Dubes Zuhairi Misrawi dan Sastrawan Tunisia Beri Kuliah Umum tentang Dinamika Sastra Ara
Tunisia, Liputan9.id – Duta Besar RI untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi dan Salah Satu Sastrawan terkemuka Tunisia, Anis Susan memberikan kuliah umum tentang Dinamika Sastra Arab: Cinta dan Kuasa di hadapan mahasiswa doktoral program “sandwich” UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta di Ruang Pancasila Kedutaan Besar Repubik Indonesia (KBRI) Tunis (4/12).
Dubes Zuhairi Misrawi memaparkan titik sentral sastra dalam peradaban Arab, baik sebelum datangnya Islam maupun sekarang ini.
“Peradaban Arab pada hakikatnya adalah peradaban sastra. Nashr Hamid Abu Zayd menyebutnya dengan peradaban teks. Sastra sudah berkembang sebelum Islam datang. Bahkan dulu, puisi-puisi dipajang dan digantung di dinding Ka’bah, yang dikenal al-mu’allaqat. Sebab itu pula, ayat-ayat suci al-Quran sangat kental nuansa sastrawinya, di antaranya untuk menandingi peradaban sastra yang sudah masyhur di dunia Arab, yang dikenal dengan al-Syi’r al-Jahili”, ujar Dubes RI yang juga menulis puisi, cerpen, dan novel.
Dubes Zuhairi Misrawi menegaskan, bahwa sastra mempunyai keistimewaan tersendiri, karena dapat memanusiakan manusia.
“Sastra dapat menguak ruang terdalam pada manusia untuk senantiasa mengedepankan dan membumikan cinta,” ucapnya.
Di samping itu, sastra dapat meluruskan dan memperbaiki kuasa agar selalu sejalan dengan misi memanusiakan manusia. Sebab itu, dinamika sastra di dunia Arab, khususnya di Tunisia mengalami perkembangan yang luar biasa.
“Saat tiba di Tunisia, saya berjumpa para sastrawan. Setiap propinsi di Tunisia mempunyai sastrawan yang berskala dunia. Di antaranya, Anis Susan yang tinggal di Hammamet, tapi namanya mendunia, bahkan dikenal luas di Indonesia”, ujar Dubes RI lulusan Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.
Sementara itu, Anis Susan membacakan beberapa puisinya, dan memotivasi para mahasiswa agar terus berkarya dan membaca karya-karya sastra.
“Saya sarankan agar para mahasiswa membaca karya-karya Khalil Gibran, Najib Mahfudz, Nizar Qabbani, dan lain-lain, karena sastra dapat menunjukkan kita pada kebenaran, kearifan, dan kebajikan. Saya sangat senang, puisi-puisi saya dikenal luas di Indonesia, dibaca, dan dikaji di kampus-kampus”, pungkasnya.