Bogor | LIPUTAN9NEWS
Menarik untuk dibahas karakteristik orang-orang berdarah Sunda di dalam menjalankan ajaran agamanya. Mungkin kita bertanya, bukan sebuah kebetulan jika sejak masa perjuangan Walisongo yang mana ditatar Sunda Allah anugerahkan seorang wali yang bergabung dalam komunitas Walisongo, yaitu hanya Sunan Gunung Jati atau syekh Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah (putra Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi) yang diberi wewenang penuh bukan hanya sosok seorang tokoh agama, tapi beliaupun ditaqdirkan dalam menyebarkan agama Islam diperkuat dengan kedudukan sebagai sultan sekaligus orangtua yang mengayomi rakyatnya. Maka, dikalangan tradisi Sunda bagi seorang pemimpin yang benar akan memegang teguh filosopi tri tangtu Sunda Buwana.
Ajaran tri tangtu Sunda Buwana adalah otoritas insan kamil yang diberikan kedudukan penuh dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur, karena pemimpin yang berpegang pada tritangtu Sunda Buwana ia akan menjadi pemimpin yang mengajarkan kepada rakyatnya untuk silih asah silih asih dan silih asuh. Silih Asah artinya saling mengingatkan, silih asih saling menyayangi dan silih asuh saling mengayomi. Maka pemimpin Sunda yg memiliki dan menerapkan ajaran silih asah, asih dan asuh merupakan representasi ajaran yang memiliki otoritas sebagai Rama yaitu orangtua yang mengayomi, resi yaitu guru yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan ratu sosok yang melindungi.
Dalam ranah kepemimpinan Sunda yang ingin selalu ada perubahan di dalam masyarakat yang adil dan makmur mesti menerapkan prinsif ajaran leluhur yaitu harus Cageur, bageur, pinter, dan singer yaitu filosofi Sunda untuk pendidikan karakter. Keempatnya prinsif ajaran Sunda dalam menerapkan pendidikan karakter sebagai berikut:
- Cageur: Berarti sehat, bebas dari penyakit, dan gangguan kesehatan
- Bageur: Berarti baik
- Pinter: Berarti pintar
- Singer: Berarti kerja kreatif.
Dari keempat prinsif pendidikan karakter di atas mesti dipelopori oleh seorang penguasa yang mampu memahami kejiwaan bagi lingkungan dan masyarakat Sunda yang mana prinsif kesundaan memiliki ajaran adiluhung yaitu ajaran luhur dan beradab.
Fenomena kemunculan KDM yang dikenal bernama Kang Dedi Mulyadi saat ini sebagai pemimpin Jawa Barat, membuat seluruh masyarakat Indonesia terbelalak kaget, seakan-akan baru kali pertama ini ada seorang pemimpin daerah yang sangat mencintai rakyatnya dan sayang terhadap masyarakatnya. Bahkan berehan (dermawan) senang membantu kesulitan masyarakat yang dipimpinnya. Dengan kejadian banjir bandang di Bodebek (Bogor, Depok, Bekasi) diawali melakukan aksi nyata tanpa kompromi dengan melabrak kemapanan birokrasi yang terkesan njelimet dan berbelit-belit.
Kang Dedi Mulyadi merubah cara pandang yang terlalu birokrasi dalan elitis melalui pendekatan persuasif dengan mengajak diskusi lapangan baik kepada masyarakat yang menjadi korban banjir dan dampak pembangunan Hibisc Fantastis di wilayah Puncak Bogor. Akhirnya komunikasi dua arah tersebut KDM menemukan solusi yang tepat dan akurat. Mau tidak mau akar masalah terjadinya banjir dengan adanya bangunan wisata beliau langsung bongkar tanpa menunggu lama dan tanpa ada perlawanan dari pihak pengusaha wisata tersebut. Hari itu juga langsung dieksekusi pembongkaran bangunan Hibisc Pantasi yang telah menjadi sebab terjadi banjir bandang.
Atas penomena kemunculan Gubernur Jawa Barat yang gerak cepat tersebut membuat iri masyarakat diluar pulau Jawa. Dengan kemunculan pemimpin Jawabarat yang memang dikenal sebagai budayawan, sekaligus seniman membuat daya tarik tersendiri untuk membungkam kelompok yang selama ini hanya berkutat dalam retorika seolah-olah paling agamis dan paling faham agama, sampai-sampai KDM dituduh musyrik, dukun dan sesat. Tapi tuduhan kelompok kanan tersebut dilawan oleh kang Dedi dengan kerja nyata.
Intinya, bagi pemimpin berdarah Sunda yang memahami kesundaan tidak perlu diajarkan agama dan Tauhid, karena ajaran Sunda sejak awal sudah dikenalkan oleh leuhurnya untuk cinta kepada Allah sang pencipta, cinta kesesama manusia dan cinta kepada Alam tempat kita hidup,inilah ajaran Islam untuk kita Hablum minallah (hubungan kepada Allah), Hablum minannaas (hubungan sesama manusia) dan hablum minal alam (hubungan kepada Alam).
Kiai Ahmad Suhadi, S.Pd.I, Ketua Ikatan Mubaligh-mubalighoh Nusantara (IMMAN) DPD Kabupaten Bogor dan Katib JATMAN Kabupaten Bogor.