Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا وَاخْتَارَنَا وَاجْتَبَانَا وَجَعَلْنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُ بِاللهِ أَنْزَلَ عَلَى نَبِيِّنَا قُرْآنًا هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيَانًا قَالَ تَعَلَى: وَقَضَى رَبُّكَ اَنْ لَاتَعْبُدُوا اِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا. نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَهُوَ الَّذْي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الْصَّالِحَاتُ وَنَشْهَدُ اَنْ لَا إِلَهَ إِلَّاللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ أَوْجَبَ طَاعَةَ الْوَالِدَيْنِ وَحَرَّمَ عِصْيَانَهُمَا وَنَهْرَهُمَا وَ نَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْعُظَمَاءِ اَلْقَائِلُ: اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الْأُمَّهَات. أَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْبَرَارَةِ الْكِرَامِ. أمَّا بَعْدُ: فَاتَّقُوا اللهَ – عِبَادَ اللهِ- حَقَّ التَّقْوَى. قال الله تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُوْنَ.
Hadirin sidang Jumat rahimakumullah,
Marilah kita bersyukur kepada Allah dengan melangitkan kalimat Tahmid sebagai manifestasi dari pujian kita kepada Allah Swt. atas segala limpahan nikmat, rahmat, serta keberkahan yang kita terima setiap saat yang terkadang tanpa harus keluar keringat, Semoga kitab isa dan selalu berusaha menjadikan diri menjadi orang yang selalu bersyukur kepadaNya amin. Shalawat dan salam marilah senantiasa kita sanjungkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya. Amin.
Selanjutnya, Khatib berwasiat pada diri khatib pribadi dan kepada segenap jamaah, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt dengan taqwa yang sebenar-benar taqwa. Marilah kita menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; memperbanyak berbuat baik, menghormati perbedaaan yang dianugerahkan kepada kita, serta senantiasa menjaga nikmat perdamaian dan kerukunan yang terlimpah kepada bangsa-bangsa dinunia ini.
Sidang Jumat Rahimakumullah,
Pada khutbah kali ini khotib ingin menyampaikan judul khutbahnya yaitu, Khutbah Jumat: Bahaya Durhaka kepada Orantua.
Orang tua (ayah Ibu) merupakan sosokyang sangat penting bagi keihdupan semua manusia. Kesuksesan atau keberhasilan manusia, kebaikan atau kenakalan manusia, semua itu pasti karena keberadaan orang tua, tanpa mereka sulit mendapatkan keberhasilan atau kebahagiaan karena orang tua sangat penting terkait dengan keberadaan dan keberhasilanya.
Disisi lain ada hak yang sangat bersar bagi orang tua untuk anak-akanya, yang dapat digunakan oleh orang tua pada waktu dan kesempatan yang dirasa perlu oleh orang tua. Mengapa demikian?, karena orang tualah yang merawat dengat susah bagi semua anak-anaknya sampai ana-anaknya dewasa. Sehingga tanpa peran orang tua kita manusia tidak aakn banyak bisa berbuat dan berprestasi. Kemudia, apa hak yang besar yang diterima orang tua dari Allah? Yaitu “Ridhonya Allah tergantung dari ridhonya orang tua”
Ridhonya orang tua akan banyak sekali berpengaruh terhadap semua anak-anaknya dalam menjalani kehidupannya, sehingga setiap anak sangat membutukan dan harus meminta ”Ridho” orang tua agar kehidupannya menjadi kehidupan yang baik dan menyenangkan serta membahagiakan.
Sebaliknya, jika manusia menyia-nyiakan orang tua lantaran seseorang sudah menjadi hebat atau pejabat, menganggap tidak penting lantara seseorang sedang dalam posisi kejayaannya dan orang tua sudah menua, apalagi menzolilinya lantaran dia sedang dalam kondisi hebat sementara orang tuan sudah pada kondisi tua dan mungkin renta, maka akan banyak medapatkan masalah dalam kehidupanya, baik didunia maupun diakhirat. Diantara masalanya adalah:
Pertama, :Disegerakan Balasan durhakanya oleh Allah,
Jika seseorang berani durhaka atau menzolimi orang tuanya, maka dia pasti akan mendapatkan balasan dari sikapnya oleh Allah. Allah akan memberikan balasan dari perilaku atau sikap yang ditunjukan seseorang dalam kehidupannya baik bersifat ingkar atau dosa maupun patuh atau berbadah.
