JAKARTA | LIPUTAN9NEWS
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dijelaskan ada tiga hal yang diridhai oleh Allah dan tiga hal yang dimurkai oleh-Nya. Sesuatu yang diridhai oleh Allah s.w.t. apabila dikerjakan seseorang, akan mengantarkannya pada kebahagiaan yang kekal, baik dalam kehidupan dunia, maupun dalam kehidupan akhirat.
Sebaliknya, beberapa hal yang dimurkai oleh Allah, apabila dikerjakan seseorang, maka akan mencampakkan orang tersebut dalam lembah kehinaan, baik pada masa kini, maupun pada masa yang akan datang.
عَنْ أبي هُريْرةَ رضي اللَّه عَنْهُ قَالَ: قَال رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم:”إنَّ اللَّه تَعَالى يَرضى لَكُمْ ثَلاَثاً، وَيَكْرَه لَكُمْ ثَلاثاً: فَيَرضى لَكُمْ أنْ تَعْبُدوه، وَلا تُشركُوا بِهِ شَيْئاً، وَأنْ تَعْتَصِموا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا، ويَكْرهُ لَكُمْ: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤالِ، وإضَاعَةَ المَالِ” رواه مسلم.
“Dari Abu Hurairah r.a. menginfomasikan: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah Yang Mahatinggi meridai bagi kalian tiga perkara dan membenci bagi kalian tiga perkara: Ia meridai bagi kalian agar kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan agar kalian berpegang teguh pada tali Allah semuanya dan tidak bercerai-berai. Dan Ia membenci bagi kalian perkataan ‘katanya–katanya’, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Muslim, 1781).
Allah s.w.t. mencintai tiga hal, yaitu: (1) hendaklah kamu menyembah dan beribadah kepada Allah saja, dan (2) tidak menyekutukannya dengan suatu apapun. Kalimat ini mengarahkan umat manusia agar berpegang teguh kepada akidah tauhid, yaitu mengesakan Allah s.w.t. dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun. Akidah tauhid merupakan pondasi yang paling utama dari ajaran Islam. Dari keyakinan kepada Allah s.w.t. itu berkembang menjadi enam rukun iman. Dalam surat al-Ikhlas, ditegaskan secara sempurna mengenai akidah tauhid ini.
Hal yang diridhai Allah ke (3) hendaklah kamu sekalian berpegang teguh pada tali agama Allah secara keseluruhan dan tidak bercerai berai atau bersilang sengketa. Apabila umat Islam melaksanakan hal ini, maka menjadi umat yang unggul dan menjadi pemimpin bagi bangsa-bangsa lain di dunia. Berpegang teguh pada tali agama Allah maksudnya adalah melaksanakan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh dan mengembangkannya secara terus menerus dalam kehidupan masyarakat.
Kalimat “I’tashama” dalam bahasa Arab adalah berpegang teguh pada tali agama Allah dengan tangannya yang kuat dan tali itu digigit dengan gigi grahamnya. Dari sini bisa dibayangkan, betapa kuatnya perintah untuk melaksanakan ajaran agama Islam tersebut dan larangan keras untuk bercerai berai atau bersilang sengketa. Dalam al-Qur’an dijelaskan lebih luas lagi, yaitu:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran, 02:103).
Selanjutnya, Allah s.w.t. memurkai orang yang terlibat dalam (1) “Qila wa Qala”, yaitu orang-orang yang menyampaikan informasi dengan tidak jelas sumbernya. Mereka hanya mengatakan dari si anu, si anu, dan seterusnya tanpa menyebutkan sumber yang jelas. Inilah yang harus diwaspadai pada periode kita sekarang, di mana informasi membanjiri kehidupan umat manusia, sehingga tidak jelas sumber dan asa muasalnya. Dengan demikian, banyak informasi yang menjadi limbah dalam kehidupan bermasyarakat.
Yang dimurkai oleh Allah ke (2) adalah terlalu banyak menyampaikan pertanyaan yang tidak ada relevansinya dengan persoalan yang sedang terjadi atau yang sedang dipermasalahkan. Ketika Rasulullah s.a.w. menyampaikan pidato tentang kewajiban haji, tiba-tiba ada salah seorang sahabatnya menyampaikan pertanyaan: Apakah haji ini diwajibkan setiap tahun? Nabi diam, pertanyaan itu berlangsung sampai tiga kali. Setelah itu Nabi jawab dengan keras: Jika aku katakan iya, pasti menjadi wajib, dan kamu tidak akan mampu. Bayangkan apabila haji diwajibkan setiap tahun, pasti memberatkan umat Islam dan tidak ada seorangpun yang mampu melaksanakannya. Diwajibkan seumur hidup sekali saja, masih banyak jutaan orang yang tidak mampu melaksanakannya.
Hal yang dimurkai ke (3) adalah menyia-nyiakan harta. Dalam kehidupan modern sekarang, kita jumpai banyak sekali orang yang menghamburkan hartanya untuk membelanjakan hal yang sia-sia. Terutama, untuk mengumbar hawa nafsu, baik nafsu dari dorongan perut dengan makan berlebihan, dorongan libido seksual yang menjerumuskan, maupun dorongan hawa nafsu yang menyesatkan yang disebut ghadab, atau kemarahan yang tidak terkendali.
Dr. KH. Zakky Mubarok Syakrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)






















