BANDAR LAMPUNG | LIPUTAN9NEWS
Dilaporkan Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengamankan dua pelajar di Purbalingga, Jawa Tengah. Kedua pelajar tersebut diduga merupakan anggota kelompok teroris yang aktif menyebarkan propaganda dan ajakan untuk melakukan aksi teror melalui media sosial.
Menanggapi penangkapan ini, Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan, mengaku tidak terkejut. Ia menegaskan bahwa sejak lama kelompok radikalisme dan terorisme telah mengubah pola perekrutan mereka, beralih ke propaganda dan perekrutan melalui media sosial (medsos).
“Kelompok teror memanfaatkan sistem algoritma yang ada di media sosial (medsos) untuk menyebarkan propagandanya sekaligus menentukan sasaran empuk merekrut anggota,” ujar Ken Setiawan dikutip dari Viva Lampung, Senin (06/10/2025).
Ken menyebutkan bahwa di era kemajuan teknologi informasi saat ini, media sosial telah menjadi ‘alat perang’ utama, terutama dalam bentuk penggiringan opini dan propaganda yang sulit dihindari.
Untuk menangkal ancaman ini, Ken Setiawan bersama mantan anggota NII lainnya kini aktif melakukan road show anti-radikalisme di sekolah dan kampus.
“Program ini bertujuan menciptakan eco chamber atau ruang gema untuk menetralisir dan mencegah propaganda radikalisme di media sosial. Ken menganggap pelajar dan mahasiswa adalah agen yang paling tepat untuk membanjiri media sosial dengan konten-konten positif sebagai kontra narasi radikalisme dan terorisme,” terangnya.
Ken Setiawan juga menekankan bahwa melawan propaganda radikal di dunia maya adalah tanggung jawab bersama.
“Ini sebagai cara untuk merawat kebinekaan yang ada di Indonesia, agar bangsa dan negara ini tetap aman dan damai,” pungkasnya.
























