الحَمْدُ لِلُٰهِ ٱلَّذِیۤ شَرَّعَ لَنَا الْعِبَادَةِ بالإيْمَانِ وَالإخْلَاصِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِالِلّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا¸ مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ الِلّٰهِ¸ أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ¸ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ.
Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’aalaa
Menjadi prioritas utama bagi khatib dalam mengawali khutbah ini untuk senantiasa mengingatkan, mengajak, dan berwasiat kepada diri khatib dan para jamaah untuk terus dan tak henti-hentinya berusaha dengan sungguh-sungguh meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wata’aalaa.
Wujud peningkatan ketakwaan ini adalah dengan penguatan komitmen untuk menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Tema khutbah kali adalah :
عاملة ناصبة
‘Aamilatun Naashibah (Amal yang melelahkan namun Sia-sia)
Allah Subhanahu wata’aalaa berfirman dalam Qur’an surat Al-Ghisyiyah : 1-4
هَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ٱلْغَٰشِيَةِ
“Sudah datangkah kepadamu (wahai Muhammad) berita tentang hari pembalasan ?”
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَٰشِعَةٌ
“Banyak muka pada hari itu tunduk terhina,”
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ
“Melakukan amalan dengan susah payah namun sia-sia (di sisi Allah)”
4. تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً
“Amalan yang sia-sia itu menyebabkan seseorang memasuki api yang sangat panas (neraka),”
Disebutkan dalam siroh Nabawiyah bahwa khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu menangis saat mendengar ayat ini. Karena beliau khawatir jangan-jangan amal ibadah yang beliau kerjakan sia-sia di sisi Allah Subhanahu wata’aala.
Atha As-Salami, seorang tabi’in menangis dikarenakan beliau menyangka bahwa ibadah yang telah beliau lakukan selama bertahun-tahun ini tidak ada cacatnya, tetapi mungkin di mata Allah ada cacatnya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Lalu apa saja yang menyebabkan amal ibadah sia-sia ? Beberapa hal yang menyebabkan amal menjadi sia2 :
1. Amal ibadah yang tidak disadari iman kepada Allah Subhanahu wata’aalaa
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا
Artinya: “Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang- orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun” (QS. An Nur : 39)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [An-Nahl/16: 97]
مَا كَانَ لِلۡمُشۡرِكِینَ أَن یَعۡمُرُوا۟ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ شَـٰهِدِینَ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِم بِٱلۡكُفۡرِۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَـٰلُهُمۡ وَفِی ٱلنَّارِ هُمۡ خَـٰلِدُونَ
Artinya: “Tidaklah pantas bagi orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka bersaksi bahwa diri mereka kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia amal mereka dan di dalam nerakalah mereka kekal.” [Surat At-Taubah: 17]
Berapapun besarnya sumbangan, bantuan yang diberikan orang kafir kepada umat Islam, pesantren, masjid dll, maka nilainya nol di sisi Allah Subhanahu wata’aalaa. Karena mereka tidak beriman kepada Allah Subhanahu. Bahkan bisa jadi apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah taktik atau tipu daya orang kafir terhadap umat Islam.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
2. Niat yang salah (Tidak Ikhlas dalam beribadah)
Beribadah bukan karena berharap ridha Allah Subhanahu wata’aalaa. Padahal kita diminta ikhlas dalam beribadah
وَمَاۤ أُمِرُوۤا۟ إِلَّا لِیَعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخۡلِصِینَ لَهُ
Artinya: “Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan hanya kepada-Nya” [QS Al-Bayyinah: 5]
Hadits riwayat Annasa’ai
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Sesungguhnya Allâh tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali yang murni untuk–Nya dan untuk mencari wajah–Nya.
Lawan dari ikhlas adalah riya’. Ulama mengatakan
الرياء نوع من الشرك
وَلَوۡ أَشۡرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنۡهُم مَّا كَانُوا۟ یَعۡمَلُونَ)
[Surat Al-An’am 88]
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وَمَا لاَ يَكُوْنُ لله لاَ يَنْفَعُ وَلاَ يَدُوْمُ و مَا كَانَ للهِ يَبْقَى
Artinya: “Segala sesuatu yang tidak didasari ikhlas karena Allah Subhanahu wata’aalaa, pasti tidak bermanfaat dan tidak akan kekal. Dan segala sesuatu yang didasari ikhlas karena Allah Subhanahu wata’aalaa, pasti akan langgeng.” (Dar’ At-Ta’arudh Al-‘Aql wa An-Naql, 2:188).
