Gresik | LIPUTAN9NEWS
Ada amal sederhana namun efeknya sungguh luar biasa. Terlebih untuk memancing keberkahan atau Rahmat dari Allah SWT. Hal ini diungkapkan oleh seorang ulama besar yang juga gurunya Imam Syafi’i, yakni Imam Sufyan bin Uyainah. Beliaulah yang mengatakan, saat mengingat orang Sholih dan jasa-jasanya Rahmat Allah SWT akan turun.
Pernyataan ini sungguh sangat ilmiah. Terlebih bagi mereka yang mendalami ilmu fisika kuantum. Sederhananya, energi akan mengalir saat perhatian kita berikan, baik pada seseorang, sesuatu atau apa saja. Sebab perhatian yang kita berikan pada sesuatu akan mengubah partikel sesuatu tersebut. Air misalnya, akan berubah elemen terkecilnya selaras dengan perhatian yang kita berikan pada air tersebut. Saat kita berterima kasih kepada segelas air, atau kita melantunkan doa yang kita fokuskan pada air itu maka bentuk kristal air tersebut akan berubah jadi indah.
Sebaliknya, air, makanan atau yang lainnya saat kita aliri dengan energi negatif, misalnya kita umpat, kita kata katai dengan kalimat buruk maka air tersebut polanya akan rusak. Bila air semacam ini dikonsumsi bisa menyebabkan energi di dalam tubuh peminumnya jadi tidak selaras. Ini semua berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Profesor Emoto Masaru, jepang. Lebih detailnya silahkan baca buku The true Power of Water.
Singkat kata, perhatian yang kita berikan adalah sebuah jembatan. Perhatian adalah pipa yang mana menjadi tempat untuk mengalir nya energi dari kedua belah pihak. Yang memperhatikan maupun yang diperhatikan.
Dari sini kita bisa memahami, kenapa ada ungkapan memandang wajah orang alim adalah ibadah, berkumpul dengan orang Sholih adalah salah satu obatnya hati, dan ungkapan senada lainnya. Karena hanya dengan memperhatikan saja -tanpa harus mikir – akan terjadi sebuah pertukaran energi energy transfering di antara keduanya.
Kita lantas bisa memahami pula secara ilmiah, kenapa menggunjing orang dengan suatu keburukan dilarang dalam agama. Bahkan termasuk dosa besar, minal kabair. Karena dengan menggunjing seseorang, Anda sedang memasang sebuah pipa yang akan mengalirkan energi antara anda dengan orang yang Anda gunjing. Energi positif Anda akan mengalir pada orang tersebut, sedangkan energi negatif orang tersebut akan mengalir pada diri Anda.
Pemahaman model seperti ini relatif sulit dicerna orang awam. Maka agama menurunkan tingkat kesulitan cernaan tersebut dengan penjelasan sederhana. Misalnya, saat kamu ghibah seseorang maka pahalamu otomatis akan diberikan pada orang itu dan dosa orang itu akan diberikan padamu. Begitu pula sebaliknya, saat kamu mengingat dan mengarahkan perhatian pada seseorang yang solih serta kebaikan-kebaikannya, otomatis kamu akan mendapatkan aliran energi positif dari sosok yang sedang Anda kenang itu.
Mengadakan maulid adalah mengingat dan mengenang perjuangan Baginda Nabi Saw, rajanya orang Sholih. Nabi Muhammad Saw bisa dikatakan sebagai pusat energi positif serta berbagai kebaikan. Dengan mengingat dan mengenang Baginda Nabi, kita sedang memasang pipa perhatian yang menghubungkan antara diri kita dan Baginda Nabi. Sehingga lewat pipa inilah kita akan memperoleh aliran energi positif dari sosok mulia yang sedang kita perhatikan tersebut. Limpahan energi positif inilah yang dalam bahasa agama disebut sebagai limpahan keberkahan.
Seseorang yang yang energi positifnya lebih dominan dibanding energi negatifnya maka ia akan relatif lebih stabil secara psikologis. Ada ketenangan serta ketentraman yang ia rasakan. Hal itu sebagai salah satu konsekuensi dari aliran energi positif yang dia dapatkan setelah mengadakan atau mengikuti kegiatan maulid. BERSAMBUNG
Ahmad Rofiq, penulis buku Jagat Kiai Gresik: Nuansa Islam Nusantara, Tarekat Sang Kiai: Biografi KH Abdul Aziz Masyhuri, Pengurus LTN NU Kabupaten Gresik, Komisi Dakwah MUI Kabupaten Gresik