Bondowoso | LIPUTAN9NEWS
Diujung timur kota Bondowoso yang berbatasan langsung dengan kota Situbondo ada sebuah kampung kecil nama Prajekan Lor. Disana ada pasangan suami isteri yang menjalani kehidupannya dengan bahagia dan penuh ketaatan kepada Tuhannya namanya Kyai Abdul Karim dan isteri tercintanya yang mendampingi hidupnya dengan setia ibu nyai Saha.
Keduanya dikarunia empat orang anak, tiga laki laki dan satu perempuan namanya, Saha, Bura’i, H. Syamsul Mu’arif dan Sadriyan. Keempatnya dididik dengan kedisiplinan tinggi dan suplai ilmu agama yang baik, bahkan salah satu diantara keempatnya yaitu H. Syamsul Mu’arif dan Sadriyan dikirim kepondok pesantren An-Nuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura untuk mengenyam ilmu pendidikan agama Islam .
Betul. Sepulangnya dari pondok pesantren, keduanya memiliki skill baca kitab kuning yang memadai. Konon, masa kecil KH. Ma’shum Dimyati seorang ulama terkemuka pada waktu itu sebelum melakukan rihlah ilmiahnya di negeri Fir’aun Universitas Islam tertua al-Azhar al-Syarif hingga mendapat gelar P. hD. mengaji kitab kuning Bidayatul Hidayat kepada keduanya di pondok pesantren Nurul Kawakib yang didirikan oleh ayahandanya Kyai Abdul Karim satu satunya pondok pesantren tertua di Prajekan.
Menurut informan inti bapak Ahmad Karimullah, S. Ag. salah satu cucu dari keduanya menyampaikan kepada saya bahwa KH. Abdul Karim itu bersahabat baik dan erat dengan tokoh legendaris Prajekan Kyai Atmari yang populer dengan sebutan Kyai Mas. Menurutnya, kyai Mas itu kerapkali melakukan silaturahim dan mengunjungi kediaman dan dalam Kyai Abdul Karim di pondok pesantren Nurul Kawakib dengan mengendarai kuda dalam rangka diskusi keagamaan dan sharing kemerdekaan republik Indonesia.
Alaa kulli hal, masing masing keempat anak kyai Abdul Karim tersebut sama sama dikarunia anak. Putera sulung dari kyai Abdul Karim yang bernama Saha dikarunia enam orang anak empat laki laki dan dua perempuan. Namanya, Satina, Musyfar, Zubair, Suki, Hj. Khodijah (Hawiyah) dan bungsunya H. Muhammad Shalih.
Sedangkan putri kedua Kyai Abdul Karim yang bernama Bura’i hanya dikarunia anak tunggal yang bernama Siti yang saat itu berdomisili di desa Prajekan Lor Prajekan Bondowoso. Sementara putera ketiga dari kyai Abdul Karim yang bernama H. Syamsul Mu’arif dikarunia dua orang anak laki laki yang bernama Anwari dan Bashori. Terakhir putera bungsu dari kyai Abdul Karim yang bernama Sadriyan dikarunia dua anak laki laki yang bernama Santawi atau H. Abdullah Basuki tinggal di kota Lumajang dan Soebari juga tinggal dikota Lumajang dimana keduanya saat ini sama sama meninggal dunia.
So, Anwari putera pertama dari H. Syamsul Mu’arif dikaruniai empat orang anak tiga perempuan dan satu laki laki namanya Hj. Badriyah, Khoiriyah, Ahmad Karimullah dan terakhir Sunaimah. Ahmad Karimullah ini diangkat menjadi pegawai negeri sipil yang ditugaskan menjadi guru agama sekolah dasar negeri yang baru pensiun tahun kemarin yang banyak memberikan data dan informasi tentang kepahlawanan kyai Santawi Sang Martir Agresor Belanda tahun 1948 silam.
Ini penting untuk dituangkan dalam bentuk tulisan, agar generasi masa depan bisa mengetahui jejak perjuangannya dalam melawan penjajah Belanda.
Salam perjuangan. Prajekan, 10 Januari 2025
Dr. KH. Muhammad Saeful Kurniawan, MA, Penulis buku Desain Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Teori dan Praktik Penelitian