Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Manusia sebagai makhluk yang mulia dibekali oleh Allah s.w.t. dua potensi yang berlawanan dan besifat antagonis. Dua potensi inilah yang terus aktif saling menyerang dan mengalahkan. Apabila manusia dapat mengembangkan akal dan nuraninya serta diikuti dengan baik, maka akan menjadi makhluk yang paling mulia, bahkan melebihi para malaikat. Sebaliknya, apabila manusia terbelenggu oleh hawa nafsunya sendiri, ia akan menjadi makhluk yang paling hina, bahkan lebih hina dari hewan ternak.
Manusia merupakan makhluk yang kontroversial, bisa menjadi makhluk yang terbaik yang tidak bisa dikalahkan oleh makhluk lain, sebaliknya juga bisa menjadi makhluk yang paling buruk dan tercela. Bagaimana kondisi seseorang untuk bisa mengembangkan potensi kesucian hatinya, termasuk potensi akal dan pikiran, maka ia akan selalu mengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya dalam segala kehidupan, baik kehidupan lahiriah, maupun batiniahnya. Sebaliknya, mereka yang terjerembab dalam kemauan hawa nafsu, akan selalu menjauh dari petunjuk Allah dan rasul-Nya, sebaliknya ia akan tertipu oleh kemewahan duniawi dan rayuan iblis yang akan menyengsarakannya.
Manusia ditunjuki oleh Allah s.w.t. dengan dua jalan, yaitu jalan mendaki dan menurun. Jalan mendaki memang harus ditempuh dengan segala usaha dan perjuangan, ditempuh dengan ketabahan dan kesabaran. Hasil terakhir mengikuti jalan yang mendaki adalah kemuliaan dan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Sebaliknya jalan menurun sangat mudah menggelincirkan manusia sehingga mereka terjebak dalam hawa nafsu. Mereka senang berfoya-foya dengan kemewahan duniawi, tergiur oleh kemilaunya dunia, sehingga mengakibatkan mereka lupa pada tugas sesungguhnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah s.w.t. dan beramal shaleh. Jalan menurun itu mengantarkan manusia terjerembab dalam lembah kehinaan dan kesengseraan, baik dalam kehidupan dunia, maupun dalam kehidupan akhirat.
Allah s.w.t. telah mengilhamkan pada diri manusia, jalan menuju takwa dan kemuliaan. Di samping itu manusia juga diberikan potensi untuk melakukan perbuatan dosa dan perbuatan keji. Oleh karena itu, berbahagialah dengan kebahagiaan yang sesungguhnya, mereka yang menjaga kesucian hatinya. Mereka terus meningkatkan iman dan amal shalehnya menuju ketakwaan yang lebih sempurna. Sebaliknya, amat celakalah orang-orang yang mengotori jiwanya dengan perbuatan dosa, perbuatan tercela dan perbuatan keji.
Sebagai manusia yang ingin meraih kesuksesan duniawi dan ukhrawi, serta kebahagiaan yang abadi, pasti mereka akan tetap menjaga kesucian hati nuraninya. Mererka memperbanyak amal kebajikan, mendekatkan diri kepada Allah s.w.t., dan menjadikan dirinya bisa mendatangkan kemaslahatan bagi sesama.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ وَأَنفِقُواْ مِن مَّا رَزَقۡنَٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوۡلَآ أَخَّرۡتَنِيٓ إِلَىٰٓ أَجَلٖ قَرِيبٖ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun, 63:09-10).
Kalau kesucian hati dan kebersihan nurani manusia mengarahkan kepada kebajikan, sebaliknya hawa nafsu dan bisikan syaitan menjerumuskan manusia pada kehinaan dan penyesalan yang tiada tiara.
ٱلشَّيۡطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ وَيَأۡمُرُكُم بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغۡفِرَةٗ مِّنۡهُ وَفَضۡلٗاۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. (QS, al-Baqarah, 02:268).
Dengan dua macam potensi pada manusia yang bertentangan dan bersifat antagonis itu, maka bagi orang-orang yang ingin meraih kesuksesan dan keberhasilan harus bersikap tegas memilih kesucian hati sanubari dan mengikuti petunjuk yang agung dari Allah s.w.t.. Dengan tegas harus menolak segala macam kecenderungan yang ditimbulkan oleh hawa nafsu dan keinginan pada kemewahan duniawi yang selalu menipu umat manusia.
Dr. KH. Zakky Mubarok Syakrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)