• Latest
  • Trending
  • All
  • Politik
Sulaiman Djaya

Kanak-kanak Senja Bagian Kelima

November 20, 2023

Ibn Khaldun, Filsafat Sejarah, Sejarah Sosial

October 28, 2025
Pasar Lama Cikarang dibongkar

Tata Ulang Kawasan SGC, Pemkab Bekasi Relokasi PKL ke Area Pasar Cikarang

October 28, 2025
PNIB

Refleksi Hari Santri dan Sumpah Pemuda, PNIB: Bahaya Medsos dan Game Online sebagai Alat Propaganda 

October 28, 2025
Pagar Nusa

Pagar Nusa Apresiasi Polri atas Kinerja Berantas Narkoba

October 28, 2025
Wali Kekasih Allah

Ciri Wali (Kekasih) Allah: Tidak ada Rasa Takut dan Larut dalam Kesedihan

October 28, 2025
Kemendikbud Siapkan 150 Ribu Beasiswa untuk Guru yang Belum S1/D4

Kemendikbud Siapkan 150 Ribu Beasiswa untuk Guru yang Belum S1/D4

October 27, 2025
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti

Program Wajib Belajar 13 Tahun pada 2026, PIP untuk TK dan Insentif Guru Dinaikkan

October 27, 2025
MUI

MUI Sentil Tampilnya Biduan dalam Peresmian Masjid di Jawa Tengah

October 27, 2025
Peringati Hari Santri 2025, PWNU DKI Jakarta Ajak Perkuat Nilai-nilai Kejujuran

Peringati Hari Santri 2025, PWNU DKI Jakarta Ajak Perkuat Nilai-nilai Kejujuran

October 27, 2025
Ratusan Juta Uang Rakyat Diduga Disalahgunakan: Proyek Drainase U-Ditch di Sukajaya Asal Jadi, Jalan Licin Membahayakan Warga

Ratusan Juta Uang Rakyat Diduga Disalahgunakan: Proyek Drainase U-Ditch di Sukajaya Asal Jadi, Jalan Licin Membahayakan Warga

October 27, 2025
  • Iklan
  • Kontak
  • Legalitas
  • Media Sembilan Nusantara
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Tentang
Tuesday, October 28, 2025
  • Login
Liputan9 Sembilan
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
Liputan9 Sembilan
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Kanak-kanak Senja Bagian Kelima

Oleh: Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya by Sulaiman Djaya
November 20, 2023
in Uncategorized
A A
0
Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya, Budayawan

497
SHARES
1.4k
VIEWS

LIPUTAN9.ID – Ketika aku terpikir untuk menuliskan otobiografiku ini, aku tak pernah berhasil menemukan simpul pertama dari ceceran dan serakan ingatan yang telah tercerai-berai –yang sebagian besar telah terlupakan. Meski demikian, rasanya aku akan merasa bersalah bila mencampakkan yang masih tersisa sebagai kenangan. Kali ini aku hanya ingin sedikit bercerita tentang ibuku, tentang kupu-kupu di pagihari dan senja yang sesekali kulihat di barisan pohon Rosella yang ditanam Ibuku, ketika hari bersimbah cuaca dingin atau di kala iklim berubah cerah selepas hujan menjelang siang.

Kala itu adalah masa-masa di tahun 1980-an, masa di mana aku masih seorang bocah lelaki, ketika Ibuku memetik buah Rosella, sementara aku asik memperhatikan kupu-kupu yang hinggap di salah-satu pohon Rosella yang ditanamnya, yang warna sepasang sayapnya seperti susunan ragam tamsil karena cahaya matahari senja. Ia sesekali terbang, lalu hinggap lagi, kadangkala berpindah atau pindah kembali ke pohon Rosella yang sama, lalu terbang lagi, sebelum akhirnya pergi ke tempat yang ingin ia ziarahi.

