LIPUTAN9.ID – Setiap diri manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan. Ilmu yang dipelajari berkaitan dengan ilmu-ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan umum yang kemudian berkembang menjadi sains dan teknologi. Setiap orang muslim diarahkan agar menuntut ilmu dengan motivasi yang tinggi, semata-mata untuk berbakti kepada Allah. Bukan bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan, mendapatkan kawan yang banyak atau para pendukung, dan bukan pula untuk menuju kemewahan duniawi.
Dalam wahyu pertama, di surat al-Alaq 1-5 ditegaskan agar setiap orang mau membaca dan meneliti segala macam yang ada di alam ini dengan menyebut asma Allah s.w.t.. Dengan cara seperti itu, maka seseorang akan memperoleh ilmu dan sekaligus akan dapat meningkatkan iman dan ketakwaannya. Surat al-Alaq ayat 1 sampai 5 itu mengajarkan kepada umat manusia agar banyak membaca dan meneliti. Hasil bacaan dan penelitian itu kemudian ditulis dengan pena, komputer, laptop, dan smartphone.
Hasil penelitian itu kemudian diidentifikasi dimulai dari latar belakang masalah, dilanjutkan dengan rumusan masalah, metode kajian, pembahasan, baru kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan sebagai hasil dari penelitian itu diuji keabsahan validitasnya baru kemudian ditetapkan sebagai karya ilmiah. Karya ilmiah, bisa berupa risalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan ilmiah lainnya. Dari kegiatan ini akan melahirkan berbagai ilmu, baik yang berkaitan dengan sains dan teknologi maupun dengan ilmu-ilmu agama.
Aktivitas seperti itu adalah mengambil petunjuk dari surat al-Alaq ayat 1 sampai 5. Ditegaskan dengan aktivitas itu, Allah mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum diketahuinya. Ilmu yang dimiliki seseorang tidaklah diperoleh karena semata-mata kecerdasan pikiran dan akalnya, tapi yang paling dominan adalah berasal dari Allah s.w.t.. Semua ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia berasal dari Allah s.w.t..
Orang-orang yang berilmu dan memanfaatkan ilmunya untuk mendatangkan kemaslahatan umum bagi semesta, akan dikaruniai oleh Allah derajat yang sangat tinggi, baik dalam kehidupan dunia, maupun dalam kehidupan akhirat.
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah, 58:11).
Mereka yang mendapat derajat yang tinggi itu adalah orang yang berilmu yang senantiasa menghayati keagungan Allah dan kemahakuasan-Nya. Dengan demikian, ilmu tersebut dapat membimbing dirinya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya. Kedudukan ilmu lebih tinggi dari harta, karena segala aktivitas dan amal perbuatan yang tidak disertai dengan ilmu, maka amalnya akan tertolak dan tidak diterima.
Imam Ali bin Abi Thalib k.w. menyampaikan: Ilmu lebih tinggi dari harta, karena ilmu itu menjaga kita, sedangkan harta harus kita jaga. Ilmu apabila diberikan kepada orang lain akan semakin bertambah, sedangkan harta kalau diberikan kepada orang lain, akan semakin berkurang.
Dr. KH. Zakky Mubarok Syakrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)