Implikasi dari ikhlas adalah istiqamah dalam beribadah. Orang yang ikhlas beribadah pasti istiqamah ibadahnya. Kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun, dilihat atau tidak dilihat atasan, dia tetap istiqamah beribadah.
Orang yang tidak ikhlas akan berat istiqamah ibadah karena dia beribadah tergantung kebutuhannya. Dia sibuk dan lelah mendapatkan perhatian manusia demi mempertahankan eksistensinya dalam rangka meraih dunia yang nilainya hanya setetes.
تَرْكُ الْعَمَلِ لِأَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ وَالْعَمَلُ لِأَجْلِ النَّاسِ شِرْكٌ
“Meninggalkan amalan karena (takut dikatakan riya’) oleh manusia termasuk riya’. Dan beramal karena (ingin dipuji) manusia termasuk syirik.” (Al Fudhail bin ‘Iyadh dalam kitab Majmu’atul Fatawa karya Ibnu Taimiyah)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
3. Beribadah tidak sesuai dengan syari’at kaifiyyat (tata cara ) yang ditetapkan Allah Subhanahu wata’aalaa dan dituntunkan/dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam
{ ٱلَّذِی خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَیَوٰةَ لِیَبۡلُوَكُمۡ أَیُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلࣰاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡغَفُورُ }.
“(Allah Subhanahu wata’ala) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(QS. Al-Mulk: 2)
Ketika menafsirkan ayat di atas imam Ibnu Katsir rahimhullah dan para mufassir lainnya mengatakan bahwa dalam ayat di atas Allah Subhanahu wata’aala menjelaskan bahwa akuran amal yang terbaik bukanlah amal yang terbanyak tapi amal yang palin benar sesuai syari’at.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا * الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ?Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya.” (QS. 18 : 103 &104)
Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir mengatakan: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,”) yakni orang-orang yang mengerjakan perbuatan yang sesat dan tidak berdasarkan syari’at yang ditetapkan (syari’at yg telah dicontohkan Rasulullah Saw), diridhai dan diterima oleh Allah Subhanahu wata’aalaa.
Dan kata Imam Ibnu Katsir ternyata salah satu penyebab orang dimasukan ke neraka yang disebut dalam surat Al-Ghosyiah ayat 4 adalah sebab amalan yang banyak dan beragam, tapi penuh cacat, baik motif dan niatnya, maupun KAIFIYAT YANG TIDAK SESUAI DGN SYARI’AY YANG DITUNTUNKAN RASULULLAH SHALALLAHU ALAIHI WASALLAM
وَقَدِمۡنَاۤ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنۡ عَمَلࣲ فَجَعَلۡنَـٰهُ هَبَاۤءࣰ مَّنثُورًا
“Dan Kami hadapkan segala amal yang mereka lakukan, kemudian Kami jadikan ia bagi debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23).
Dalam tafsir Al-Muyassar disebut bahwa amal ibadah akan sia-sia di sisi Allah Subhanahu wata’aalaa apabila tidak didasari iman kepada Allah; berikut ikhlas untukNya dan mengikuti RasulNya, Muhammad Shalallahu alaihi wasallam
Maka dari itu jangan pernah putus untuk mengaji/menuntut ilmu demi mencapai ibadah yang berkualitas dan diterima Allah Subhanahu wata’aalaa yang menghantarkan kita kepada ampunan dan kasih sayangNya sehingga kita menjadi hamba yang layak menjadi penghuni sorga JANNATUNNA’IIM. Aamiin
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Wallahu a’lam bisshowab
Hasan Yazid Al-Palimbangy, M.Ag., Juru Da’wah (da’i/muballigh). Khatib dan narasumber pengajian mingguan, bulanan di masjid-masjid perumahan dan kantor dan penulis buku-buku agama Islam.)
























