Khutbah Idul Fitri 1446H/2025 M dengan judul Khutbah Idul Fitri 1446 H: Madrasah Ramadan ini, disampaikan dalam sidang shalat idul Fitri di Masjid Nurul Ittihad Komplek Paninggilan Parung Serab Ciledug kota Tangerang Banten, (Khatib : Hasan Yazid Al-Palimbangy M. Ag)
Khutbah Pertama
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر.
الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لااله الا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده. لااله الا الله ولانعبد الا اياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون ولو كره المشركون ولو كره المنافقون لااله الا الله و الله اكبر الله اكبر ولله الحمد.
إنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ، وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ.
فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.
فقال الله تعالي﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾ [آل عِمْرَان:102].
Jama’ah shalat iedul fitri yg dimuliakan Allah !
Khatib mengingatkan diri khatib dan jama’ah sekalian untuk tidak henti-hentinya berusaha semaksimal mungkin dan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kwalitas ketaqwaan kita kepada Allah SWT.Sehingga dari waktu ke waktu sampai ajal menjemput kita, kwalitas ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala semakin mengalami peningkatan. Idealnya beribadah tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja tapi lebih daripada itu hendaknya ibadah kita sudah menjadi KEBUTUHAN kita kepada Allah SWT. Semakin berkurang usia kita semakin meningkat ketaqwaan kita dan semakin diistiqamahkan beribadah kepadaNya agar kita diwafatkan Husnul khatimah. Aamiin ya rabbal aalamiin
Jama’ah shalat iedul fitri yg dimuliakan Allah !
Sejak terbenamnya matahari kemaren sore sampai khatib naik mimbar, milyaran umat Islam seantero dunia, berzikir kepada Allah Subhanahu wata’aalaa.
Semua melantunkan takbir, tahmid, tasbih dan tahlil sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas KEMENANGAN BESAR yang diperoleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh.
Sebagaimana firman Allah SWT:
وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”(QS.Al-baqarah : 185)
Semua bertakbir, semua mengagungkan Allah swt.Karena hanya Allah swt jualah satu2nya tuhan di muka bumi ini yang pantas diagungkan
Gemuruh takbir yg kita lantunkan berulang2 seakan Allah Subhanahu wata’aalaa ingin menyadarkan kita bahwa apabila Allah Subhanahu wata’aalaa memanggil hambanya melalui mu’azzin dengan lafadz Allah Akbar, maka saat itu tidak ada pekerjaan atau aktivitas yang lebih penting kecuali shalat. Bahkan ulama mengatakan bahwa apabila sudah terdengar suara azan maka saat itu haram hukumnya melakukan semua aktivitas kecuali shalat.
*Selain manusia, semua makhluk Allah Subhanahu wata’aalaa yang ada di langit dan bumi seperti langit, bumi, hewan, tumbuh-tumbuhan juga berzikir memuji Allah Subhanahu wata’aalaa dgn bertahmid, bertasbih serta bertahlil.
تُسَبِّحُ لَه‘ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَاَلْأَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّ وَإِنَّ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَاكِنْ لاَ تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْ إِنَّه‘ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS.Al-isro’ : 44)
Jangan sampai kita kalah dengan hewan dalam berzikir
Tasbih/zikir cacing dan ayam
Dalam mukaasyafatul wuluh Imam Ghozali nabi Musa Alaihissalam
Cacing berdzikir 1000 kali pada siang hari dan bersholawat 1000 kali pada malam hari. Bagaimana dengan kita ?
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama’ah shalat iedul fitri yg dirahmati Allah !
Dengan segala keistimewaan dan keberkahannya, di setiap bulan Ramadhan kita saksikan semarak dan kesungguhan ibadah umat Islam meningkat sangat drastis. Orang yang di luar Ramadhan tidak pernah berpuasa, di Ramadhan terpaksa berpuasa.
Namun sayang, seiring berlalunya Ramadhan, seperti tahun-tahun sebelumnya, susana beribadah umat Islam pasca Ramadhan tidak paralel/ tidak berbanding lurus dengan semarak, kesemangatan serta kesungguhan beribadah seperti saat di bulan Ramadhan.
Ternyata kondisi seperti ini sudah disinyalir dan diingatkan oleh Allah SWT dalam Qur’an surat annahl 92
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا
_“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, sehingga menjadi cerai berai kembali.”_ (QS. An Nahl: 92
Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wata’aalaa merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi sampai sore, pekerjaannya memintal benang. Sore hari, ketika pintalan benang itu selesai dan kuat, ia cerai beraikan kembali hasil pintalannya.