Namun ketika manusia berbuat tidak baik atau durhaka kepada orang tua dalam bentuk apapun,maka dia akan segera mendapatkan balasan dari Allah yang boleh jadi cash atau langsung dalam arti tidak ada jeda antar perilakuk durhaka dengan balasan Allah. Memang dalam kenyataan kehidupan,dengan alasan yang dimiliki mereka berani durhaka kepada orang tua. Rosululloh bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: كُلُّ الذُّنُوبِ يُؤَخِّرُ اللَّهُ تَعَالَى مِنْهَا مَا شَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، إِلَّا عُقُوقَ الْوَالِدَيْنِ ، فَإِنَّهُ يُعَجِّلُهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا قَبْلَ الْمَمَاتِ-الطبراني
Artinya: Rasulullah Shallallahun Alaihi Wasallam bersabada,”Setiap dosa-dosa, Allah Ta’ala mengakhirkan (balasannya), sebagaimana yang Dia kehendaki dari dosa-dosa itu hingga hari kiamat. Kecuali durhaka kepada kedua oranguanya, sesungguhnya Allah menyegerakan (balasan) nya bagi pelakunya saat hidup di dunia sebelum wafat.” (Riwayat At Thabarani dan Al Hakim, dishahihkan oleh Al Hakim dan As Suyuthi)
Kedua, : Diharamkan Mencium Wanginya Syurga,
Syurga adalah tempat yang paling indah, nyaman, aman dan membahagiakan. Apa yang ada didunia semua ada disyurga dan banyak yang tidak ada didunia ada di syurga. Karena kondisi syurga yang sangat indah dan menyenangkan, sehingga semua orang berharap masuk dan bisa menikmati syurganya Allah.
Namun bagi seseorang yang berani durkaha dalam arti tidak patuh, melawan dan menzaliminya, maka dia akan diharamkan mencium baunya syurga. Mencium baunya saja diharamkan apalagi memasuki dan menikmatu syurga, sungguh sangat jauh dan tidak akan pernah. Oleh karena itu janganlah kita berani durhaka kepada orang tua, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Rosululloh bersabda:
فإنَّ ريحَ الجنَّةِ يُوجَدُ مِن مسيرةِ ألفِ عامٍ واللهِ لا يجِدُها عاقٌّ ولا قاطعُ رحِمٍ ولا شيخٌ زانٍ ولا جارٌّ إزارَه خُيَلاءَ رواه الطبراني : المعجم الأوسط تفرد به أحمد بن محمد بن طريف
Artinya: Baunya surga dapat dicium sejauh perjalanan 1000 tahun. Demi Allah tidak akan menciumnya seseorang yang mendurhaka kepada ibu bapaknya dan orang yang memutuskan tali persaudaraan, orang tua yang berzina, dan orang yang memanjangkan pakaiannya (melebihi mata kaki) karena sombong. (HR Thabrani)
Ketiga, : Mendapatkan dosa yang besar,
Sebagai seorang anak sudah barang tentu mendapatkan kebaikan-kebaikan dari orang tuanya. Bagaimana tidak? Sang Ibu sudah mulai mengandung datang kondisi tidak nyaman karena perul mual, pusing dan juga tidur yang sulit lantaran sang anak sudah besar didialam perutnya. Setelah itu orang tua merawat dengan baik dengan mencari makanan yang terbaik dan cocok untuk anaknya dan selajutkan memeberi pendidikan yang terbaik juga.
Kemudia setelah perjuangan yang begitu besar dan berat ada penolakan atau kedurhakaan seorang anak, maka sangat mungkin orang tua akan merasa sedih, tidak nyaman atau benci. Karena perjuangan yang sudah dilakukan. Oleh karena itu sangat pantas dan tepat jika ada anak yang durhaka kepada orang tua dia akan mendapatkan dosa yang besar, sebagaimana sabda nabi:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْكَبَائِرُ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ قَالَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ثُمَّ عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْيَمِينُ الْغَمُوسُ قُلْتُ وَمَا الْيَمِينُ الْغَمُوسُ قَالَ الَّذِي يَقْتَطِعُ مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ هُوَ فِيهَا كَاذِبٌ
Dari Abdullâh bin ‘Amr, ia berkata: Seorang Arab Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasûlullâh, apakah dosa-dosa besar itu ?” Beliau menjawab, “Isyrak (menyekutukan sesuatu) dengan Allâh”, ia bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian durhaka kepada dua orang tua,” ia bertanya lagi, “Kemudian apa ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sumpah yang menjerumuskan”. Aku bertanya, “Apa sumpah yang menjerumuskan itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sumpah dusta yang menjadikan dia mengambil harta seorang muslim”. [HR al-Bukhâri, no. 6255]
Keempat, : Amal Ibadahnya Sia-sia
Setiap muslim yang beribadah dengan jenis ibadah yang bermacam-macam tentunya berharap ada imbalan dari ibadah itu dari Allah sebagai satu bekal nanti diakhirat. Banyak biaya dan waktu yang dia siapkan untuk melakukan ibadah tersebut, baik ibadah mahdhoh(ada ketentuan) maupun ibadah ghoiru mahdhoh(tidak ada ketentuan). Boleh jadi ibadah yang dilakukan sampai meninggalkan keluarga demi mengaharpkan balasan dari Allah.
