Naskah Khutbah Jum’at dengan judul Khutbah Jumat: Ibadah Kurban dan Ujian Keamanan ini, disampaikan dalam sidang shalat Jumat di Masjid Salahuddin Gedung Rajiman Kantor Ditjen Pajak Jl. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta Selatan pada 18 Dzulqo’dah 1446 H/16 Mei 2025 M.
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ فَرَضَ الْحَجَّ عَلَى عِبَادِهِ، وَأَمَرَنَا بِطَاعَتِهِ، وَنَهَانَا عَنْ مَعْصِيتِهِ، وَدَلَّنَا عَلَى تَعْظِيْمِ شَعَائِرِهِ بِفَضْلِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ الِلّٰهِ¸ أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ¸ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ.
اَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
{إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ
“Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia (Allah Subhanahu wata’aalaa) akan memberi petunjuk kepadaku.” (Asshoffaat : 99)
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa pada ayat 99 surat Allah Allah Subhanahu wata’aala menceritakan tentang kekasih-Nya Nabi Ibrahim alaihissalam , bahwa sesungguhnya setelah Allah Subhanahu wata’aala menolongnya dari kejahatan kaumnya dan ia merasa putus asa dari keimanan kaumnya, padahal mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat yang besar, maka Ibrahim Alaihissalaam hijrah dari kalangan mereka menuju Baitul maqdis di Palestina.
Dengan harapan di tempat yang baru itu, beliau dapat beribadah kepada Tuhan tanpa gangguan dari kaum yang ingkar, dan dapat berdakwah mengembangkan agama dengan taufik dan hidayah Allah.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Hikmah/pelajaran yang bisa kita ambil adalah apabila di suatu tempat dimana lingkungannya sudah tidak bisa membuat kita nyaman untuk beribadah dak berdakwah, maka kita dianjurkan untuk hijrah.
Lalu nabi Ibrahim Alaihissalaam bermunajat kepada Allah Subhanahu wata’aalaa,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (Ash-Shaffat: 100)
Yakni anak-anak yang taat sebagai ganti dari kaumnya dan kaum kerabatnya yang telah ditinggalkannya. Allah Swt. berfirman:
{فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ}
“Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak anak yang teramat sangat (Ash-Shaffat: 101)
غلام حليم» أي ذي حلم كثير.
Seorang anak yang teramat sangat sabar yakni (yang banyak memiliki kesabaran)
Menurut kesepakatan ulama dan kaum Ahli Kitab, bahkan di dalam nas kitab-kitab mereka disebutkan bahwa yang dimaksud anak ini adalah Nabi Ismail alaihissalaam bukan nabi Ishaq alaihissalaam seperti yang diperdebatkan sebagian ahli kitab. Karena ia merupakan anak pertamanya yang sebelum kelahirannya, dia telah mendapat berita gembira mengenai kelahirannya. Dia lebih tua daripada Nabi Ishaq. Dan disebutkan bahwa ketika Ibrahim a.s. mempunyai anak Ismail, ia berusia 86 tahun. Dan ketika beliau mempunyai anak Ishaq, usia beliau 99 tahun.
Firman Allah Swt,
{فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى}
“Maka tatkala anak itu sampai pada usia dewasa/ sanggup ( yang menurut Ibnu Abbas maksud dari kata السَّعْيَ (assa’ya) adalah telah tumbuh dewasa dan dapat bepergian serta mampu bekerja dan berusaha sebagaimana yang dilakukan ayahnya, Ibrahim Alaihissalaam berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! ” (Ash-Shaffat: 102)
Ubaid ibnu Umair mengatakan bahwa mimpi para nabi itu adalah wahyu,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “رُؤْيَا الْأَنْبِيَاءِ فِي الْمَنَامِ وَحْي”
Dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Mimpi para nabi itu merupakan wahyu.
Nabi Ibrahim Alaihissalaam memberitahukan mimpinya itu kepada putranya agar putranya tidak terkejut dengan perintah itu, sekaligus untuk menguji kesabaran dan keteguhan serta keyakinannya sejak usia dini terhadap ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’aalaa dan baktinya kepada orang tuanya.
{قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ. سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ}
Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah/langsungkanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu untuk menyembelih diriku. Yakni aku akan bersabar dan rela menerimanya demi pahala Allah Swt.(Ash-Shaffat: 102)
Dan memang benarlah, Ismail a.s. selalu menepati apa yang dijanjikannya. Karena itu, dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya:
{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar menepati janjinya(Maryam: 54-55)
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Bayangkan jika kita yang menjadi nabi Ibrahim Alaihissalaam. Sudah tangguhkah iman kita sehingga mampu meletakkan cinta kita kepada Allah Subhanahu wata’aalaa di atas kecintaan kita kepada selainNya. Dengan mengorbankan anak, harta dll demi cinta kita kepadaNya ?
Adapun firman Allah Swt.:
Diceritakan dalam kitab tafsir Ibnu Katsir bahwa sebelum melaksanakan perintah Allah Subhanahu wata’aala untuk menyembelih putranya Ismail alaihissalaam, nabi Ibrahim mendapatkan rintangan dan godaan yang dashyat dari syaithon.
