Sidoarjo | LIPUTAN9NEWS
Satu rangkaian kalimat: “Sedih menyayat hati dunia. Mata tertuju kepada Iran dan Israel saat ini. Ratapan dan tangis anak-anak negeri pecah di tengah letusan nuklir yang mengepung kota-kota penting, korban turut berjatuhan. Bahkan dari mereka yang tak berdosa pun menjadi korban dari keji dan tumpulnya hati para elite politik. Hasrat melangit untuk menguasai bahkan kemanusiaan dijadikan tumbal bermandikan darah”
Terkait hal ini, keberlangsungan konflik Iran dan Israel sebetulnya sudah lama terjadi. Dalam rekam jejak digitalnya, terhitung sejak tahun 1979, tepatnya pada waktu itu terjadi revolusi Islam Iran.
Pada saat itu juga, Ayatollah Ruhollah Khomeini memutuskan hubungan dengan Israel dengan berbagai macam pertimbangan. Kemudian mengubah kedutaan besar Israel yang ada di Teheran menjadi kedutaan besar Palestina hingga saat ini.
Masih dalam rekam jejak digitalnya, tepatnya pada tahun 2000-an, fasilitas nuklir Iran dirusak Israel dengan misi terselubungnya. Hal ini ternyata terus berlanjut hingga tahun 2021, ilmuwan nuklir papan atas Iran, Mohsen Fakhrizadeh dibunuh Israel. Kemudian pada Mei 2022, komandan Garda Revolusi, Kol. Sayad Khodayee juga dibunuh Israel.
Termasuk juga pada tahun 2024, Israel menyerang Kedutaan Besar Iran di Damaskus. Menyebabkan tiga komandan Iran tewas mengenaskan. Serangan Israel itu dibalas, namun tak seagresif tahun ini. Terhitung dalam sepekan Iran menghujani Tel Aviv dan kota-kota Israel dengan rudal dengan berbagai ukurannya.
Sedangkan asal-muasal perang di tahun ini dipicu oleh serangan mendadak Israel ke Iran pada Jumat (13/6/2025). Sasaran serangannya adalah Teheran, Ibu Kota Iran. Akibat dari serangan ini, menyebabkan beberapa di antaranya mengenai infrastruktur non-militer seperti depo gas dan kilang minyak terporak-porandakan.
Tercatat dalam serangan awal itu, kurang lebih 60-an orang tewas dan ratusan lainya luka serius.
Menyusul serangan Israel berikutnya menyasar fasilitas nuklir Iran, termasuk bandara hingga fasilitas Korrps Garda Revolusi Iran. Hal Ini semakin membuat Iran, semakin agresif untuk membalasnya.
Kementerian Kesehatan Iran menyebut beberapa pejabat militer dan ilmuwan nuklir jadi korban tewas. Iran marah, lalu melakukan serangan balasan ke Tel Aviv, Haifa, dan Yerusalem.
Iran menembakkan rudal ke Israel. Korban jiwa berjatuhan. Bangunan di sejumlah kota porak-poranda.
Serangan Israel ke Iran pada Jumat (13/6/2025) dilakukan karena ada dugaan Iran merancang program senjata nuklir. Hal ini berdasarkan laporan intelijen Israel, Iran memiliki bahan pembuat bom nuklir dalam jumlah yang sangat besar. Sedangkan terkait dengan hal ini Iran membantahnya.
Selain itu, Menurut detikEdu melansir Al Jazeera, Senin (16/6/2025), serangan Israel ini juga berkaitan dengan dukungannya Iran terhadap Palestina. Negara yang sudah lebih dulu dihancurkan Israel dengan nafsu terselubungnya.
Akibat Dukungan Iran terhadap Palestina inilah, sehingga membuat PM Israel Benjamin Netanyahu merasa pemerintahannya tak punya banyak pilihan lagi. Terlebih lagi, adanya komunitas internasional, dan sekutu regionalnya, mulai mengkritik Israel secara vokal yang menyebabkan situasi semakin memanas.
Lebih memanasnya lagi, terlebih kemaren salah satu stasiun televisi pemerintah Iran (Dalam siaran resmi Channel 3 TV), menyampaikan peringatan keras terhadap kehadiran pasukan Amerika di kawasan Timur Tengah dengan jumlah 50 ribu pasukan dalam jangkauan Iran. Pada kesempatan itu Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei telah berjanji akan memenangkan perang ini.
Pernyataan keras tersebut dipicu atas reaksi langsung serangan AS yang menghantam tiga fasilitas nuklir strategis Iran (di Fordow, Natanz, dan Isfahan).
Serangan itu merupakan bagian dari operasi militer Operation Midnight Hammer yang diklaim Washington sebagai respons atas dugaan pengembangan senjata nuklir oleh Iran.
Sedangkan Pemerintah Iran menilai serangan tersebut sebagai tindakan agresi serius dan pelanggaran hukum internasional.
Hari ini, dunia internasional meminta dengan hormat Iran dan Israel melakukan gencatan senjata. Demi kebaikan dunia internasional, sebab perang bukan satu-satunya jalan keluar untuk menyelesaikan konflik dari kedua negara tersebut. Sebab akibat dari konflik ini dikhawatirkan berpotensi meluas, menjadi perang regional di Timur Tengah. Namun yang terjadi hingga saat ini, selasa (24/6/2025), belum ada tanda atau kabar baik yang mengarahnya ke sana. Semoga ada suatu keajaiban dari Allah SWT, konflik tersebut bisa segera usai. Aamiin. Semoga Bermanfaat.
Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I., Ketua Program Studi dan Dosen PAI-BSI (Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner) Pascasarjana IAI Al-Khoziny Sidoarjo; Dosen PAI-Terapan Poltek Pelayaran Surabaya; Pengurus Lembaga Takmir Masjid PCNU Sidoarjo; Ketua Lembaga Dakwah MWCNU Krembung.