Banten | LIPUTAN9NEWS
8
Sebelum menjadi pemuda yang gagah dan tampan, Ilias menjalani waktu keseharian di masa remaja dan kanak-kanaknya dengan menggembalakan binatang-binatang ternak mirip domba, tapi binatang-binatang itu hanya seukuran kelinci ketika dewasa. Selain menggembalakan binatang-binatang ternak tersebut, Ilias juga kadangkala membantu ibunya, Zipora, menanam dan merawat pohon-pohon ajaib, yang salah-satunya pernah dimakan bersama Siswi Karina dan Misyaila.
Negeri Telaga Kahana di mana Ilias lahir berada di sebuah danau ajaib yang amat luas, merupakan negeri dan dunia yang sangat berbeda dengan negeri-negeri lain. Di negeri itu, empat musim datang dan hadir secara bergantian masing-masing selama seminggu, dan jika maut menimpa mereka di negeri itu, maka yang dijemput maut mula-mula menjelma sebentuk asap sebelum kemudian menghilang ke udara.
Jika salju turun di negeri ajaib tersebut, para penduduknya akan menyalakan tungku-tungku perapian di rumah-rumah mereka, dan karena itulah, Ilias pun kadangkala akan membantu ibunya mengeringkan kayu-kayu bakar sebagai persediaan dan antisipasi bila salju turun di negeri mereka. Hagar dan Sophia, kedua adiknya yang sama-sama jelita, mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal ihwal keadaan dan perangkat di dalam rumah mereka.
Satu-satunya rasa bosan yang mereka alami adalah ketika salju turun di negeri mereka dari waktu pagi hingga ke pagi esok harinya, yang jika mereka tak menyalakan tungku-tungku perapian, niscaya mereka akan membeku seperti patung-patung yang terbuat dari gypsum atau tanah liat. Namun, setelah itu, mereka akan mengalami kegembiraan yang luar biasa ketika cahaya yang datang kemudian segera meluruhkan salju-salju di negeri mereka, yang disusul dengan mekar dan merekahnya bunga-bunga ajaib dan menakjubkan, yang pada saat bersamaan hadir pula aneka ragam binatang-binatang bersayap yang tak kalah ajaibnya yang tak pernah dijumpai Siswi Karina.
Pada saat itulah, Ilias menggembalakan binatang-binatang ternak yang besar hanya seukuran kelinci, sembari bergembira dan bermain-main dengan aneka ragam binatang bersayap yang ada, sedangkan Zipora akan mencari dan mengumpulkan ranting-ranting dan dahan-dahan yang jatuh dan patah di antara jejak-jejak salju yang telah luruh dan telah menjadi udara karena datangnya cahaya yang menggembirakan mereka setelah mengalami kedinginan selama berjam-jam.
Pada saat itu pula, pohon-pohon yang mereka tanam dan mereka rawat telah berbuah dan akan dapat mereka unduh dan mereka ambil di sore harinya.
Tapi bukan itu semua yang membuat Negeri Telaga Kahana begitu sangat istimewa dan sangat berharga di mata Jarjus Bushan sang pemimpin Negeri Amarik dan di mata Mayar Rother sang ketua ordo rahasia yang menguasai banyak pabrik senjata super canggih. Negeri itu, sebagaimana juga telah diakui dan diketahui para penduduknya, menyimpan benih-benih Kristal istimewa yang dapat dijadikan sebagai bahan bagi pembuatan senjata super canggih yang sangat luar biasa dan tak ada bandingannya.
Benih-benih Kristal tersebut ada di sebuah bukit bernama Bukit Kaf.
9
Sungguh sebuah malapetaka yang tak diduga, di saat Misyaila, Siswi Karina, Ilias, Hagar dan Sophia sedang berada di Negeri Farisa, bangsa Amarik menyerang Negeri Telaga Kahana. Penyerangan itu dipimpin langsung oleh Jarjus Bushan yang terkenal mengahalalkan segala cara.
Dalam pertarungan dan pertempuran yang tak seimbang dari segi persenjataan, banyak prajurit dan penduduk Negeri Kahana gugur, sementara beberapa penduduk lainnya berusaha memimpin migrasi anak-anak dan kaum perempuan ke tempat perlindungan yang tak diketahui Bangsa Amarik melalui jalan terowongan rahasia di bawah belukar-belukar berduri.
Meski dengan kekuatan dan persenjataan yang tak seimbang itu, para prajurit Negeri Telaga Kahana bertempur dengan gagah berani, hingga mereka pun sanggup memberikan perlawanan yang sengit kepada para pasukan penyerang.
Mereka juga berhasil menjatuhkan banyak pesawat-pesawat canggih milik Bangsa Amarik yang menghujani peluru-peluru panas ke negeri mereka dan berusaha menyerang mereka. Dengan menggunakan kuda-kuda ajaib yang tangkas dan berlari cepat yang acapkali bagai terbang dengan lesatan yang cepat dan tangkas pula, mereka terus meluncurkan panah-panah mereka ke arah pesawat-pesawat bangsa Amarik yang juga bergerak cepat.
Sebagian dari mereka melancarkan perang gerilya dengan cara menyergap setiap pasukan Bangsa Amarik yang mendekat ke alat-alat penjebak yang telah lama mereka ciptakan sebagai persiapan bila sewaktu-waktu ada serangan, dan ternyata memang benar.
Tanpa sadar, kedatangan pasukan Bangsa Amarik tersebut disambut dengan hantaman-hantaman jebakan yang telah dibuat para prajurit dan penduduk Negeri Telaga Kahana. Banyak dari prajurit dan pasukan Bangsa Amarik yang masuk dalam perangkap mereka atau gugur terkena senjata dan alat-alat perangkap, dan seketika itulah mereka tewas dengan sia-sia karena tak sempat menyerang.
Kejadian-kejadian itu tak pernah disadari dan diantisipasi sebelumnya oleh Jarjus Bushan yang memimpin agresi, sebagaimana ia juga tak menyangka bahwa prajurit dan rakyat Negeri Telaga Kahana ternyata adalah orang-orang yang cerdik dan telah mempersiapkan diri dengan matang dan cermat akan hal-hal yang tak terduga di masa depan. Bersambung.
Sulaiman Djaya, Esais dan penyair