Jakarta | LIPUTAN9NEWS
JATMAN dan JATMA Aswaja-dua nama yang tumbuh dari tanah cinta, disiram oleh dzikir, dan berakar pada jejak para kekasih Allah. Yang satu bernaung sebagai badan otonom NU, yang lain lahir sebagai ormas independen bersama seorang mursyid agung nan karismatik, Maulana Habib Luthfi bin Yahya sungkem Abah Habib
Sayangnya, sebagian dari kita memaknainya sebagai perpecahan, bukan perbedaan jalan. Padahal bagi para penempuh jalan tasawuf, ini bukan pertarungan, melainkan ujian: sejauh mana kita menjaga adab, dan seikhlas apa hati menerima takdir perbedaan.
“Jangan biarkan nama besar para wali menjadi panggung caci-maki. Tarekat bukan ladang kuasa, tapi jalan sunyi menuju fana.”
Tarekat bukan soal struktur, bukan pula tentang siapa paling dahulu atau paling besar. Ia adalah perjalanan menanggalkan diri, melebur ego, dan larut dalam samudra cinta Ilahi. Para mursyid sejati tak berebut mimbar, tak menggenggam kue jabatan. Mereka berjalan dalam diam, memberi cahaya tanpa menyilaukan.
Kini kita diuji: apakah kita sungguh murid para wali, atau hanya penonton yang bersorak dari gelap? Apakah lisan kita basah oleh dzikir, atau luka karena debat yang kehilangan rahmat?
Biarlah organisasi berjalan sesuai takdirnya. Tapi hati—biarlah tetap bening. Jangan bawa curiga ke sajadah. Jangan nodai doa dengan dendam.
Hakikat jalan ini bukan siapa yang memimpin, tapi siapa yang mampu meniadakan diri dalam kehadiran-Nya.
Saya bukan orang tarekat. Tarekat saya adalah adab. Saya pelajar fiqh. Mazhab saya adalah cinta. Maka dengan adab dan cinta, mari kita sambut dengan gembira hadirnya JATMA Aswaja, bukan dengan curiga, apalagi caci-maki. Ahlan wa sahlan bi hudhurikum (emoji)
Syari’ah dan tarekat—secara literal, keduanya berarti jalan. Dan jalan menuju ridha-Nya tak hanya satu. Yang penting pada akhirnya semua jalan itu lurus menuju-Nya: shiratal mustaqim. Tabik,
Prof. KH. Nadisyah Hosen, Ph.D. Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga sebagai Wakil Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Takhasus IIQ Jakarta.