Namun jama’ah sekalian, jika sehebat apapaun ibadah kita, sekuat apapun ibadah kita, dan selama apapun ibadah kita, jika kedurhakaan kita kepada orang tua masih dilaksanakan apalagi dalam waktu yang lama dan orang tua belum ridho dengan kita, maka ibadah kita yang dianggap sudah sempurna, maaka akan hilang dan sia-sia karena tidak diterima oleh Allah, lantaran kedurhakaan ita kepada orang tua,, Rosululloh bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا : عَاقٌّ، وَمَنَّانٌ، وَمُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ
Ada tiga golongan manusia yang Allâh tidak akan menerima dari mereka amalan wajib (fardhu), dan tidak pula amalan sunnat (nafilah) mereka pada hari kiamat kelak; seorang yang durhaka kepada orang tuanya, seorang yang menyebut-nyebut sedekah pemberiannya, dan seorang yang mendustakan takdir (Shahîh al-Jâmi` ash-Shaghîr no: 3065).
Kelima, Tidak Mendapatkan Syafa’at di Akhirat
Dalam perjalanan hidup adakalanya seseorang mendapakan kenikmatan, adakalanya juga mengalami kesengsaraan, dalam kondisi sengsara terkadang manusia membutuhkan bantuan dari pihak lain agar kesengsaraanya terhenti dan berubah menjadi kenikmatan. Kondisi demikian tidak hanya dialami manusia dalam kehidupan di dunia, boleh jadi terjadi pada kehidupan akhirat.Ketika terjadi dalam kehidupan kahirat maka tidak banyak yang bisa menolong, Yang bisa menolong hanaya amal baik kita didunia dan syafa’at Rosululloh saw.
Namun pertolongan rosul tidak sembarang diberikan kepada ummatnya. Apakah kita diakui ummat atau kita melakukan suatu amal didunia yang mendapat hak untuk memperoleh syafaatnya atau justru sebaliknya. Jika kita dan ummat Islam lainnya durhaka kepada orang tua kita, maka hal ini yang menjadi pengahalng kita untuk mendapatkan syafaat dari Rosul diakhirat nanti walaupun kita memiliki amal kebaikan yang banya. Rosululloh bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُمْ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا؛ عَاقْ وَمَنَّانٌ وَمُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ
“Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menerima tebusan maupun syafa’at bagi mereka; anak yang durhaka, pengungkit pemberian, dan yang mendustakan takdir.” (Hadist dengan sanad Hasan, HR. Ath-Thabrani dalam Al Kabiir: 7564, Ibnu Abi Ashim: 323, Ibnu Baththah dalam Al Ibanah Al Kubra: 1513, dan Al Baihaqi dalam Al Qadha’ wa Al Qadar: 370)
Hadirin sidang jum’ah yang dimulyakan Allah,
Demikian khutbah yang singkat ini, semoga kitab bisa memahami betapa pentingnya menjauhi kedurhakaan kepada orang tua dalam kehidupan kita sehingga kita perlu memahami dan menggunakan cara hidup yang baik dan benar daam Al-Qur’an yang dimulai dari beberaa hal:
- Disegerakan balasan kedurhakaannya oleh Allah
- Diharaman mencium wangi-wangian syurga,
- Mendapatkan dosa yang besar,
- Amal Ibadahnya sia-sia lantara tidak diterima,
- Tidak mendapatkan Syafaat Nabi di Akhirat
Semoga Allah memudahkan dan memberi kekuatan serta semangat kepada kita untuk bisa dan memahami pentingnya sikap bakti kepada orang tua agar dapat beribadah dengan baik dalam waktu yang panjajng sehingga kita mendapatkan maqam atau posisi yang tinggi dimata Allah dan Manusia. amin amin ya Robbal “aalamiiin.
بَارَكَ اللَّهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَ وَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا . إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
KH. Ahmad Misbah, M.Ag., Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (LD PCNU) Tangerang. Penulis tinggal Puri Bintaro Hijau Blok A6/17, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Hp 08129039482