Ada yang selalu ingin diceritakan matahari
kepada rumput –bahwa usia yang kau punya
lahir dari kasih sayang orang yang kau cinta.
Pagi adalah perumpamaan kesabaran -tamsil kanak-kanak yang telanjang
di keluasan udara. Dari ketabahan daun-daun
yang mengimani sengat siang yang melelahkan
penyair berdoa dan menuliskan sajak-sajaknya
dan cinta diam-diam ditasbihkan nyanyian senjakala. Sekali waktu
aku bertanya: “Di manakah agama bermula
jika bukan dari pemahaman para pencinta?”
Kepadamu ingin sekali kukatakan,
sepasang matamu yang mengebun waktu
adalah luka yang senantiasa cemburu
karena rindu yang yang tak sempat dihitung
para penujum. Aku ingin mengecup keningmu, dan menghirup tahun-tahun
yang telah jadi semerbak mawar sunyiku
gugusan rambutmu yang menabung perjalanan pulang umurku.
Sulaiman Djaya, Ketua Bidang Perfilman Majelis Kebudayaan Banten
Baca juga:
Kiasan Kunang Kunang Esai Otobiografis Sulaiman DjayaBaca juga: Alam Adalah Kita