Jakarta, LIPUTAN 9 NEWS
Sikap dengki atau iri yang diistilahkan dalam literatur agama dengan kata hasad, adalah merupakan perilaku yang sangat tercela. Ia akan mencampakkan pelakunya pada kehidupan yang sangat menderita baik di dunia maupun di akhirat. Sikap hasad atau dengki pengertianya secara sederhana, adalah kita merasa senang atau gembira apabila ada orang lain yang menderita atau celaka. Atau kita merasa jengkel dan sedih apabila ada orang lain yang meraih kebahagiaan dan kesuksesan.
Setiap orang muslim harus mencintai sesamanya dan mengusahakan tumbuhnya kebaikan bagi mereka. Sifat hasad bertentangan dengan sifat-sifat yang mulia seperti cinta, kasih sayang, kebikan dan sebagainya. Ia merupakan bagian dari penyakit kejiwaan karena tidak mau menerima takdir yang ditetapkan oleh Allah s.w.t. Allah telah mentakdirkan seseorang memperoleh rizki, karunia, kedudukan dan kesuksesan. Apabila ada seseorang yang tidak mau menerima kenyataan itu atau malah dia membencinya, berarti ia menentang terhadap takdir tersebut. Dengan demikian sikap hasad atau dengki ini dapat menjerumuskan seseorang pada “al syirk al khofi” atau syirik yang tersembunyi.
اَهُمْ يَقْسِمُوْنَ رَحْمَتَ رَبِّكَۗ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيْشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۙ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّاۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ ٣
Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf 43:32)
Selain dapat menjerumuskan seseorang dalam syirik yang tersembunyi, hasad atau dengki merupakan dosa yang sangat tercela sehingga setiap orang diperintahkan agar mohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan orang-orang yang sering mendengki atau hasad (QS. Al Falaq). Sebagian besar kebencian dan permusuhan yang dilakukan oleh manusia adalah disebabkan karena sikap hasad tersebut, termasuk kebencian terhadap keimanan yang dimiliki seseorang.
وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ١
Artinya: “Banyak di antara Ahlulkitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali karena rasa dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka, maafkanlah (biarkanlah) dan berlapang dadalah (berpalinglah dari mereka) sehingga Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah 2:109)
Demikian besarnya dosa hasad atau dengki yang dimiliki seseorang sehingga orang itu akan terhapus segala kebaikan dan amal shalehnya, tidak tersisa sama sekali. Nabi bersabda: “Jauhilah olehmu sifat dengki, karena dengki itu dapat menghilangkan kebaikan-kebaikan seseorang bagaikan api membakar Jerami”. (HR. Abu Dawud).
Agama Islam melarang kita semua untuk saling membenci, saling mendengki, saling bermusuhan dan saling memutuskan hubungan silaturrahim. Nabi bersabda: “Janganlah kamu saling membenci, saling mendengki, saling membelakangi dan saling memutuskan hubungan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak diperbolehkan bagi seorang muslim mengacuhkan saudaranya lebih dari tiga hari”. (HR. Bukhari Muslim).
Meskipun hasad dan dengki itu merupakan perilaku yang sangat buruk dan tercela, namun demikian ada dua macam hasad atau iri yang diperbolehkan bahkan dianggap baik, yaitu:
- Iri terhadap seseorang yang diberikan oleh Allah kekayaan yang luas yang digunakan untuk kebaikan.
- Orang yang diberikan oleh Allah ilmu pengetahuan yang sangat dalam kemudian ilmu itu diamalkan untuk Kebajikan dan diajarkan kepada orang lain.
Dua hal yang disebutkan di atas, kita diperbolehkan bersifat iri bahkan harus iri, agar bisa melakukan aktifitas seperti kedua kelompok tersebut. Yaitu berusaha memiliki harta yang banyak untuk dibelanjakan pada kebaikan yang bermanfaat. Demikian juga mencari ilmu yang seungguh-sungguh sehingga menjadi seorang yang alim, yang ilmunya diamalkan untuk kebaikan dan diajarkan kepada orang lain.
Dr. KH. Zakky Mubarok Syamrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)