Keesokan harinya Ibuku akan menjemur biji-biji Rosella itu dengan tikar yang ia sulam dari sejumlah karung bekas, dan akan mengangkatnya selepas asar, sebelum kami akan menggoreng dan menumbuknya bersama menjadi bubuk kopi yang akan kami bungkus dengan plastik-plastik kecil yang ia beli dari warung. Kakak perempuanku yang akan memasukkan bubuk kopi Rosella itu, sedangkan aku yang menjahit ujung plastik itu dengan cara mendekatkannya ke semungil nyala lampu minyak.

BeritaTerkait:

Pikiran yang Terlambat

Paradoks Kritik Teologis A. A. Navis (Bagian Kedua)

Paradoks Kritik Teologis A. A. Navis (Bagian Pertama)

Gaji DPR RI dan Ironi Pajak Rakyat 

Aku membeli buku-buku tulis sekolahku dari menjual bubuk kopi Rosella yang ditanam Ibuku itu, pohon-pohon Rosella yang acapkali disinggahi sejumlah kupu-kupu, selain dihinggapi dan diziarahi para kumbang dan para serangga, seperti belalang, ngengat dan lainnya.

Kami terbiasa hidup bersahaja dan memperoleh rizki kami dari Tuhan dengan perantaraan pohon-pohon ciptaan Tuhan yang ditanam Ibuku: Rosella, kacang panjang, tomat, labuh, dan lain-lain yang kemudian dijual Ibuku setelah ia mengunduh dan memanennya. Aku hanya bisa membantu Ibuku sepulang sekolah atau ketika hari libur sekolah, meski kadangkala aku absen untuk membantunya dan lebih memilih untuk bermain dan menerbangkan layang-layang, berburu jangkerik, atau berburu para belalang yang kesulitan untuk terbang karena air yang melekat di sayap-sayap mereka dan yang tergenang di hamparan sawah-sawah di kala hujan atau selepas hujan bersama teman-temanku.

Hidup kami memang seperti kupu-kupu di senjakala yang mengimani kesabaran dan ketabahan sebagai keharusan yang tak terelakkan. Tahukah kau kenapa aku mengumpamakannya dengan kupu-kupu? Aku akan menjawabnya. Kupu-kupu, juga para kumbang, adalah makhluk-makhluk Tuhan yang ikhlas bekerja dan dengan takdir mereka sebagai para pengurai dan penyerbuk kembang dan bunga.

Kehadiran mereka merupakan berkah bagi kami yang mengais rizki dari hidup bertani dan menanam sejumlah tanaman yang buah-buahnya dapat dijual Ibuku. Keberadaan mereka adalah siklus alam dan kelahiran bagi kami, para petani.

Mereka, para kupu-kupu dengan sayap-sayap ragam warna di kedua sisi lengan mereka itu, akan datang tanpa kami undang bila tanaman-tanaman yang kami tanam telah berbunga, entah mereka datang di pagihari atau di senjahari. Memang aku baru menyadarinya di saat aku tak lagi hidup seperti di masa-masa itu –sebuah pemahaman yang memang terlambat. Tetapi bukankah lebih baik terlambat daripada tidak menyadarinya sama-sekali?

Begitulah ketika datang sore hari, ada capung-capung selepas hujan, juga riap sejumlah kupu-kupu yang adakalanya terbang dan adakalanya singgah di kelopak bunga. Getaran-getaran sayap mereka yang hampir tak terlihat seakan-akan mengajarkan kita tentang kegembiraan dalam kebisuan yang terhampar bersamaan dengan siklus cuaca.

Mereka membentuk gerakan-gerakan yang mirip gelombang-gelombang kecil, gelombang-gelombang yang meliuk di atas semak belukar, rumput-rumput, di antara susunan pematang dan ilalang, di saat buih-buih masih berjatuhan dan beterbangan. Seakan-akan mereka asik bercanda dengan hembus angin dan lembab cuaca.

