Tunisia, LIPUTAN9.ID – Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi menjadi salah satu narasumber dalam diskusi buku “Budzur al-Mawasim”, Benih-Benih Musim, karya salah satu cendekiawan Tunisia, Moncef Abdeljelil. Hadir juga Muhammad ‘Abid sebagai pembedah, di samping para Guru Besar dan dosen di Universitas Sousse, Tunisia (18/5/23).
Buku “Budzur al-Mawasim” merupakan karya otobiografi perjalanan intelektual Profesor Moncef Abdeljelil, yang ditulis dalam 4 jilid mengisahkan benih-benih yang ditanamnya sebagai anak petani pohon Zaitun di Masaken, Sousse, Tunisia sehingga mampu menempuh pendidikan tinggi, hingga menjadi pemikir Muslim mendunia melalu karya-karyanya. Di samping pengabdiannya sebagi Guru Besar, dosen, dan pejabat publik di Kementerian Pendidikan dan Perguruan Tinggi, Tunisia.
Dubes Zuhairi Misrawi menegaskan, Moncef Abdeljelil merupakan sosok intelektual Tunisia yang sangat inspiratif, karena tumbuh dan menimba ilmu di Tunisia, namun mampu menembus panggung intelektualisme di dunia.
“Buku karya Moncef Abdeljalil ini dapat menggambarkan keistimewaan Tunisia. Sebab Moncef merupakan cendekiawan yang lahir dan menempuh pendidikan di Tunisia, tetapi pemikirannya mendunia. Hingga ia perjadi menjadi dosen tamu di beberapa kampus dunia, di antaranya Universitas Muhammadiyah Malang. Kepeduliannya terhadap pembaruan pemikiran Islam dan mengenalkan pemikiran Islam yang spektrumnya sangat luas patut mendapatkan apresiasi”, ujar Dubes RI yang akrab dikenal sebagai Cendekiawan Nahdlatul Ulama.
Dubes Zuhairi Misrawi juga menggarisbawahi perhatian Moncef Abdeljalil terhadap Indonesia.
“Di Tunisia ini, bahkan dalam karya-karyanya, Moncef Abdeljalil selalu menjelaskan tentang keistimewaan Indonesia dan Islam Indonesia. Ia tidak segan-segan menyebut Indonesia sebagai salah satu harapan peradaban dunia, karena mampu membangun peradaban perdamaian di tengah kebhinekaan”, ujarnya.
Sementara Moncef Abdeljalil menyatakan, bahwa buku merupakan instrumen yang tepat untuk menorehkan perjalanan intelektualnya, sehingga dapat memberikan gambaran betapa pendidikan, buku, pengabdian, dan perjuangan merupakan jalan peradaban yang sesungguhnya. (red)