Bogor | LIPUTAN9NEWS
Acara Haul almarhum Ustaz Ahmad Hasyim yang diselenggarakan pada Ahad, 22 Juni 2025 di Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, berlangsung tertib, aman, dan tanpa muatan provokatif.
Haul tersebut mendapat apresiasi dari berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama dan organisasi kemasyarakatan, yang menilai keberhasilan acara berkat sinergi aparat keamanan dan tokoh masyarakat dalam menjaga suasana kondusif.
Kiai Ahmad Suhadi, pimpinan Pondok Pesantren Taswirul Afkar dan Penasehat Pejuang Walisongo–Laskar Sabilillah (PWI–LS) Kabupaten Bogor, menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada aparat kepolisian dan TNI atas kerja cepat dan tanggap dalam memastikan ketertiban selama acara berlangsung.
“Acara haul berjalan damai dan tertib. Ini menunjukkan keberhasilan kerja sama antara aparat dan tokoh masyarakat. Kecamatan Kemang memiliki potensi konflik, terutama jika diprovokasi oleh kelompok luar yang membawa isu-isu sektarian,” ujar Kiai Suhadi, Ahad (22/06/2025).
Menurutnya, masyarakat Kemang secara kultural dan demografis sangat terbuka dan toleran terhadap keberagaman. Ia menekankan, jika ada pihak yang mengaku sebagai bagian dari masyarakat Kemang namun bersikap intoleran, maka hal itu bertentangan dengan karakter asli warga Kemang.
“Kita harus memahami ajaran Islam tidak hanya dari teks semata, tetapi juga dengan memahami cara berpikir kelompok lain. Dengan begitu, perbedaan pandangan tidak menjadikan kita mudah menyalahkan atau bahkan menghina orang lain,” tegasnya.
Apresiasi juga datang dari Ketua Aliansi Ormas Kecamatan Kemang, Asep Mulyadi atau akrab disapa Asep Tagor. Ia menjelaskan bahwa aliansi yang menaungi tiga organisasi, yakni Pemuda Pancasila, BPPKB Banten, dan BBR, merupakan mitra strategis Forkopimcam dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Aliansi Ormas di Kemang adalah wujud kearifan lokal yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Kami menjalankan amanat konstitusi, khususnya Pasal 30 ayat (1) tentang bela negara. Jadi sangat keliru jika kami disebut sebagai kelompok preman,” tegas Asep.
Terkait penolakan terhadap rencana kehadiran Habib Rizieq Shihab (HRS) dalam acara haul sebelumnya, Asep menegaskan bahwa langkah tersebut diambil demi mencegah potensi gangguan keamanan.
“Kami tahu ceramah HRS kerap mengandung ujaran kebencian dan provokasi. Oleh karena itu, kami bersama tokoh masyarakat sepakat menolak kehadirannya agar haul berlangsung damai. Dan alhamdulillah, haul kemarin berjalan aman dan khidmat,” katanya.
Kemudian, Ketua Pejuang Walisongo Indonesia (PWI) Kabupaten Bogor, Kyai Ruslan, juga menyampaikan apresiasi atas suksesnya pelaksanaan haul yang bebas dari provokasi. Ia menegaskan bahwa PWI-LS hadir untuk menjaga marwah ulama Nusantara dan meneruskan nilai-nilai dakwah Walisongo yang damai, santun, dan merangkul semua kalangan.
“Walisongo berdakwah lebih dari 50 tahun tanpa menghina, memfitnah, atau membenci pemerintah. Itu yang kami perjuangkan. Dakwah yang rahmatan lil ‘alamin,” jelas Kiai Ruslan.
Ia juga mengkritisi upaya sebagian kelompok, khususnya dari kalangan Ba’Alwi, yang menurutnya kerap berusaha membelokkan sejarah bangsa dan peran ulama lokal.
“Kami tidak membenci Ba’Alwi. Tapi jika sejarah bangsa dan sejarah ulama Nusantara ingin diubah agar tokoh dari kelompok mereka diangkat jadi pahlawan padahal tidak terlibat dalam perjuangan kemerdekaan, kami tidak tinggal diam,” jelasnya.
Kiai Ruslan juga menyoroti fenomena “penjajahan spiritual” di wilayah Bogor, di mana masyarakat lebih mengenal makam-makam tokoh keturunan Arab, seperti yang ada di Empang, dibanding makam para ulama lokal.
“Contohnya, makam Mbah Dalam Batu Tulis (KH. Abdurrahman Al-Maghribi) dan Mbah Dalam Sholawat (K.R. Aria Suriawinata), penyebar Islam awal di tanah Bogor, justru tidak banyak dikenal dan diziarahi. Ini bentuk penjajahan spiritual yang harus dilawan dengan pendidikan sejarah yang jujur,” pungkasnya.