• Latest
  • Trending
  • All
  • Politik
Sulaiman Djaya

Era Brain Rot

January 25, 2025
Gus Nadir

Catatan Nadirsyah Hosen atas Klaim “Penambangan Itu Baik, Asal Bukan Bad Mining”

June 15, 2025
PNIB Serukan Stop Premanisme di Ruang Sekolah

PNIB Serukan Stop Premanisme di Ruang Sekolah

June 15, 2025
Tambang PBNU

BEM PTNU Se-Nusantara: Distorsi Isu Tambang dan Upaya Pencemaran Nama Baik PBNU Harus Dihentikan

June 15, 2025
KH Agus Salim HS

KH. Agus Salim Apresiasi Pemkab Bekasi atas Penertiban Pasar Tumpah SGC

June 15, 2025
Kiai Taufik Hasyim

KH. Taufik Hasyim Ketua PCNU Pamekasan Wafat Usai Alami Kecelakaan di Tol Pasuruan-Probolinggo

June 15, 2025
Haji 2025

Terlambat Siapkan Makan Jemaah, BPKH Limited Berikan Dana Kompensasi kepada 20 Ribu Jemaah Haji

June 14, 2025
AA Bupati

Tingkatkan Layanan Publik, Ade Kunang Launching Platform Digital Lapor AA Bupati

June 14, 2025
Menag Nasar

Jemaah Tidak Dapat Makan, Nasaruddin Umar Minta BPKH Limited Beri Kompensasi Uang

June 14, 2025
BEM PTNU

BEM PTNU Terbitkan Seruan Terbuka, Minta Tindak Tegas Algoritma Tiktok Demi Keselamatan Generasi Bangsa

June 13, 2025
Masjid Ali-Iraq

Khutbah Jumat: Tetap Istiqamah Pasca Hari-hari Agung Dzulhijjah

June 13, 2025
  • Iklan
  • Kontak
  • Legalitas
  • Media Sembilan Nusantara
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Tentang
Sunday, June 15, 2025
  • Login
Liputan 9
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
Liputan 9
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

Era Brain Rot

Oleh: Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya by Sulaiman Djaya
January 25, 2025
in Opini
A A
0
Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya, Budayawan

501
SHARES
1.4k
VIEWS

Banten | LIPUTAN9NEWS

Brain Rot dipilih sebagai Oxford Word of The Year tahun 2024, yang memang dalam konteks budaya konsumsi digital yang berlebihan, yang justru menyebabkan membusuknya nalar dan pikiran manusia. Brain rot adalah gambaran deteriorasi intelektual dan mental sebagai dampak konsumsi berlebihan konten-konten yang dangkal, yang tidak mencerahkan dan tidak menantang untuk lahirnya kesadaran, terutama di media sosial, yang sayangnya justru konten-konten yang acapkali viral.

Apa jadinya manusia jika teknologi yang mereka ciptakan justru membunuh kecerdasan dan melemahkan kekuatan inteleknya? Teknologi di sini secara spesifik adalah gawai dan media sosial yang menciptakan rutinitas mengakses konten dan informasi yang teramat melimpah dan cepat berganti di ragam platform dan aplikasi. Bagaimana jika perkembangan teknologi informasi justru malah membuat pikiran manusia justru membusuk dan kesadarannya memudar? Inilah yang dimaksud brain rot, membusuknya nalar dan pikiran manusia karena serbuan kedangkalan informasi dan konten yang cepat dan melimpah. Brain rot juga didefinisikan sebagai kondisi ketika kemampuan berpikir melemah akibat terlampau sering mengonsumsi konten-konten dan informasi-informasi yang tak berisi dan tak bergizi.

Brain Rot dipilih sebagai Oxford Word of The Year tahun 2024, yang memang dalam konteks budaya konsumsi digital yang berlebihan, yang justru menyebabkan membusuknya nalar dan pikiran manusia. Brain rot adalah gambaran deteriorasi intelektual dan mental sebagai dampak konsumsi berlebihan konten-konten yang dangkal, yang tidak mencerahkan dan tidak menantang untuk lahirnya kesadaran, terutama di media sosial, yang sayangnya justru konten-konten yang acapkali viral. Singkatnya, brain rot merupakan kondisi di mana otak manusia menjadi tumpul karena senantiasa terpapar konten-konten tak bermutu dan tanpa nilai yang memadai.

BeritaTerkait:

Ngopi Senja dan Etos Hidup Koh Iping

Dari Diskusi Senja di Toko Krakatau Royal

Razia Warung hingga Kisah Khawarij

Argumentasi Eksistensi Tuhan

Istilah itu mulanya digunakan oleh Henry David Thoreau dalam bukunya yang berjudul Walden, terbit tahun 1854, yang kala itu digunakan untuk mengkritik mereka yang lebih menghargai ide dan gagasan dangkal ketimbang pemikiran yang kompleks dan bernas. Dengan nada dan gaya satiris-parodis, Henry David Thoreau melontarkan sarkasmenya, “Saat Ingris berusaha menangani (menyembuhkan) penyakit busuk kentang, adakah yang mau menyembuhkan busuknya otak, yang justru jauh lebih banyak dan lebih mematikan?”

