Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Bayangkan anda mempunyai suatu kesalahan pada kedua orang tua anda. Belum sempat memohon ampun, keduanya telah meninggalkan anda alias pergi menghadap yang Maha kuasa. Dalam kondisi seperti ini, anda pastinya akan hidup berdampingan dengan rasa bersalah yang akan terus menghantui diri anda. Jika emosi rasa bersalah ini tidak segera dicarikan solusi, maka besar kemungkinan hidup anda akan terpuruk di hampir semua lini. Mental, fisikal serta finansial.
Loh, kok?
Analisanya sederhana. Secara psikologis anda akan hidup di level kesadaran yang rendah. Yakni hidup dengan kesadaran dominan rasa bersalah. Padahal dalam peta kesadaran yang dirumuskan oleh David R Hawkins, dalam bukunya yang berjudul Power VS Force , rasa bersalah ada di frekuensi yang termasuk paling rendah, dengan skor energi 30
Buku “Power Vs Force” karya Prof Dr. David R Hawkins itu telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 26 bahasa di dunia. Tidak ketinggalan bahasa Indonesia. Buku tersebut mendapat tanggapan publik yang luas dan dianggap sebagai fajar baru bagi studi mengenai upaya pencapaian kesadaran (consciousness) manusia.
Dalam skala kesadaran yang dibuat oleh David R Hawkins, orang yang hidup dengan pendaman rasa bersalah hanya memiliki energi 30. Emosi yang sering muncul dari orang semacam ini adalah menyalahkan. Apapun yang menimpa dirinya, orang seperti ini akan cenderung menyalahkan. Ia bisa menyalahkan orang lain, keadaan, nasib, Tuhan atau menyalahkan dirinya sendiri. Padahal respon menyalahkan itu sebenarnya adalah cerminan dari pendaman rasa bersalah yang terpendam jauh di kedalaman hatinya.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh orang yang menyimpan rasa bersalah? Tentu saja dia harus merelease atau melepaskan emosi itu agar tidak menghalangi perkembangan dirinya. Nah, dalam konteks ini, berziarah kubur dan mendoakan kedua orang tua bisa menjadi salah satu langkah efektif yang bisa ditempuh.
Anda tidak perlu repot-repot mencari tahu, apakah doa yang anda kirimkan sampai pada sasaran atau tidak, atau apakah arwah kedua orang tua anda menyaksikan anda mau hadir dan berziarah ke makam mereka atau tidak. Soal itu sudah ada panitia yang mengurusnya. Sebab yang harus Anda lakukan adalah berdamai dan melepaskan rasa bersalah anda.
Setelah berziarah kubur untuk meminta maaf dan mengirim doa pada orang tua anda, maka akan ada perasaan lega mengalir ke dalam diri anda. Itu merupakan salah satu sinyal proses pelepasan emosi rasa bersalah anda sedang berlangsung. Jika pendaman rasa bersalah ini sudah terelease atau terlepaskan, energi anda akan meningkat. Selama ini sebagian besar energi anda secara tidak sadar anda gunakan untuk menekan pendaman atau sumbatan emosi ini (rasa bersalah). Maka di saat ini pendaman emosi ini mencair, otomatis aliran energi anda kembali normal. BERSAMBUNG
Ahmad Rofiq, penulis buku Jagat Kiai Gresik: Nuansa Islam Nusantara, Tarekat Sang Kiai: Biografi KH Abdul Aziz Masyhuri, Pengurus LTN NU Kabupaten Gresik, Komisi Dakwah MUI Kabupaten Gresik