Banten | LIPUTAN9NEWS
Sebagaimana kita rasakan bersama, perkembangan era digital atau zaman media sosial yang semakin cepat dan massif saat ini, hingga perkembangan teknologi artificial intelligence atau AI, kerja dan profesi jurnalis menghadapi banyak tantangan baru.
Pergeseran paradigma dalam penyampaian berita serta perubahan regulasi melalui Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) telah mendorong jurnalis untuk terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka dalam profesi dan kerja kewartawanan dan pemberitaan.
Demikian, tantangan pertama yang dihadapi oleh rekan-rekan jurnalis di era digital adalah penyesuaian terhadap perubahan paradigma dalam menyampaikan berita. Media sosial dan platform digital, tidak terkecuali juga perkembangan dunia dan produk kecerdasaan buatan, telah mengubah cara penyebaran berita atau informasi. Para jurnalis mau tidak mau harus menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan penyebaran informasi yang cepat, massif atau melimpah ruah sedemikian cepat, serta tidak terbatas melalui platform-platform digital semata. Dan di sinilah pentingnya kecepatan, keakuratan, dan keberimbangan dalam penyampaian berita atau informasi yang menjadi perhatian utama jurnalisme kita sekarang ini.
Adapun tantangan kedua adalah perubahan regulasi dan kebijakan dengan diberlakukannya UU Pers No. 40 Tahun 1999 dan UU ITE. Sudah dengan sendirinya, para jurnalis dituntut memahami dan menerapkan aturan baru ini dalam melaksanakan tugas jurnalistik atau kerja kewartawanan mereka. UU Pers No. 40 Tahun 1999 menekankan pentingnya kebebasan pers, namun juga mengatur tanggungjawab para jurnalis atau wartawan dalam menyajikan informasi yang akurat dan berimbang. Sementara itu, UU ITE mengatur penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik yang harus ditaati oleh jurnalis dalam kerja kewartawanan mereka serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan media yang mereka kelola. Mencermati dan memahami regulasi ini menjadi kunci untuk melindungi hak-hak jurnalis atau wartawan, serta dalam melaksanakan tugas dengan aman.
Era digital dan medsos telah membawa transformasi tak terduga dalam ragam aspek kehidupan, tidak terkecuali dalam dunia jurnalisme. Era ini menghadirkan berbagai peluang baru bagi para jurnalis untuk menyebarkan informasi dan menjangkau audiens yang lebih luas. Meskipun demikian, era ini juga menghadirkan berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh para jurnalis.
Diantara tantangan “Jurnalisme di Era Digital” itu adalah: pertama, misinformasi atau disinformasi, ketika era digital dan media sosial memudahkan penyebaran informasi yang salah, menyesatkan hingga merebaknya hoax. Tantangan ini menuntut para jurnalis untuk bekerja lebih keras demi memverifikasi informasi dan memerangi misinformasi.
Kedua, penurunan pendapatan: ketika pendapatan dari iklan tradisional menurun drastis di era digital atau media sosial saat ini, yang membuat banyak media massa mengalami kesulitan keuangan, dan berakibat pada pemutusan hubungan kerja serta pengurangan kualitas jurnalisme.
Ketiga, kehilangan kepercayaan public atau pembaca, yaitu ketika kepercayaan publik terhadap media massa menurun di era digital, dikarenakan maraknya misinformasi dan pemberitaan yang bias hingga membanjirnya hoax. Sudah tentu jurnalis atau para pekerja media harus bekerja lebih keras untuk membangun kembali kepercayaan publik.
Dan keempat, meski bukan yang terakhir, adalah persaingan dengan media sosial, yaitu ketika media sosial menjadi sumber informasi utama bagi banyak orang di era digital, yang memaksa para jurnalis harus bersaing dengan media sosial untuk menarik perhatian audiens atau para pembaca dan pengambil manfaat kerja media dan jurnalisme.
Adaptasi Digital Jurnalisme
Bila kita menyebut istilah jurnalisme digital, biasanya berkenaan dengan praktik produksi dan distribusi berita atau informasi melalui platform digital, semisal situs web berita, blog, media sosial, dan aplikasi mobil atau aplikasi yang bisa digunakan di mana saja dan kapan saja. Hal demikian sangat berbeda dengan jurnalisme konvensional atau jurnalisme tradisional yang masih sangat bergantung pada media cetak atau siaran. Sebaliknya, jurnalisme digital telah memanfaatkan teknologi internet untuk mencapai audiens global secara instan, massif dan cepat. Karena adaptasi itu pula, media cetak mengalami kebangkrutan atau gulung lapak.