Ketika merenungi dan memandangi mereka, aku berusaha mereka-reka dan memikirkan sejumlah tamsil: adakah mereka tengah melakukan ritual atau peribadatan tertentu? Ataukah sekedar merayakan perubahan iklim dan cuaca? Sekedar mengamini siklus dan rotasi gerak unsur-unsur dan hukum alam, di saat waktu sesungguhnya hanya ‘diam’.

Sementara itu, di barisan pohon-pohon, masih terdengar kicau burung-burung yang merasa kedinginan, dingin yang meresap pada bulu-bulu mereka. Tentulah di saat-saat seperti itu matahari sudah enggan menampakkan diri. Di saat-saat seperti itu, sudut-sudut langit dan pematang-pematang sawah lebih mirip figur-figur bisu, yang seolah menikahi ketabahan dan cuaca dingin, dingin yang merundung segala yang hidup dan bernyawa.

Dalam cuaca seperti itu sebenarnya aku tak hanya memandangi capung-capung yang dapatlah kuumpamakan sebagai para peri mungil, sesekali juga kupu-kupu atau belalang-belalang yang meloncat-loncat dan yang terbang di antara pohon-pohon kecil dan lalang-lalang liar.

Aku tergoda untuk membayangkan getaran-getaran sayap-sayap mereka yang tipis dan bergerak dalam samar yang sunyi itu sebagai kiasan kematian yang menyamar sebagai keindahan dan kelembutan. Aku tergoda untuk mengandaikan mereka adalah maut yang bermain-main itu sendiri. Aku akan menyebut capung-capung itu sebagai peri-peri kecil yang tengah mencandai kematian, sosok kematian yang memang tidak terlihat oleh mata telanjang dan hanya bisa dipahami oleh keintiman bathin.

Di sana ada banyak puisi dan perumpamaan yang tak dituliskan dengan kata-kata dan kalimat, namun dari merekalah kanak-kanak bahasa akan lahir untuk mereka yang menyukai menuliskan sajak dan nyanyian. Ijinkan aku mendefinisikan apa itu membaca –yah berkenaan dengan alam dan segala yang hadir di hidup ini. Bagiku, membaca tak hanya melafalkan atau ‘membaca’ aksara-aksara dan tulisan-tulisan, tetapi juga mengakrabi, merenungi, dan mengintimi ‘kehadiran’ dalam hidup, yah seperti ketika aku memandangi dan merenungi para capung senjakala itu.

Karena itu, aku, tak hanya dapat belajar dari buku-buku yang kubaca, tetapi dari setiap yang hadir yang memunculkan minat dan rasa akrabku untuk merenunginya atau sekedar memandang dan memperhatikannya, seperti ketika aku berusaha memahami ‘waktu’ bersama mereka, hidup dan waktu:

“Ketika redup matahari berkubang lembab cuaca
di senja yang sebentar lagi usai
aku tergoda untuk merenungkan para capung
yang menggetarkan sayap-sayap mereka
dengan gerakan lincah nan samar.

Betapa waktu sesungguhnya bercanda
bersama mereka. Kegembiraanmu untuk menafsir
yang tak dicatat lembar-lembar buku
di saat kau bosan atau jenuh. Sesungguhnya
kau dan aku acapkali saling menerka

di mana hati kita gerangan ingin singgah sebentar
dan menemu bahagia. Tahun-tahun,
yang kau sebut usia, barangkali cuma nama lain
untuk segala yang membuat kita lupa
bahwa ada anugerah dan berkat

yang luput kita baca. Sejenak, aku pun berpikir,
bagaimana bila kutulis puisi cinta
yang akan membuatmu tenteram selamanya
seperti juga ingatan yang paling berharga
yang terus kau kenang hingga maut pun tiba.”

