Yogyakarta | LIPUTAN9NEWS
Idul Fitri selalu menjadi momentum penting bagi umat Islam dan rakyat Indonesia untuk kembali ke fitrah, menjadi suci, bersih, dan terlepas dari segala kesalahan.
Namun, di balik kegembiraan yang tercipta pada hari raya tersebut, ada sebuah makna yang lebih dalam terkait dengan kondisi bangsa ini, khususnya dalam menghadapi ancaman ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, yakni radikalisme khilafah dan terorisme.
Momentum Idul Fitri pada tahun ini harus dijadikan sebagai titik balik bagi bangsa Indonesia untuk lebih bersatu dan kembali pada nilai-nilai kebangsaan, menjaga keutuhan NKRI, dan menanggulangi paham-paham yang dapat memecah belah negara.
Organisasi Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB), yang merupakan sebuah gerakan kemasyarakatan lintas suku, agama, dan budaya. Sebelumnya, PNIB juga telah mengadakan kegiatan ngaji pancasila dan kirab merah putih di berbagai kota seperti Jombang, Yogyakarta, Jakarta, Bekasi, Surabaya, dan Malang.
Kegiatan ini adalah bentuk nyata dari semangat kebangsaan dan nasionalisme yang ingin mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia, terutama dalam menghadapi ancaman Khilafah radikalisme Rizieqisme Terorisme.
Ketua Umum PNIB, Gus Wal (AR Waluyo Wasis Nugroho), menegaskan sikap tegas PNIB dan rakyat Indonesia yang menolak keras kebangkitan kelompok-kelompok yang berusaha menghidupkan kembali FPI, HTI, dan NII yang sudah dilarang di Indonesia.
Menurut Gus Wal, negara tidak boleh kalah dalam menghadapi upaya-upaya tersebut, apalagi dengan adanya gerakan yang mencoba menyusup melalui berbagai kegiatan sosial seperti posko mudik, bantuan sosial, serta pendirian yayasan, lembaga sekolah, dan pesantren yang bertujuan untuk merekrut dan meracuni generasi muda Indonesia dengan paham khilafah dan terorisme.
“Pemerintah dan aparat penegak hukum harus tegas terhadap kelompok-kelompok tersebut,” ungkap Gus Wal.
Ia menambahkan bahwa dalam menghadapi ancaman ideologi transnasional yang radikal, diperlukan kolaborasi yang erat antara nasionalisme, kebangsaan, agama, dan budaya (Nasab) untuk memperkuat pertahanan ideologi bangsa.
Momentum Idul Fitri ini menjadi kesempatan untuk merefleksikan kembali nilai-nilai kemerdekaan dan kebangsaan. Seperti yang disampaikan Gus Wal, lebaran adalah waktu yang tepat untuk kembali menjadi fitri—suci dari segala kesalahan dan khilaf, sekaligus membebaskan diri dari pengaruh paham-paham yang merusak persatuan Indonesia. Gus Wal dengan tegas mengatakan bahwa Nusantara baik-baik saja tanpa adanya khilafah, dan bangsa ini harus menjaga eksistensinya dengan bersatu, bersih, dan bebas dari radikalisme.
Dalam konteks ini, PNIB mengajak seluruh masyarakat untuk semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan hati dan pikiran, agar terhindar dari paham-paham yang dapat merusak tatanan bangsa. Idul Fitri bukan hanya sekadar merayakan kemenangan spiritual, tetapi juga sebagai momen untuk memperbaharui komitmen kita untuk menjaga Indonesia tetap aman, damai, dan bersatu, ya momentum Idul Fitri ini saatnya Indonesia Bersih dari Intoleransi, Khilafah Radikalisme Rizieqisme Terorisme, Pungkas Gus Wal.