebab, mereka lebih awal mengajarkan cara beragama yang humanis, lebih mengedepankan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri, lebih mendoakan terkabulnya hajat orang lain dari pada hajat diri sendiri.

Islam Humanis semacam ini menjadi kebutuhan mendasar umat yang hidup di abad 21. Sebab, kehidupan sosial keagamaan Islam abad 21 ini dihantui oleh fundamentalisme, radikalisme, dan konflik yang menodai wajah Islam.

Tokoh-tokoh agamawan sering menampilkan wajah Islam yang bengis, emosional, dan mudah menyulut permusuhan; bukan saja dengan non-muslim, tetapi juga menyerang dan membenci sesama umat muslim, terutama yang tidak segolongan dengan mereka.

Semua perilaku semacam itu di atas sangat jauh dari nilai-nilai Islam Sufistik yang Humanis, yang menjadi dasar bangunan tatanan sosial umat muslim sejak awal.

KH. Imam Jazuli, Lc. MA, Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Tags: Imam JazuliKaum SufiKontribusiSosialTasawuf
Share199Tweet125SendShare
liputan9news

liputan9news

Media Sembilan Nusantara Portal berita online yang religius, aktual, akurat, jujur, seimbang dan terpercaya

BeritaTerkait

Wali Kekasih Allah
Tasawuf

Ciri Wali (Kekasih) Allah: Tidak ada Rasa Takut dan Larut dalam Kesedihan

by liputan9news
October 28, 2025
0

JAKARTA | LIPUTAN9NEWS Ketakutan dan kesedihan adalah kondisi kejiwaan yang wajar dimiliki oleh setiap manusia, bahkan oleh kalangan Nabi sekalipun....

Read more
Ilustrasi Lingkungan (Foto: Mongobay)

Khutbah Jumat: Krisis Lingkungan dan Tanggung Jawab Sosial Muslim

October 10, 2025
KH Agus Salim HS

Kiai Agus Salim: Stop Merasa Hebat, Ini Cara Tarekat Bersihkan Hati dan Meringankan Beban Jantung

October 7, 2025
JATMAN menandatangani nota kesepahaman strategis dengan Universitas Teknik Negeri Bukhara (BSTU) Republik Uzbekistan dalam bidang pendidikan, pengembangan spiritual, serta pemahaman antarbudaya.(Foto: Dok. JATMAN)

JATMAN dan Universitas Uzbekistan Teken MoU Kembangkan Pendidikan Tasawuf

October 6, 2025
Load More

Comments 1

  1. Pingback: Manhaj Tarbiyah Kaum Sufi: dari Takhalli, Tahalli, hingga Tajalli - Liputan 9

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gus Yahya

PBNU Respon Rais Am JATMAN yang telah Demisioner dan Teken Sendirian Surat Perpanjangan Kepengurusan

November 26, 2024
Akhmad Said Asrori

Bentuk Badan Hukum Sendiri, PBNU: JATMAN Ingin Keluar Sebagai Banom NU

December 26, 2024
Jatman

Jatman Dibekukan Forum Mursyidin Indonesia (FMI) Dorong PBNU Segera Gelar Muktamar

November 22, 2024
Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

2463
KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

757
KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

141
Pasar Lama Cikarang dibongkar

Tata Ulang Kawasan SGC, Pemkab Bekasi Relokasi PKL ke Area Pasar Cikarang

October 28, 2025
PNIB

Refleksi Hari Santri dan Sumpah Pemuda, PNIB: Bahaya Medsos dan Game Online sebagai Alat Propaganda 

October 28, 2025
Pagar Nusa

Pagar Nusa Apresiasi Polri atas Kinerja Berantas Narkoba

October 28, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Media Sembilan Nusantara

Copyright © 2024 Liputan9news.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Wisata-Travel
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Dunia Islam
    • Filantropi
    • Amaliah NU
    • Al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Muallaf
    • Sejarah
    • Ngaji Kitab
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Seputar Haji
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Pendidikan
    • Sejarah
    • Buku
    • Tokoh
    • Seni Budaya

Copyright © 2024 Liputan9news.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In