KOTA TANGERANG | LIPUTAN9NEWS
Sebelum peristiwa Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945, yang kemudian kita peringati sebagai Hari Pahlawan Nasional, sejarah mencatat adanya 2 hal penting yang dicetuskan oleh Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU), KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, yang kemudian menjadi api pemantik berkobarnya Pertempuran Surabaya dan pertempuran-pertempuran lain di seluruh wilayah Indonesia. Pertama, Fatwa Jihad Fi Sabilillah yang dikeluarkan pada tanggal 17 September 1945. Kedua, Resolusi Jihad Fi Sabilillah yang lahir pada tanggal 22 Oktober 1945, yang kemudian kita peringati sebagai Hari Santri Nasional.
Naskah khutbah jumat dengan judul “Khutbah Jumat: Hari Pahlawan Nasional: ini, dalam bentuk PDF dapat di download dengan klik tautan diakhir materi khutbah ini.
أَلْحَمْدُ لله، أَلْحَمْدُ لله الَّذِي جَعَلَ الْإِسْلَامَ طَرِيقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِينَ بِهِ مَكَانًا عَلِيًّا.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَه، شَهَادَةً مَنْ هُوَ خَيْرُ مَقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيَّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِينَ يُحْسِنُونَ إِسَلَامَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوا شَيْئًا فَرِيًّا.
أَمَّا بَعْدُ…فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ، أُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي مُحْكَمِ تَنْزِيلِه: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
صَدَقَ اللهُ الْعَظِيم.
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 ternyata tidak lantas membuat negeri kita ini benar-benar merdeka dari penjajahan asing. Informasi akan datangnya pasukan sekutu yang membonceng tentara NICA untuk kembali menjajah Indonesia membuat para ulama bangkit untuk mengantisipasi ancaman tersebut.
Sebelum peristiwa Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945, yang kemudian kita peringati sebagai Hari Pahlawan Nasional, sejarah mencatat adanya 2 hal penting yang dicetuskan oleh Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU), KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, yang kemudian menjadi api pemantik berkobarnya Pertempuran Surabaya dan pertempuran-pertempuran lain di seluruh wilayah Indonesia. Pertama, Fatwa Jihad Fi Sabilillah yang dikeluarkan pada tanggal 17 September 1945. Kedua, Resolusi Jihad Fi Sabilillah yang lahir pada tanggal 22 Oktober 1945, yang kemudian kita peringati sebagai Hari Santri Nasional.
Fatwa Jihad Fi Sabilillah antara lain berintikan tentang kewajiban berperang khususnya bagi umat Islam Indonesia untuk melawan dan mengusir penjajah. Adapun Resolusi Jihad berisi antara lain tentang seruan agar Pemerintahh Republik Indonesia memerintahkan perjuangan fi sabilillah demi tegaknya Negara Republik Indonesia dan agama Islam.
Dari dua hal di atas dapat kita cermati betapa briliannya pemikiran para ulama kita terdahulu, di mana perang fi sabilillah dengan mati syahid sebagai ganjarannya tidak hanya dikaitkan dengan membela agama, tapi juga dikaitkan dengan membela negara dan tanah air dari cengkeraman penjajah. Buah pemikiran ini tentu bukan tanpa hujjah (argumentasi). Baginda Rasulullah Saw. bersabda:
مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
Barangsiapa mati karena membela hartanya maka ia mati syahid, barangsiapa mati karena membela keluarganya maka ia mati syahid, barangsiapa mati karena membela agamanya maka ia mati syahid, barangsiapa mati karena membela darahnya maka ia mati syahid (HR. Ahmad No. 1652 dan No. 2779. Hadits dengan redaksi senada juga diriwayatkan oleh Abu Daud No. 4772, At-Tirmidzi No. 1421, An-Nasa`i No. 4094-4095).
Logika berfikirnya adalah, bagaimana mungkin kehidupan kita dan keluarga akan tenang dan tentram, darah dan nyawa kita akan terlindungi, ibadah agama kita dan agama-agama lainnya akan nyaman untuk dijalani, jika semua itu tidak diayomi oleh negara yang bebas dari penindasan penjajah. Di dalam Ihya Ulumiddin, Imam Al-Ghazali berkata:
وَالْمُلْكُ وَالدِّينُ تَوَأُّمَانِ، فَالدِّينُ أَصْلُ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ، وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُومٌ، وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ
Negara dan agama adalah dua saudara kembar, agama adalah pondasi dan negara adalah penjaganya. Apapun tanpa pondasi akan hancur, dan apapun tanpa penjaga akan punah.
