LIPUTAN9.ID – Adanya kalanya seseorang bekerja dalam tekanan untuk mencapai target, baik lahir dari dirinya maupun tuntutan dari institusi pekerjaan. Dalam konteks ini, motivasi kerja harus selalu dipupuk dan dibangkitkan agar bisa fokus pada skala prioritas “apa yang harus didahulukan dalam menyelesaikan target pekerjaan”.
Seseorang, jika sulit memposisikan skala prioritas maka bekerja menjadi tidak fokus. Kadang suka terabaikan oleh hal-hal yang bersifat sekunder, yang sebetulnya bisa dilakukan dilain waktu. Bahkan tak jarang rasa malas tiba-tiba membelenggu. Dirinya lebih cenderung mencari alasan ketika kemalasan itu datang agar bisa merasionalisasi perilaku menghindar dari tanggung jawab pekerjaannya.
Tidak ada target pekerjaan yang sulit ketika seseorang bisa fokus dalam melakukannya. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan di bawah tekanan, maka semakin mudah ia menyelesaikan apapun dari target-target pekerjaannya. Kenapa? Karena ia akan semakin memahami sistematika, struktur, peta, format, narasi bahkan pekerjaan yang paling rumit sekalipun dari waktu ke waktu.
Kenapa rumit? Bisa jadi, karena seseorang tidak terbiasa membaca, menulis, mengolah, mengidentifikasi, menganalisis bahkan mengerjakan bentuk-bentuk pekerjaan yang dianggap rumit. Atau buruknya, selalu mewakilkan pekerjaaannya kepada orang lain yang seharusnya dikerjakan oleh dirinya sendiri.
Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno dalam, “dialectic of Enlightenment,” menyebutkan seseorang akan tercerahkan jika paham aturan main bekerja. Ada saatnya main. Ada saat bekerja, yang kadang harus menangguhkan main disaat dihadapkan pada target pekerjaan. Begitulah aturan dasar dari kedisiplinan diri jika ingin tercerahkan.
Semua perkembangan, baik kompetensi atau kemahiran tergantung dari kuatnya kemauan dan disiplinnya aktivitas bekerja. Tidak akan ada pembangunan secara fisik, mental maupun intelektual tanpa adanya usaha yang fokus dan kerja keras, kata Calvin Coolidge, dalam, “The Price of Freedom.”
Bekerja keras, bukanlah persoalan kalah atau menang, kata Vince Lombardi dalam, “Winning is A Habit”. Tetapi hal ini mengenai persoalan martabat diri dari suatu keberhasilan dari pekerjaan dalam wujud kerja keras. Martabat diri yang melekat pada sebuah pengabdian kepada pekerjaan yang ada dipundaknya dan juga ketekunan yang harus dilakukan dalam pekerjaan yang dipikulnya. Seseorang yang bermartabat dalam menjalankan peran pekerjaannya adalah orang yang selalu memberikan hal terbaik dari dirinya sendiri dalam peran, fungsi dan tugas pekerjaan yang diembannya.
Kata Harold Whitman’s saat berbicara tentang “crowning achievement”, saatnya nanti yang dibutuhkan dalam dunia kerja adalah orang yang selalu antusias dan berjuang keras dalam melakukan pekerjaannya.
Saat menjalankan peran, fungsi dan tugas pekerjaan, jauhkan diri dari menyalahkan orang lain dan upaya-upaya menghindar dari apa yang harus dikerjakan. Menurut Wayne Dyer dalam, “The Power of Intention”, tindakan menyalahkan dan menghindar hanya akan membuang waktu. Sebesar apa pun kesalahan yang ditimpakan ke orang lain dan sejauh apapun menghindar diri dari target pekerjaan tidak akan menjadi solusi bagi diri. Hal tersebut justru akan menutup dari segala aktifitas mengubah diri dan lingkungan menjadi lebih baik. Bahkan jauhnya akan mengakibatkan jatuhnya martabat diri dalam lingkungan pekerjaan.
Dalam perspektif agama, kunci utama dalam memerankan pekerjaan, seberat dan serumit apapun adalah ikhlas. Ikhlas adalah jiwa bekerja. Kondisi jiwa yang akan memudahkan rasa, pikiran dan perilaku untuk selalu tergerak melakukan pekerjaan dengan tenang, tekun, sigap, rela dan tuntas.
Belajar tentang keikhlasan dalam bekerja, hakikatnya selalu memperhatikan bagaimana keadaan hati. Dan ikhlasnya hati akan menenangkan diri seseorang dalam beban-beban berat saat bekerja.
Bagi orang yang beragama, bekerja bukan sekadar masalah bagaimana mendapatkan uang, melainkan bagaimana menjadikannya sebagai jalan menuju ridho Allah. Terkhusus bagi muslim, ia harus selalu menyadari bahwa setiap pekerjaan itu bagian dari ibadah kepada Alloh yang harus dikerjakan dengan penuh keikhlasan (baca: QS. Al-A’raf: 29, WS. Ghafir: 65, QS. Az Zumar: 2, QS. Al-Bayyinah: 5).
Ali Al-Jurjani dalam kitab At-Ta’rîfât menegaskan bahwa “ikhlas adalah engkau tidak mencari orang yang menyaksikan amalmu selain Allah. Ikhlas juga diartikan membersihkan amal dari berbagai kotoran.” Dengan keikhlasan, seseorang akan selalu berusaha menghalalkan setiap penghasilan yang didapatkan dari peran, fungsi dan tugas pekerjaannya dalam kerja profesional, disiplin, tekun dan berintegritas.
Albert Camus, dalam “The Stranger” menegaskan dalam situasi absurditas bahwa tanpa bekerja keras, semua kehidupan akan membusuk dan terabaikan. Tetapi ketika bekerja tanpa jiwa, maka kehidupan akan tercekik, mati, masa bodoh dan selalu dalam dunia penuh malas. Maka perbaharuilah selalu kondisi jiwa agar tidak dalam keadaan absurd.
Kuncinya adalah ikhlas beramal. Segala sesuatu pekerjaan menjadi ringan dan dilakukan penuh integritas. Sesuatu yanh absurd akan menjadi terang.
*Wadek 1 FDK UIN SGD Bandung dan LAKPESDAM PWNU Jawa Barat.
























Beylikdüzü Sahilinde Yeni Açılan Su Sporları Merkezi İle Adrenalini Hissedin.
Eminönü’nde Tarihi Evler ile Kültür Turu.
Şişli’de Engelliler İçin Yeni Açılan Rehabilitasyon Merkezi İle Engel Tanımayan Bir Dünya.
Küçükçekmece’de Genç Müzisyenler İçin Yeni Müzik Stüdyoları.
Sağlıklı bir cilde sahip olmaları, onların güzelliklerini ortaya çıkarıyor.
Beşiktaş’ta Deniz Manzaralı Yoga Stüdyoları ile Zindelik ve Huzur.
Kızların yüz hatları, mükemmel oranlara sahiptir.
Eminönü’nde Tarihi Çimlere Piknik Keyfi.
Zeytinburnu Sahilinde Yoga Festivali İle Ruhsal ve Bedensel İyileşme.
Avcılar Sahilinde Su Kaydırağı ve Aquapark İle Eğlence Dolu Bir Gün.
Sultanahmet Meydanı’nda Geçmiş ile Günümüzün Buluşması.
Zeytinburnu Sahilinde Film Festivali Coşkusu.