Jakarta, Liputan9 – Kehidupan modern yang ditandai dengan pesatnya kemajuan di bidang komunikasi, maka hubungan sesama manusia, baik secara individu maupun kelompok menjadi semakin dominan. Setiap diri manusia, siapapun orangnya dan apapun jenis kebangsaannya tidak mungkin bisa menghindarkan diri dari dampak pertumbuhan komunikasi yang semakin canggih dan menakjubkan. Hubungan manusia merupakan salah satu ciri dari kehidupan sosial yang diwujudkan dalam berbagai jenis hubungan dan sistem komunikasi modern.
Agama Islam membimbing umatnya agar selalu mengadakan hubungan dan komunikasi yang baik sesama umat manusia, baik yang bersifat individu, masyarakat, hubungan sesama bangsa atau hubungan antar bangsa. Konsep hubungan yang baik itu disebut dengan istilah silaturrahim, berawal dari hubungan individu sampai hubungan antar bangsa. Silaturrahim menurut pengertian secara etimologis, berasal dari kata shilah, dari akar kata washala yang artinya bersambung atau berhubungan. Kata rahim, berasal dari kata rahima yanag artinya kasih sayang. Silaturrahim berarti menjalin hubungan kasih sayang baik antar individu manusia maupun antar kelompok.
Menurut pemahaman syari’ah, silaturrahim berarti menjalin kasih sayang dengan keluarga dekat, teman sejawat, keluarga yang jauh dan bisa dikembangkan lebih luas lagi sampai hubungan antar bangsa. Salah satu wujud dari silaturrahim atau menjalin kasih sayang adalah menghidupsuburkan persaudaraan sesama umat manusia dengan akhlak yang luhur. Hubungan yang baik dengan sesama manusia juga dibuktikan dengan sikap saling mencintai, saling membantu, bertenggang rasa. Dilanjutkan dengan menghilangkan penderitaan seseorang serta menghilangkan kedzaliman yang terjadi di tengah masyarakat.
Tujuan dan ruang lingkup silaturrahim sesungguhnya sangat luas dan menyeluruh, bukan saja mengadakan kegiatan untuk saling menyayangi atau bertegur sapa. Silaturrahim juga mencakup berbagai kegiatan yang mendatangkan manfaat terhadap sesama. Hubungan kasih sayang dapat menentramkan kehidupan manusia dan memperluas rizki yang didambakan masyarakat. Kita bisa bayangakan, berbagai sistem kekeluargaan, organisasi, perusahaan, dan bisinis tidak mungkin terjadi tanpa silaturrahim.
Silaturrahim bagaikan organ pemersatu yang menjalin dan menyatukan potensi umat agar dapat melahirkan karya-karya besar yang spektakuler yang bermanfaat bagi kehidupan manusia secara keseluruhan. Rasulullah s.a.w. bersabda:
إِنَّ أَعْجَلَ الطَّاعَةِ ثَوَابًا صِلَةُ الرَّحِمِ ، وَإِنَّ أَهْلَ الْبَيْتِ لَيَكُونُونَ تُجَّارًا ، فَتَنْمُو أَمْوَالُهُمْ ، وَيَكْثُرُ عَدَدُهُمْ إِذَا وَصَلُوا أَرْحَامَهُمْ (رواه الطبراني فى المعجم الأوسط)
“Sesungguhnya yang mempercepat balasan kebaikan adalah silaturrahim. Bila silaturrahim itu dilakukan oleh ahli bisnis, maka bisnis dan keuntungannya akan semakin bertambah dan cepat berkembang”. (HR. Thabrani, No: 1111).
Dalam hadis lain Rasulullah s.a.w. menjelaskan bahwa kegiatan silaturrahim dapat meningkatkan rizki dan memanjangkan umur.
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري)
“Barangsiapa ingin memilki umur yang panjang dan memperoleh kelapanga rezki, hendaklah ia melakukan dan mengadakan silaturrahim”. (HR. Bukhari, No: 5986).
Bahwa silaturrahim dapat melapangkan rizki bagi seorang yang melaksanakannya, tidak ada kesulitan bagi kita untuk memahami hal itu. Sesungguhnya kegiatan apapun dalam berusaha dan berbisnis, tidak mungkin dilakukan tanpa mengadakan hubungan atau silaturrahim.
Mengenai silaturrahim dapat memanjangkan umur, hal ini sering dipermasalahkan dan terdapat berbagai pandangan. Kelompok pertama memahami bahwa yang dimaksud panjang umur adalah amalnya banyak seolah-olah seperti orang yang umurnya sangat panjang. Umurnya sendiri tetap sebagaimana yang telah ditetapkan.
Kelompok kedua berpandangan bahwa umur panjang itu tidak diartikan secara metaporis, tetapi umurnya benar-benar menjadi panjang. Karena dengan silaturrahim atau hubungan kasih sayang itu akan terhindar dari stres. Dengan demikian akan terhindar dari penyakit yang membahayakan. Bukankah dalam kehidupan ini gangguan stres sering membahyakan kehidupan manusia baik lahir ataupun batin.
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA., (Mustasyar PBNU)