Sulaiman Djaya, (Budayawan)

Tags: Kanak-kanaksenjaSulaiman Djaya
Share199Tweet124SendShare
Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya, lahir di Serang, Banten. Menulis esai dan fiksi. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Koran Tempo, Majalah Sastra Horison, Indo Pos, Pikiran Rakyat, Media Indonesia, Majalah TRUST, Majalah AND, Majalah Sastra Kandaga Kantor Bahasa Banten, Rakyat Sumbar, Majalah Sastra Pusat, Jurnal Sajak, Tabloid Kaibon, Radar Banten, Kabar Banten, Banten Raya, Tangsel Pos, Majalah Banten Muda, Tabloid Cikal, Tabloid Ruang Rekonstruksi, Harian Siantar, Change Magazine, Banten Pos, Banten News, basabasi.co, biem.co, buruan.co, Dakwah NU, Satelit News, simalaba, dan lain-lain. Buku puisi tunggalnya Mazmur Musim Sunyi diterbitkan oleh Kubah Budaya pada tahun 2013. Esai dan puisinya tergabung dalam beberapa Antologi, yakni Memasak Nasi Goreng Tanpa Nasi (Antologi Esai Pemenang Sayembara Kritik Sastra DKJ 2013), Antologi Puisi Indonesia-Malaysia, Berjalan ke Utara (Antologi Puisi Mengenang Wan Anwar), Tuah Tara No Ate (Antologi Cerpen dan Puisi Temu Sastra IV di Ternate, Maluku Utara Tahun 2011), Sauk Seloko (Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI di Jambi Tahun 2012)), Kota, Kata, Kita: 44 Karya Para Pemenang Lomba Cipta Cerpen dan Puisi 2019, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Yayasan Hari Puisi, Antologi Puisi ‘NUN’ Yayasan Hari Puisi Indonesia 2015, dan lain-lain.

BeritaTerkait

Sulaiman-Djaya
Opini

Pikiran yang Terlambat

by liputan9news
October 10, 2025
0

BANTEN | LIPUTAN9NEWS Kita kerapkali berbicara tentang Pembaharuan Islam, namun kerapkali pula tak melahirkan dampak praktis, karena keputusan-keputusan sosial-keagamaan-politik lebih...

Read more
Sulaiman Djaya

Paradoks Kritik Teologis A. A. Navis (Bagian Kedua)

September 30, 2025
Sulaiman Djaya

Paradoks Kritik Teologis A. A. Navis (Bagian Pertama)

September 29, 2025
Sulaiman Djaya

Gaji DPR RI dan Ironi Pajak Rakyat 

August 30, 2025
Load More

Comments 0

  1. binance says:
    7 months ago

    Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gus Yahya

PBNU Respon Rais Am JATMAN yang telah Demisioner dan Teken Sendirian Surat Perpanjangan Kepengurusan

November 26, 2024
Akhmad Said Asrori

Bentuk Badan Hukum Sendiri, PBNU: JATMAN Ingin Keluar Sebagai Banom NU

December 26, 2024
Jatman

Jatman Dibekukan Forum Mursyidin Indonesia (FMI) Dorong PBNU Segera Gelar Muktamar

November 22, 2024
Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

2463
KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

757
KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

141

Ibn Khaldun, Filsafat Sejarah, Sejarah Sosial

October 28, 2025
Pasar Lama Cikarang dibongkar

Tata Ulang Kawasan SGC, Pemkab Bekasi Relokasi PKL ke Area Pasar Cikarang

October 28, 2025
PNIB

Refleksi Hari Santri dan Sumpah Pemuda, PNIB: Bahaya Medsos dan Game Online sebagai Alat Propaganda 

October 28, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Media Sembilan Nusantara

Copyright © 2024 Liputan9news.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Wisata-Travel
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Dunia Islam
    • Filantropi
    • Amaliah NU
    • Al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Muallaf
    • Sejarah
    • Ngaji Kitab
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Seputar Haji
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Pendidikan
    • Sejarah
    • Buku
    • Tokoh
    • Seni Budaya

Copyright © 2024 Liputan9news.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In