Kisah tersebut sengaja ditampilkan Allah SWT agar kita dapat mengambil ibrah/ pelajaran. Jangan sampai amal ibadah yang sudah kita kerjakan secara istiqomah selama Ramadhan, terhenti begitu saja. Dan justru, dirusak oleh perbuatan yang sia-sia setelah ramadhan
Pertanyaannya bagaimana agar spirit Ramadhan tetap lestari dan terjaga pasca Ramadhan
*Kunci agar spirit Ramadhan tetap lestari dan mewujud di sebelas bulan pasca Ramadhan adalah
1. Membangun kesadaran kita bahwa
sebagai sebuah madrasah, Ramadhan idealnya tidak hanya kita maknai sebagai Syahrul ibadah (bulan ibadah), bulan kesempatan untuk mendulang pahala/ganjaran yang sebesar-besarnya.Karena andai Ramadhan hanya dimaknai sebagai bulan ibadah dan menganggap di luar Ramadhan pahalanya tidak dilipat gandakan, maka apa yang selama ini terjadi dimana semarak/semangat ibadah yang hanya ada di bulan Ramadhan akan terulang kembali.Akan tetapi Ramadhan hendaknya kita maknai juga sebagai Syahruttarbiyah (bulan trainning/pelatihan) untuk meningkatkan kwalitas ketaqwaan kita kepada Allah SWT.Karena inilah sesungguhnya tujuan utama disyariatkannya puasa Ramadhan seperti yang difirmankan Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 183
{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }
Kata تَتَّقُونَ yang terdapat dalam ayat di atas adalah fi’lun mudhori’ (kata kerja yang mencakup pekerjaan yang dikerjakan di waktu sekarang dan akan datang sampai mati). Artinya Allah SWT mensyari’atkan ibadah puasa dengan tujuan agar kita terlatih untuk bertaqwa selama lamanya sampai akhir hayat bukan saat Ramadhan saja.
Sebulan penuh kita digembleng dengan aneka ibadah, baik individual maupun sosial serta menahan hawa nafsu syahwat dan amarah dengan tujuan agar kita terlatih istiqamah beribadah di sebelas bulan berikutnya bahkan sampai akhir hayat.Dengan demikian kita akan diwafatkan Husnul khatimah.Karena wafat Husnul khatimah adalah wafat dimana seseorang dalam keadaan istiqamah ibadah.
*Sebulan penuh kita dilatih puasa secara berturut-turut, disamping mendapat pahala yang tak terhingga dan ampunan Allah Subhanahu wata’aalaa, tujuannya agar bisa kita lanjutkan di luar Ramadhan dengan puasa-puasa Sunnah.Kalau 30 hari berturut-turut saja ternyata kita mampu, apalagi puasa syawwal yang hanya 6 hari, ayyaamul bidh yang hanya 3 hari serta Senin Kamis yang hanya dua hari seharusnya kitapun mampu.
*Shalat tarawih yang kita kerjakan tak terputus selama sebulan, disamping sebagai ampunan dosa tujuannya agar kita terlatih untuk istiqamah shalat berjama’ah di masjid
Hanya di Ramdhan semua orang beriman di dunia ini kompak menunggu waktu maghrib untuk berbuka puasa. Pelajaran yang ingin Allah SWT sampaikan adalah agar kita ISTIQAMAH SHALAT DI AWAL WAKTU SECARA BERJAMA’AH DI MASJID BAGI LAKI2.
Kalau selama Ramadhan kita mampu bangun sebelum subuh setiap hari, seharusnya kitapun mampu melakukannya di luar Ramadhan.
Kalau di Ramadhan kita mampu membaca Al-Qur’an satu juz sekali duduk, harusnya di luar Ramadhan kita mampu membaca 2 lembar saja setiap ba’da shalat Fardu sehingga sehari bisa satu juz dan sebulan sekali khatam
Karena itu, spirit Ramadhan yang menghadirkan suasana dan sinyal religiusitas yang kuat ini patut dipertahankan, dilestarikan bahkan ditingkatkan, misalnya dengan melanjutkan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal, shalat fardhu di awal waktu berjama’ah di masjid bagi laki-laki, qiyamullail, gemar sedekah dll.
