Jakarta, LIPUTAN 9 NEWS
Republika mula-mula memberitakan tentang adanya warga atau para pemuda NU yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Republika menyebutnya ada intelektual muda nahdliyin diam-diam berkunjung ke negara pendudukan Israel.
Kemudian, dalam foto yang diterima republika menjukkan para pemuda NU bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Tidak diketahui secara persis kapan kunjungan para pemuda Nahdliyin tersebut. Informasi yang diperoleh dari Republika Ahad (14/07/24), mereka berada di Israel selama pekan lalu.
Dalam pantaun Liputan9news, di dalam foto tersebut dikenali sebagai sosok Zainul Maarif. Akun Facebook dengan nama Zen Maarif tersebut sempat memposting tangapan terkait keberadaanya di Israel.
“Saya bukan demonstran, melainkan filsuf-agamawan. Alih-alih demonstrasi di jalanan dan pemboikotan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan,” tulis Zen Maarif.
“Terkait konflik antara Hamas-Israel, dan relasi Indonesia-Israel, saya bersama rombongan berdialog langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog (yang duduk dengan dasi biru) di istana Sang Presiden. Semoga hasil terbaik yang dianugerahkan untuk kita semua,” lanjutnya.
Zen Maarif dalam postingan terbarunya mengatakan akan mengklarifikasi tentang kunjungannya ke Israel-Palestina.
“Untuk mengklarifikasi “berita liar” yang beredar tentang saya dkk. ke Israel-Palestina, saya sudah menulis artikel dan mengirimkannya ke media massa besar. Semoga segera dipublikasikan. Tunggu saja sambil santai tanpa emosi!,” katanya.
Sementara, Warga NU lainnya yang juga ikut serta bertemu Presiden Israel adalah Sukron Makmun. Sukron disinyalir adalah aktivis NU di PWNU Provinsi Banten. Layaknya Zen, Sukron juga update status yang isinya, Kata sahabat ku, “dalam pergaulan internasional, itu berlaku satu pola: If you know, you know. If you don’t know, you don’t know.”
“So, kalau masih ada orang yang belum bisa berpikir lebih luas, dan jauh, ya tinggalkan saja. Wasting time. Istilahe “gak nyandak” dipaksakan pun “gak bakal sampai”. Memang shallow minded itu ya literally: katak dalam tempurung. Kayak telo setengah mateng, dibuang sayang, dimakan bikin mules,” tulis Sukron.
Selanjutnya, Sukron mengatakan “Ironi juga, ketika ada orang yang “merasa” dalam lingkaran elit, tapi berpikirnya tetap alit (baca: kerdil). Ya, kalau dia elit, harusnya berpikiran elit juga, bukan malah kayak mereka yang awam dan alit itu. Dan pastinya ke mana-mana juga diajak oleh para elit, bersama sama merumuskan maslahat kaum “alit” yang mustad’afin, tapi kenyataannya kan tidak. la ditinggal begitu saja…sehingga hanya mampu berpolemik, lempar handuk sana-sini,” ujarnya.
“Orang yang sudah malang melintang, merasakan manis-pahit-asinnya dunia diplomasi, karuan saja mendukung. Ya karena ia paham betul strategi diplomasi, bagaimana mekanisme jaringan elite para punggawa itu bekerja. Bukan hitam-putih, melihat sesuatu dengan kaca mata kuda,” punkas Sukron dalam statusnya.
Apakah pertemuan ini berkaitan dengan PBNU? sampai saat ini belum ada tanggapan resmi dari PBNU. Ada, tanggapan pribadi-pribadi pengurus PBNU sepaerti Savic Ali dan Gus Fahrur. (ASR)