Jakarta, Liputan9.id – Berawal dari pertanyaan siapa sebenarnya Syaikh Yusuf Sambilawaeni ini yang sejarahnya tercatat sebagai guru dari Syaikh Nawawi al-Bantani, nama nisbat Sambilawaeni yang dituturkan itu adalah nama kampung di dekat Tersaba, jarak dari jalan raya Tanara itu sekitar 2 Km, orang Tanara menyebutnya kampung Sambilawang. Bahkan di kampung tersebut ada maqbaroh yang tertulis di nisannya ” Syekh Yusuf “.
Seiring waktu, saya belum puas soal siapa Syaikh Yusuf ini, karena agak janggal ketika Syaikh Yusuf dibilang orang Tanara, dan tinggal di kampung Sambilawang. Maka penyebutan Yusuf Sambilawaeni itu dikaitkan maqbaroh nya di Sambilawang Tersaba Tanara. Padahal dari informasi yang beredar bahwa Sambilawang itu bukan di Tersaba Tanara, tetapi berada di Purwakarta, Jawa Barat. Nama Sambilawang itu dari 2 suku kata yakni Sambi artinya samping dan Lawang adalah pintu, jadi jika disatukan Sambilawang itu samping pintu.
Faktanya ketika saya tanyakan saat ziarah di maqbaroh Syaikh Yusuf Purwakarta ini, bahwa pesantrennya sekaligus maqbarohnya itu percis di samping pintu depan masjid Agung Purwakarta yang beliau dirikan tahun 1826 M. Mungkin posisi pesantren dan maqbarohnya di samping pintu masjid itulah kemudian orang menyebutnya Sambilawang. Akhirnya Syaikh Yusuf kemudian masyhur dinisbatkan dengan Sambilawang. Padahal jika dinisbatkan langsung pada nama Purwakarta langsung paham.
Riwayat Hidup
Raden Yusuf, lahir pada tahun 1709 M di Buitenzorg ( kini Bogor ). Ayahnya seorang Bupati di Kadipaten Bogor bernama Raden Ariya Jayanegara yang juga adalah keturunan ke-6 dari Raden Arya Wiratanudatar I atau masyhur dikenal Mbah Cikundul.
Raden Yusuf atau Baing Yusuf anak ketiga dengan jumlah saudara 6 orang, yaitu Ratu Komalasari adalah anak pertama Raden Arya Jayanegara, putera keduanya adalah Raden Jayadireja, lalu Raden Yusuf. Sementara adiknya yaitu Ratu Ucan, Raden Musa dan adik yang paling bungsu adalah Raden Said.
Masa kecilnya banyak di Bogor, hingga usia 7 tahun sudah paham Bahasa Arab, dan saat usia 12 tahun sudah hafal al-Quran. Lalu pada usia 13 tahun, Raden Yusuf pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu disana. Kemudian dari pengembaraan menuntut ilmu itu sampailah Raden Yusuf ke negeri Madagaskar.
Tahun 1825, Raden Yusuf ikut bergabung dalam pasukan Pangeran Diponegoro, Meski tidak lama kemudian di tahun itu pula Raden Yusuf pulang ke Bogor, kemudian tahun 1826 menetap di Purwakarta. Sejak tinggal di Purwakarta itu Raden Yusuf telah masyhur dipanggil Syaikh Baing Yusuf dan mendirikan pesantren yang letaknya di depan masjid yang didirikan tahun 1826.
Santri Istimewa
Pada era 1826-1830, nama Syaikh Yusuf Purwakarta terkenal di seluruh antero Pasundan dan Banten, sebagai ulama besar yang disepuhkan oleh masyarakat Purwakarta. Kemashurannya itu menjadi magnet kuat bagi remaja jenius bernama Nawawi Tanara untuk menimba ilmunya Syaikh Yusuf.
Tahun 1829, Nawawi Tanara diantar oleh ayahnya yang penghulu yaitu Kiai Umar bin Arobi tiba di Purwakarta dan menjadi santri Syaikh Yusuf Purwakarta. Hanya beberapa tahun mendapatkan didikan dan gemblengan sang maha guru tersebut, Nawawi muda pulang ke Tanara. Satu tahun mukim di Tanara kemudian di tahun 1832, Nawawi anak jenius santrinya Syaikh Yusuf Purwakarta ini pergi ke Mekkah untuk rihlah ilmiah.
Barokah dan doa dari gurunya inilah Syaikh Nawawi al-Bantani, menjadi ulama istimewa dan kenamaan di Hijaz hingga mengantarkan beliau di puncak popularitasnya dengan mendapatkan gelar Sayyid Ulama Hijaz, dan sebutan lainnya yaitu Imam al-Haramain ( imamnya 2 kota suci umat Islam yaitu Mekkah dan Madinah ).
Wafat
Pada Sabtu pahing 26 Safar 1271 H, bertepatan dengan 18 November 1854 M, Syaikh Baing Yusuf wafat dalam usia yang sangat sepuh. Dimakamkan di samping depan pintu (Sambilawang) masjid agung Purwakarta.
Menulis ulang riwayat Syaikh Baing Yusuf Purwakarta ini adalah didasari keingintahuan saya mencari sanad ilmu Syaikh Nawawi al-Bantani dari gurunya yang asli Nusantara. Salah satu yang teridentifikasi bahwa gurunya Syaikh Nawawi al-Bantani itu adalah ulama dari Purwakarta, yaitu Syaikh Yusuf yang seringnya dinisbatkan pada Sambilawaeni atau Sambilawang. Sementara Syaikh Yusuf juga bersanad ilmunya dari Mekkah, hanya saja pernah mengenyam ilmunya Pangeran Diponegoro, seorang pahlawan besar dalam Perang Jawa 1825-1830 yang akibat perang itu Belanda dan Eropa hampir bangkrut.
Sumber : Sejarah Singkat dan Bagan Silsilah keturunan R.H.M Yoesoef ( penulis : Raden Haji Sanusi ) dan Sejarah Masjid Agung Purwakarta