LIPUTAN9.ID – Khodam berasal dari bahasa arab arti menurut bahasanya adalah pembantu atau pendamping. Pengistilahan khodam merujuk pada sesuatu hal yang gaib selain manusia. Khodam juga dikenal sebagai gambaran umum dari hubungan manusia dengan jin atau dengan malaikat, menurut sebagian orang. Sampai sekarang, khodam masih dipercayai oleh sebagian orang Indonesia.
Khodam dikenal juga sebagai pendamping manusia, yang didapatkan dengan cara diturunkan oleh leluhur ataupun dari diri sendiri. Seseorang yang memiliki khodam dianggap dapat berkomunikasi dengan jin atau makhluk gaib.
Terkadang pemilik khodam selalu disematkan kepada orang-orang yang supranatural yang erat kaitannya selalu berhubungan dengan alam ghoib. Bahkan kelayakan pemilik khodam ini untuk otang-orang yang ahli dzikir sehingga secara otomatis akan hadir khodam sebagai pendampingnya.
Jika khodam dikaitkan untuk mendatangkan haibah(kehebatan dan kekuatan) agar memperoleh maziyah(kharisma atau khasiat) lalu dihubungkan pemilik khodam hanya untuk para ahli dzikir, bahkan dzikir itu pun bukan untuk mengenal Allah;pemahaman semacam ini tidaklah tepat, dan tidak juga dibenarkan.
Dalam firman Allah dijelaskan tujuan dzikir bukan untuk menghadirkan khodam, akan tetapi Dzikir yang dikehendaki oleh agama memiliki fungsi :
1. Untuk mengingat Allah, dengan menyebut nama-nama sifat, Af’al, atau dzat Allah.
2. Bisa menumbuhkan Ketenangan di dalam hati.
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya: ” (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”(QS.A-Ro’d : 28)
3. Dzikir sebagai penghapus dosa, sebagaimana dikatakan :
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu pada waktu petang dan pagi.” (QS. Al-Mu’min: 55)
4. Berdzikir secara kontinue untuk menguji kesabaran..
فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ
“Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya).” _(QS. Qaaf: 39)
Atas penjelasan di atas, dari sebagian ayat Alquran telah menjelaskan, bahwa tidak ada satupun ayat dan hadist yang menunjukan kalau dzikir itu adalah untuk mencari khodam, apalagi untuk mengundang makhluk jin, ini merupakan faham yang menyimpang dari agama.
Di dalam pandangan agama Islam, dzikir bukan untuk meminta khodam atau pertolongan dari makhluk jin atau malaikat, akan tetapi dengan berdzikir hanya untuk mengharapkan perhatian dari Allah untuk kita. Sehingga mengingat Allah dengan dzikir dan doa sebagai permohonan atau permintaannya kepada Allah, maka Allah lah yang akan memberikan apa saja yang dibutuhkan oleh manusia, bisa keselamatan, kesehatan, kemudahan materi, dll.
Dzikir dan doa selalu dihubungkan dan tidak bisa dipisahkan. Doa dan dzikir keduanya sama-sama yang dituju adalah Allah SWT. Pesan penulis, jangan jadikan dzikrullah dan doa untuk selain Allah, karena dikhawatirkan akan menjadi syirik.
Belajarlah ilmu tentang dzikir sebelum anda melakukan dzikir, dan berthoriqohlah sebelum anda wushul(menuju Allah), dan mengenali bagaimana Allah membimbing hati kita semua.
Ahmad Suhadi, S.Pd.I, Ketua Ikatan Mubaligh-mubalighoh Nusantara (IMMAN) DPD Kabupaten Bogor dan Katib JATMAN Kabupaten Bogor.