Kini istilah itu menjadi relevan dan aktual kembali dalam konteks, semisal, membanjir dan membludaknya konten viral yang tidak mencerahkan, sampai-sampai R. F. Kuang dalam bukunya yang berjudul Yellowface menulis, “Media sosial adalah ruang yang teramat kecil dan picik. Sebab, setelah anda menutup layar, tak ada yang peduli.” Media sosial dan dunia digital memang berguna bila dijadikan wahana untuk mencari dan mengonsumsi informasi-informasi dan konten-konten yang memantik kita berempati dan berpikir. Atau informasi-informasi dan konten-konten yang mengandung pengetahuan-pengetahuan baru yang menantang dan memotivasi perkembangan pengetahuan dan kearifan kita. Namun, jika yang kita konsumsi adalah informasi dan konten yang cenderung tak bermutu hingga hoax, maka yang terjadi adalah melemahnya nalar dan kesadaran kita. Teknolgi informasi kemudian malah menjadi penyakit dan virus baru bagi kita.

Teknologi sendiri pernah dikritik, tepatnya disarankan untuk waspada dan mawas atas dampak negatifnya bagi kehidupan dan eksistensi manusia, oleh Martin Heidegger, salah-satu filsuf jempolan dari Jerman. Heidegger mewanti-wanti bahwa teknologi bisa menumpulkan kepekaan dan kesadaran manusia. Heidegger memang memandang teknologi tak lebih sebagai gestell, sebuah kata yang menggambarkan ketika manusia justru dikendalikan oleh ciptaannya sendiri. Atau katakanlah malah terpenjara ‘berhala’ komoditas buatannya sendiri. Teknologi, demikian menurut Heidegger, bukanlah aktivitas asli manusia, tapi justru ‘mesin’ yang bisa berkembang di luar kendali manusia.

Tak hanya itu saja, menurut Martin Heidegger, teknologi tak semata alat atau instrumen bagi manusia untuk membantu aktivitas dan memudahkan pekerjaan, semisal demi efisiensi dan kecepatan yang sifatnya produktif seperti dalam produksi komoditas oleh industri, tetapi lebih dari itu, teknologi sesungguhnya telah sampai pada fase menentukan cara pandang manusia terhadap dunia. Apa yang dinyatakan Heidegger itu ternyata masih relevan saat ini, yang di era digital dan medsos zaman kita sekarang ini, ketika banyak orang tanpa sadar menganggap realitas virtual seakan lebih nyata ketimbang kenyataan itu sendiri.

Diantara dampak atau konsekuensi utama dari pandangan teknologis ini, demikian bila kita kembali merujuk pada pandangan Heidegger, adalah alienasi (keterasingan) manusia mutakhir itu sendiri, di mana kemudian mereka cenderung melupakan hubungannya dengan alam dan makna yang lebih dalam tentang kehadiran mereka di kehidupan nyata keseharian. Akibatnya, manusia kehilangan makna dalam kehidupan keseharian mereka, sebab teknologi ternyata tidak mampu memberikan jawaban atas pertanyaan eksistensial yang sangat mendasar, semisal keintiman kita pada kesunyian dan keindahan alam atau lingkungan yang masih lestari dan memberikan ketenangan dan kenyamanan batin.

Lalu kita kembali ke masalah brain rot. Jangan-jangan kemajuan teknologi informasi pun sesungguhnya, disadari atau pun tidak, sesungguhnya telah menciptakan atau melahirkan keterasingan manusia. Sebab, fenomena brain rot juga ternyata memberikan dampak yang akut bagi kesehatan mental banyak orang, khususnya bagi anak-anak dan remaja, atau katakanlah generasi Z alias Gen Z. Telah banyak pula hasil penelitian yang menunjukkan secara mencengangkan bahwa budaya konsumsi konten digital secara berlebihan berimplikasi terhadap kesehatan mental. Terutama memang konten-konten yang dangkal yang lebih cenderung mengumbar hiburan banal ketimbang mencerahkan dan menantang bagi lahirnya kesadaran baru.

Contohnya sebuah studi tahun 2023 lalu di BMC Public Health yang mengaitkan screen time yang lebih lama pada remaja dengan berbagai masalah kesehatan mental, diantaranya adalah depresi, gejala attention-deficit atau menurunnya daya tahan atensi, hingga gangguan perilaku. Studi dan penelitian lainnya, yaitu studi yang diterbitkan Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking yang mengungkapkan keterkaitan antara keterlibatan dalam platform media sosial, seperti TikTok dan Instagram pada peningkatan gejala depresi serta gangguan mental lainnya semisal kecemasan.