Berhenti dan memudarnya dominasi media cetak di era digital saat ini karena memang jurnalisme digital memiliki sejumlah keunggulan yang efisien, bisa diakses dan dijangkau di mana pun dan kapan pun. Bila kita absen, diantara keunggulan Jurnalisme Digital adalah:
Pertama, kecepatan dan aktualitas, ketika berita atau informasi dapat dipublikasikan dan diperbarui atau diupdate secara real-time, yang dengan sendirinya memungkinkan para pembaca atau para pengambil manfaat berita dan informasi mendapatkan informasi terkini dengan cepat. Tentu saja keunggulan ini sangat penting dalam situasi darurat atau breaking news, di mana kecepatan informasi menjadi kunci utama dalam era yang sangat kompetitif dan mengglobal saat ini.
Kedua, aksesibilitas dan jangkauan global internet yang memungkinkan berita atau informasi dapat diakses dari mana saja di dunia, secara berbarengan dan bersamaan. Hal ini akan memberikan kepada para jurnalis dan organisasi media kemampuan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dibandingkan dengan media tradisional atau media konvensional yang masih mengandalkan pencetakan yang jangkauannya terbatas dan lebih mahal untuk diakses oleh para pembaca. Aksesibilitas ini juga berarti berita atau informasi tidak terbatas pada jadwal penerbitan atau pencetakan untuk diakses dan dibaca.
Ketiga, interaktivitas dan partisipasi pembaca platform digital membuka ruang dan kesempatan interaksi langsung antara jurnalis dan para pembaca, para pengakses atau pengambil manfaat berita (informasi). Para pembaca atau publik dapat memberikan komentar, berbagi berita, dan berpartisipasi dalam diskusi kapan saja di kolom komentar yang disediakan atau melalui ruang-ruang pesan yang terjaga privasinya. Kelebihan ini menciptakan ruang dan lingkungan yang lebih dinamis dan partisipatif dibandingkan dengan media tradisional atau konvensional yang tidak membuka ruang interaktif lebih luas dan bisa dilakukan kapan saja.
Keempat, multimedia dan konten jurnalisme digital tak hanya terbatas pada teks, tetapi juga mencakup gambar, video, audio, hingga grafis interaktif yang membuat informasi atau berita hadir dan tampl lebih menarik bahkan lebih kaya atau lebih informatif. Selain itu, konten multimedia ini yang seperti disebutkan itu akan memperkaya pengalaman pembaca dan atau masyarakat untuk membantu menyampaikan informasi dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami, bisa dibagikan secara terus-menerus kapan saja.
Namun, perlu diingat, disamping memiliki sejumlah keunggulan dan kelebihan, jurnalisme digital juga memiliki banyak tantangan, diantaranya:
Pertama, keandalan dan verifikasi informasi jauh lebih menantang, sehingga dituntut lebih cermat, ketika kecepatan penyebaran informasi di dunia digital sering kali mengorbankan keakuratan hingga mudahnya berita atau informasi hoax menyebar dan diterima masyarakat. Penyebaran informasi atau berita palsu (hoax) ini akan menjadi masalah yang sangat serius bahkan sangat fatal jika tidak diverifikasi. Dalam hal ini, para jurnalis dituntut untuk lebih berhati-hati dan harus sanggup melakukan verifikasi yang lebih ketat untuk menjaga kredibilitas informasi dan media.
Kedua, keamanan siber dan privasi jurnalistik di era digital juga menghadapi tantangan keamanan siber yang jauh lebih mengancam, dan bisa terjadi kapan saja tanpa terduga. Sebagai contoh, situs web berita seringkali menjadi target serangan siber oleh hacker. Untuk mengantisipasinya, organisasi media harus memastikan bahwa mereka memiliki langkah-langkah keamanan yang kuat untuk melindungi informasi sensitif, selain untuk melindungi situsnya.
Pemanfaatan Kecerdasan Buatan
Di era digital dan Artificial Intelligence (AI) saat ini, penggunaan Teknologi AI dan Big Data Teknologi kecerdasan buatan (AI) dan analisis data besar (big data) dapat membantu para jurnalis untuk mengidentifikasi tren berita atau informasi, mempersonalisasi konten, hingga meningkatkan efisiensi produksi berita atau informasi. Artificial Intelligence juga dapat digunakan untuk memoderasi komentar dan mendeteksi berita-berita atau informasi-informasi palsu (hoax).
Semoga dengan banyak peluang sekaligus juga tantangan untuk kerja jurnalisme di era digital saat ini, para jurnalis selalu sanggup menghadirkan informasi atau berita yang sahih dan sehat, yang mendidik dan mencerahkan, demi kesehatan dan kemajuan peradaban ummat manusia agar tetap manusiawi dan tidak menjadi mesin yang terasing.
Sulaiman Djaya, Pemerhati Sosial Kebudayaan