Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Setelah viral video pendek yang berisi pernyataan Prof. Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) terkait dinamika pemilihan Rais Aam dan Tanfidliyah PBNU pada Muktamar Ke-34 Lampung. Potonangn video tersebut beragam bentuknya yang banyak beredar di media sosial. Ada yang murni potongan video yang bersumber dari NU Channel pada acara Peluncuran Buku 70 Tahun Kiai Said Aqil Siroj di UNJ, ada pula video yang sudah ditambah dan dikomperasi dengan tambahan gambar serta narasi lainnya.
Terhadap hal tersebut di atas Prof. Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) memeberikan klarifikasinya karena sudah dianggap membuat kegaduhan dan banyak narasi yang diluar kontek video asli dimana Gus Nadir sebagai narasumber pada acara tersebut.
Gus Nadir melalui akun medosnya menyampaikan cukup terkejut ketika pernyataanya dalam acara peluncuran buku 70 tahun Buya Said Aqil Siradj di UNJ (Universitas Negeri Jakarta), bulan Februari 2024 di viralkan dengan narasi-narasi yang memancing kegaduhan.
“Terus terang, saya cukup terkejut ketika pernyataan saya dalam acara peluncuran buku 70 tahun Buya Said Aqil Siradj di UNJ (Universitas Negeri Jakarta), bulan Feb 2024. justru diviralkan dengan tambahan narasi-narasi yang memancing kegaduhan. Ramai di medsos, youtube, website dan wa group,” ujar Gus Nadir pada akun Fanpage, Senin (21/04/2025).
Gus Nadir menjelaskan bahwa terkait dinamika detik-detik menjelang pemilihan di Muktamar Lampung telah disalahgunakan oleh sebagian pihak untuk membenturkan Buya Said dengan Rais ‘Aam KH Miftachul Akhyar.
“Lebih mengejutkan lagi, informasi yang saya sampaikan justru dimanfaatkan untuk mengkritik Rais ‘Aam terkait isu nasab Ba ‘Alawi, lengkap dengan judul dan narasi yang provokatif-yang sama sekali tidak mencerminkan maksud dan semangat penjelasan saya,” jelas Gus Nadir.
Lebih lanjut, Gus Nadir menegaskan bahwa ia tidak pernah menggunakan kalimat yang agresif maupun provokatif dalam setiap komentar publik saya, terlebih jika berkaitan dengan PBNU.
“Perlu saya tegaskan bahwa saya tidak pernah menggunakan kalimat yang agresif maupun provokatif dalam setiap komentar publik saya, terlebih jika berkaitan dengan PBNU,” tegasnya.
“Sebagai seorang santri yang juga akademisi, saya berusaha menjunjung tinggi adab dalam menyampaikan perbedaan pandangan -setajam apapun perbedaan itu,” imbuh Gus Nadir.
Selanjutnya, Gus Nadir mengatakan bahwa apa yang disampaikan sebagai narasumber peluncuran buku 70 tahun Buya Said Aqil Siroj di UNJ, dalam rangka renungan, bagaimana Allah menjaga NU dari perpecahan, dan generasi muda NU bisa belajar dari sikap ikhlas Kiai Said Aqil Siroj.
“Apa yang saya sampaikan di UNJ dimaksudkan dalam kerangka renungan: bagaimana Allah senantiasa menjaga NU dari perpecahan, dan bagaimana generasi muda NU dapat belajar dari sikap ikhlas Buya Said, yang jauh dari ambisi pribadi,” tuturnya.
“Demikian klarifikasi ini saya sampaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman lebih lanjut. Mohon jangan ditarik kesana-kemari sehingga menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu,” pungkasnya.