Tak hanya itu, salah satu pusat perawatan kesehatan mental di Amerika Serikat, yaitu Newport Institute, bahkan telah mengeluarkan panduan untuk mengenali dan menghindari brain rot. Sebuah langkah maju antisipati yang keren. Dalam situsnya, Newport Institute menyebut brain rot atau pembusukan otak sebagai kelesuan kondisi mental yang mengurangi rentang perhatian atau penurunan atau merosotnya kapasitas daya atensi serta penurunan fungsi kognitif akibat penggunaan gawai secara berlebihan atau terlalu lama, yang mengarah pada kecanduan.

Brain rot atau pembusukan otak itu bisa muncul dalam sejumlah perilaku, seperti bermain game video secara kompulsif, meskipun tidak kecanduan, dan berselancar di dunia maya tanpa tujuan atau zombie scrolling. Bila terbukti penggunaan gawai secara berlebihan atau kecanduan media sosial berdampak pada pembusukan otak atau brain rot, maka saran Henry David Thoreau itu sangat relevan, begitu pula inisiasi Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk membatasi usia para pengguna gawai, barangkali perlu didukung dan diterapkan. Barangkali!

Sulaiman Djaya, Pemerhati Sosial Kebudayaan

Tags: Era Brain RotSulaiman Djaya
Share200Tweet125SendShare
Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya, lahir di Serang, Banten. Menulis esai dan fiksi. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Koran Tempo, Majalah Sastra Horison, Indo Pos, Pikiran Rakyat, Media Indonesia, Majalah TRUST, Majalah AND, Majalah Sastra Kandaga Kantor Bahasa Banten, Rakyat Sumbar, Majalah Sastra Pusat, Jurnal Sajak, Tabloid Kaibon, Radar Banten, Kabar Banten, Banten Raya, Tangsel Pos, Majalah Banten Muda, Tabloid Cikal, Tabloid Ruang Rekonstruksi, Harian Siantar, Change Magazine, Banten Pos, Banten News, basabasi.co, biem.co, buruan.co, Dakwah NU, Satelit News, simalaba, dan lain-lain. Buku puisi tunggalnya Mazmur Musim Sunyi diterbitkan oleh Kubah Budaya pada tahun 2013. Esai dan puisinya tergabung dalam beberapa Antologi, yakni Memasak Nasi Goreng Tanpa Nasi (Antologi Esai Pemenang Sayembara Kritik Sastra DKJ 2013), Antologi Puisi Indonesia-Malaysia, Berjalan ke Utara (Antologi Puisi Mengenang Wan Anwar), Tuah Tara No Ate (Antologi Cerpen dan Puisi Temu Sastra IV di Ternate, Maluku Utara Tahun 2011), Sauk Seloko (Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI di Jambi Tahun 2012)), Kota, Kata, Kita: 44 Karya Para Pemenang Lomba Cipta Cerpen dan Puisi 2019, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Yayasan Hari Puisi, Antologi Puisi ‘NUN’ Yayasan Hari Puisi Indonesia 2015, dan lain-lain.

BeritaTerkait

Sulaiman Djaya
Opini

Ngopi Senja dan Etos Hidup Koh Iping

by liputan9news
May 21, 2025
0

Banten | LIPUTAN9NEWS Dalam setiap perbincangan dengan kami di lantai 4 toko miliknya, Toko Krakatau Royal di kawasan Royal Kota...

Read more
Sulaiman Djaya

Dari Diskusi Senja di Toko Krakatau Royal

April 28, 2025
Sulaiman Djaya

Razia Warung hingga Kisah Khawarij

March 5, 2025
Sulaiman Djaya

Argumentasi Eksistensi Tuhan

February 3, 2025
Load More

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gus Yahya

PBNU Respon Rais Am JATMAN yang telah Demisioner dan Teken Sendirian Surat Perpanjangan Kepengurusan

November 26, 2024
Akhmad Said Asrori

Bentuk Badan Hukum Sendiri, PBNU: JATMAN Ingin Keluar Sebagai Banom NU

December 26, 2024
Jatman

Jatman Dibekukan Forum Mursyidin Indonesia (FMI) Dorong PBNU Segera Gelar Muktamar

November 22, 2024
Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

2397
KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

733
KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

140
Gus Nadir

Catatan Nadirsyah Hosen atas Klaim “Penambangan Itu Baik, Asal Bukan Bad Mining”

June 15, 2025
PNIB Serukan Stop Premanisme di Ruang Sekolah

PNIB Serukan Stop Premanisme di Ruang Sekolah

June 15, 2025
Tambang PBNU

BEM PTNU Se-Nusantara: Distorsi Isu Tambang dan Upaya Pencemaran Nama Baik PBNU Harus Dihentikan

June 15, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Media Sembilan Nusantara

Copyright © 2024 Liputan9news.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Wisata-Travel
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Dunia Islam
    • Filantropi
    • Amaliah NU
    • Al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Muallaf
    • Sejarah
    • Ngaji Kitab
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Seputar Haji
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Pendidikan
    • Sejarah
    • Buku
    • Tokoh
    • Seni Budaya

Copyright © 2024 Liputan9news.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In