Dari sini dapat kita pahami bahwa mati membela negara dan tanah air adalah mati syahid, persis dengan mati membela agama, juga mati syahid. Keduanya bagai dua sisi keping uang logam yang tidak mungkin dipisahkan. Cinta kepada agama dan cinta kepada negara sepatutnya berada dalam satu tarikan dan hembusan nafas kita. Baik membela tanah air maupun membela agama, keduanya sama-sama dalam kategori jihâd fî sabîlillâh, jihad di jalan Allah.
Ma’âsyiral mu’minîn rahimakumullâh.
Di dalam Surah At-Taubah ayat 111 Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu adalah) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah. Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
Alhamdulillah, saat ini kita telah dan masih terus menikmati anugerah kemerdekaan yang Allah limpahkan kepada kita. Dan semua itu tidak mungkin kita rasakan tanpa jasa dan perjuangan para pahlawan kita yang dahulu telah mengorbankan nyawa, harta dan apapun yang mereka miliki fî sabîlillâh, di jalan Allah SWT, demi kemerdekaan Indonesia.
Di samping wajib bersyukur kepada Allah SWT, Rasulullah juga menuntun kita juga untuk berterima kasih kepada para pahlawan yang telah menjadi sebab bagi kemerdekaan Indonesia, serta keamaan dan kenyamanan hidup kita semua.
عَنْ أَبِي سَعِيد قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ (رواه أحمد والترمذي)
Dari Abi Said ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: Siapa yang tidak tahu berterima kasih kepada sesama manusia, maka dia tidak tahu bersyukur kepada Allah (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Dalam momentum Hari Pahlawan, mari kita ungkapkan rasa terima kasih kita kepada para pahlawan kita, seraya kita memohon kepada Allah agar senantiasa melimpahkan rahmat dan maghfirah-Nya untuk para pahlawan kita. Juga kita berdoa agar Allah SWT menguatkan hati dan langkah kita semua untuk dapat mempertahankan nikmat kemerdekaan ini, sambil juga kita memohon kepada Allah SWT agar Ia jauhkan diri kita dari sifat dan sikap khianat terhadap anugerah kemerdekaan yang telah Ia berikan melalui pengorbanan para pahlawan kita, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيم. وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيم. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ, إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم. أَقُولُ قَوْلِي هذَا, وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ, فَاسْتَغْفِرُوه…إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم.
أَلْحَمْدُ للهِ ذِى الْعَظَمَةِ وَالْجَلَال، أَلَّذِى قَدَّرَ الْأَعْمَارَ وَحَدَّدَ الآجَال، وَأَمَرَنَا بِالْعِبَادَةِ وَصَالِحِ الْأَعْمَال. أَشْهَدُ اَن لَّا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَه، جَعَلَ الدُّنْيَا مَزْرَعَةً لِلْآخِرَة، وَمَكْسَبَ زَادٍ لِلْحَيَاةِ الْفَاخِرَة، لِلْخَلَاصِ مِنَ الْأَهْوَالِ الْقَاهِرَة. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه، أَلَّذِى حَذَّرَنَا مِنَ الدُّنْيَا دَارِ الدّوَاهِى، وِمَكَانِ الْمَعَاصِى وَالْمَلَاهِى. صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الْكِرَام، وَأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الْأَنَامَ، وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.
أَيُّهاَ النَّاس، إِتَّقوُا اللهَ حَقَّ تَقْوَاه، وَرَاقِبُوهُ مُرَاقَبَةَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَرَاه.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي مُحْكَمِ تَنْزِيلِه: ي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
صَدَقَ اللهُ الْعَظَيم.
أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد، كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيم وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيم، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد.
أَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَات، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَات، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَات، يِا قَاضِيَ الْحَاجَات. رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَة، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَارِ.
عِبَادَ الله، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَان، وَإِيتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر. وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُون. أَقِمِ الصَّلَاة.
KHA. Muzaini Aziz, Lc., MA., Ketua Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU), Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta dan Pengasuh Perguruan Al-Mu’in Kota Tangerang
Naskah Khutbah Jumat dalam bentuk PDF dapat di download dengan KLIK disini
























