CIREBON | LIPUTAN9NEWS
Pertama-tama, perlu ditekankan bahwa per-tanggal 26 November 2025, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) telah resmi diberhentikan sebagai Ketua Umum PBNU oleh Syuriyah PBNU dan Rois Am. Meskipun Gus Yahya dan kubunya mengklaim masih menjabat secara de facto dan de jure serta masih diberi kesempatan menempuh jalur Majelis Tahkim, tetapi statusnya sebagai Ketum PBNU telah dicabut sesuai surat edaran resmi.
Terlepas dari kekurangannya, selama menjabat (2021-2025) Gus Yahya dikenal membawa angin perubahan signifikan dengan fokus pada restrukturisasi organisasi dan penguatan peran NU di kancah global. Karen itu nahdliyin harus berterimkasih pada khidmah beliau pada organisasi yang kita cintai ini. Dari banyak sumangsih dan prestasi perlu kiranya beberapa yang luar biasa.
Pertama, Gus Yahya mampu membawa hal baru ke dalam PBNU, salah satunya adalah meritokrasi dalam struktur rrganisasi. Gus Yahya menekankan penerapan meritokrasi dan tata kelola organisasi yang lebih modern. Ia berupaya mengisi posisi strategis dengan orang-orang yang dinilai kompeten di bidangnya, sering kali merekrut profesional dari berbagai latar belakang, termasuk menunjuk Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Ketua Lakpesdam PBNU. Langkah ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan profesionalisme manajemen organisasi.
Kedua, pewujudan ide Lakpesdam menjadi “Bappenas-nya NU.” Salah satu gagasan utamanya adalah mentransformasi Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU menjadi semacam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) milik NU. Ini menunjukkan visinya agar NU memiliki pusat kajian strategis yang kuat untuk merumuskan kebijakan dan program pembangunan yang terstruktur dan berdampak luas, tidak hanya bagi internal NU tetapi juga bagi bangsa.
Ketiga, kantor PBNU lebih megah dan birokratif. Selama kepemimpinan Gus Yahya juga ditandai dengan perbaikan infrastruktur, termasuk menjadikan kantor PBNU lebih representatif dan terorganisir. Hal ini sejalan dengan upayanya untuk menciptakan tata kelola yang lebih birokratif dan modern, memastikan alur kerja organisasi berjalan efisien dan akuntabel.
Empat, Gus Yahya telah banyak membuka jaringan Internasional. Gus Yahya memiliki rekam jejak panjang dalam diplomasi internasional, termasuk saat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Sebagai Ketum PBNU, ia aktif membuka dan memperkuat jaringan internasional, mempromosikan Islam moderat Indonesia (Islam Nusantara) ke berbagai negara, dan terlibat dalam forum-forum global terkait perdamaian dan peradaban.
Lima, digitalisasi dengan tata kelola baru, Aspek modernisasi juga merambah ke ranah digital. PBNU di bawah Gus Yahya mendorong digitalisasi sistem dan administrasi, bertujuan untuk transparansi dan efisiensi pengelolaan data organisasi yang besar, serta untuk menggaet generasi milenial dan Z agar lebih dekat dengan NU. Salah satunya adalah website digdaya nu.
Enam, mengahdirkan kembli fiqih peradaban (Fikih Peradaban) selama dua tahun. Ini adalah salah satu inisiatif intelektual terbesar yang digagasnya. Gus Yahya mendorong pengkajian ulang Fiqih Peradaban sebagai respons terhadap tantangan kontemporer. Tujuannya adalah merumuskan kembali pemahaman keagamaan yang relevan dengan konteks peradaban modern, menekankan nilai-nilai kemanusiaan universal, dan berkontribusi pada perdamaian dunia.
Tujuh, terwujudnya harlah satu abad NU dengan spektakuler. Perayaan besar Harlah Satu Abad NU (100 tahun) pada tahun 2023 menjadi puncak acara di masa kepemimpinannya. Acara ini sukses besar dan menjadi momentum konsolidasi akbar serta demonstrasi kekuatan organisasi NU, baik secara fisik maupun kultural, dengan gaung nasional dan internasional.
Secara keseluruhan, Gus Yahya membawa NU ke arah organisasi yang lebih terstruktur, modern, dan berpengaruh di tingkat global. Namun, pendekatannya yang dianggap terlalu birokratis dan profesional, serta beberapa kebijakan internal lainnya, memicu dinamika politik internal hingga berujung pada keputusan pemberhentiannya oleh Syuriyah PBNU. Karena itu nahdliyin harus berterimakasih atas semua dedikasi dan perjuangannya selama mengemban amanah Ketua Umum PBNU. Wallahu-alam.
Sebelumnya artikel yang ditulis oleh KH Imam Jazuli, Lc., MA ini telah tayang di Cirebon Pikiran Rakyat dengan judul yang sama.
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.
