2. Membangun kesadaran jiwa bahwa beribadah kepada Allah swt harus dilakukan sepanjang hidup/sepanjang hayat di kandung badan. Jiwa robbaaniyyiin bukan romadhoniyyin
Karena sesungguhnya yang diinginkan oleh Allah SWT dari ibadah kita adalah ibadah yang istiqamah berkelanjutan sampai akhir hayat kita
Ulama mengatakan
كن ربانيين ولا تكن رمضانيين
“Jadilah hamba Allah SWT selamanya dan janganlah menjadi hamba Ramadhan”
{ وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ }
[Surat Adz-Dzariyat: 56]
{ وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ یَأۡتِیَكَ ٱلۡیَقِینُ }
“Beribadalah kepada Allah SWT sampai mati”_ [Surat Al-Hijr: 99]
Ibadah yang paling disukai Allah SWT adalah ibadah yang bersifat kontinyu/istiqamah sampai mati
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
_”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.”_ (HR. Muslim no. 783)
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,
أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
‘”Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.”_(HR. Muslim no. 782)
’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah, ”Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab,
لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً وَأَيُّكُمْ يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَطِيعُ
”Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lakukan.” (HR. Muslim no. 783)
Untuk itulah mari kita jadikan Ramadhan sebagai bulan pelatihan/training agar kita ISTIQAMAH beribadah kepada Allah SWT Samapi akhir hayat sehingga dengan demikian kita diwafatkan HUSNUL KHATIMAH.Aamiin.
Dari segi kasolehan sosial puasa mendidik kita untuk :
1.Murooqobatullah (selalu merasa diawasi Allah).
{ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَیۡكُمۡ رَقِیبࣰا }
[Surat An-Nisa’: 1]
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
Artinya : Bukankah Allah SWT menyaksikan semua apa yang ada di langit dan bumi ?
Hanya kita dan Allah swt saja yg tau bahwa kita sedang berpuasa.
* Kalaulah para pejabat negeri ini sadar bahwa mereka selalu dalam pengawasan Allah, insya Allah tdk akan ada koruptor2 gentayangan yg akan merusak sendi2 perekonomian negara yg tercinta ini.
* Kalaulah anak2 kita sadar bahwa …….. العلم نور
* Kalaulah kita semua sadar ..tidak kemaksiatan yg berakibat dosa dan menjadi penyebab kita malas beribadah
2. Gemar Berbagi
Selama sebulan penuh kita berlapar-lapar puasa, lalu kepekaan apa yang kita dapat setelah berlapar-lapar sebulan penuh … ?
Yg perlu kita sadari bahwa الصدقة برهان للايمان
sedeqah itu adalah bukti keimanan
dan kebenaran ibadah kita.Disebut sedeqah yg berasal dr kata soduqo yang artinya benar maka sedeqah sebagai bukti benar tdknya ibadah kita.Dgn bersedeqah maka benarlah shalat, puasa dan haji kita.
Kiat agar kita ringan dan gemar bersedeqah adalah sbb :
Pertama : Semua harta yang saat ini sedang ada pada kita hajyalah TITIPAN dari Allah SWT
1.Sadari bahwa Harta yang sekarang ada pada kita itu hanya Titipan.
آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
_“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh.
Kedua : Sadarilah bahwa apapun yang kita sedekahkan dan infakkan pada dasarnya keuntungannya akan kembali kepada kita sendiri
وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلأنْفُسِكُمْ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
“Dan apa saja harta yang baik yang kalian nafkahkan (di jalan Allah), maka KEUNTUNGANNYA ITU UNTUK (KEMBALI KE) KALIAN SENDIRI. Dan janganlah kalian membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah.
Dan apa saja harta yang baik yang kalian nafkahkan, niscaya kalian akan diberi pahalanya dengan cukup, sedangkan kalian sedikit pun tidak akan dianiaya”.
(QS.Al-baqarah : 272)
Ketiga : Sadarilah bahwa apapun yang kita sedekahkan dan infakkan pasti Allah ganti
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya”(QS.Saba’ : 39)
Keempat : Saat sakratul maut hanya ingin bersedekah
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ.
” Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, andai Engkau tunda menangguhkan (kematian)ku sebentaaar saja, pasti aku akan bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.
(QS.Al-munaafiqun : 10).
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينْ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Hasan Yazid Al-Palimbangy M. Ag., Juru Da’wah (da’i/muballigh). Khatib dan narasumber pengajian mingguan, bulanan di masjid-masjid perumahan dan kantor dan penulis buku-buku agama Islam.)_
Domisili :
Thali’a Clauster (Ps. Ceger) Jl. Musholla Nurul Huda No.1, blok B12Jurang Mangu Barat, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15222
HP/WA +62852-1737-0897