Ibrahim a.s. berangkat bersama anaknya dengan tujuan akan menyembelihnya, maka setan pergi dan masuk menemui Sarah, lalu berkata, “Ke manakah Ibrahim pergi bersama anakmu?” Sarah menjawab, “Ia pergi membawanya untuk suatu keperluan.” Setan berkata, “Sesungguhnya Ibrahim pergi bukan untuk suatu keperluan, melainkan ia pergi untuk menyembelih anaknya.” Sarah bertanya, “Mengapa dia menyembelih anaknya?” Setan berkata, “Ibrahim mengira bahwa Tuhannya telah memerintahkan kepadanya hal tersebut.” Sarah menjawab, “Sesungguhnya lebih baik baginya bila menaati Tuhannya.”
Lalu setan pergi menyusul keduanya. Setan berkata kepada anak Ibrahim, “Ke manakah ayahmu membawamu pergi?” Ia menjawab,” Untuk suatu keperluan.” Setan berkata, “Sesungguhnya dia pergi bukan untuk suatu keperluan, tetapi ia pergi untuk tujuan akan menyembelihmu.” Ia bertanya, “Mengapa ayahku akan menyembelihku?” Setan menjawab, “Sesungguhnya dia mengira bahwa Tuhannya telah memerintahkan hal itu kepadanya.” Ia berkata, “Demi Allah, sekiranya Allah yang memerintahkannya, benar-benar dia akan mengerjakannya.”
Setan putus asa untuk dapat menggodanya, maka ia meninggalkannya dan pergi kepada Ibrahim a.s., lalu bertanya, “Ke manakah kamu akan pergi dengan anakmu ini ?” Ibrahim menjawab, “Untuk suatu keperluan.” Setan berkata, “Sesungguhnya engkau membawanya pergi bukan untuk suatu keperluan, melainkan engkau membawanya pergi dengan tujuan akan menyembelihnya.” Ibrahim bertanya, “Mengapa aku harus menyembelihnya ?” Setan berkata, “Engkau mengira bahwa Tuhanmu lah yang memerintahkan hal itu kepadamu.” Ibrahim berkata, “Demi Allah, jika Allah Swt. memerintahkan hal itu kepadaku, maka aku benar-benar akan melakukannya.” Setan putus asa untuk menghalang-halanginya, lalu ia pergi meninggalkannya.
{فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ}
Tatkala keduanya telah berserah diri dan patuh dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (Ash-Shaffat: 103)
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengerjakan perintah Allah Swt. sebagai rasa taat keduanya kepada Allah, dan bagi Ismail sekaligus berbakti kepada ayahnya. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Ikrimah, Qatadah, As-Saddi, Ibnu Ishaq, dan lain-lainnya.
Makna tallahu lil jabin ialah merebahkannya dengan wajah yang tengkurap dengan tujuan penyembelihan akan dilakukan dari tengkuknya dan agar Ibrahim tidak melihat wajahnya saat menyembelihnya, karena cara ini lebih meringankan bebannya.
Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya). (Ash-Shaffat: 103) Yakni menengkurapkan wajahnya.
{وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا}
“Dan Kami panggillah dia, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu!” (Ash-Shaffat: 104-105)
Yakni sesungguhnya engkau telah mengerjakan apa yang telah Aku perintahkan dalam mimpimu itu hanya dengan membaringkan putramu untuk disembelih.
As-Saddi dan lain-lainnya menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim a.s. sempat menggorokkan pisaunya, tetapi tidak dapat memotong sesuatu pun, bahkan dihalang-halangi antara pisau dan leher Nabi Ismail oleh lempengan tembaga. Lalu saat itu juga Ibrahim a.s. diseru: sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. (Ash-Shaffat: 105)
Firman Allah Swt.:
{إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ}
“Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Ash-Shaffat: 105)
Yakni demikianlah Kami palingkan hal-hal yang tidak disukai dan hal-hal yang menyengsarakan dari orang-orang yang taat kepada Kami, dan Kami jadikan bagi mereka dalam urusannya jalan keluar dan kemudahan. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا}
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (At-Talaq: 2-3)
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Sesungguhnya tujuan utama dari perintah ini pada mulanya hanyalah untuk menguji keteguhan dan kesabaran Nabi Ibrahim a.s. dalam melaksanakan perintah Allah Swt. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ}
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat: 106)
Maksudnya, ujian yang jelas dan gamblang, yaitu perintah untuk menyembelih anaknya. Lalu Ibrahim a.s. bergegas mengerjakannya dengan penuh rasa berserah diri kepada Allah dan tunduk patuh kepada perintah-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى}
“dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji” (An-Najm: 37)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ}
Dan Kami TEBUS anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash-Shaffat: 107)
Sufyan As- Sauri telah meriwatkan bahwa yang dimaksud seekor sembelihan yang besar adalah kambing gibasy yang berbulu putih, gemuk, bertanduk yang telah digembalakan di surga selama empat puluh tahun.
Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa
tempat Nabi Ibrahim menyembelih tebusan anaknya berada di Mina di lereng Bukit Sabir.
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى ٱلْءَاخِرِينَ («وتركنا» أبقينا «عليه في الآخرين» ثناءً حسنا)
(Kami abadikan) Kami lestarikan (untuk Ibrahim itu di kalangan orang-orang yang datang kemudian) pujian yang baik. (108
سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ («سلام» منا «على إبراهيم»)
“Kesejahteraan Kami limpahkan atas Ibrahim.” (Ayat 109)
Sesungguhnya tujuan utama dari perintah ini awalnya hanyalah untuk menguji keteguhan iman nabi Ibrahim agar lebih mengutamakan kecintaan dak ketaatan kepada Allah Subhanahu dari pada kepada anak, harta dll, sekaligus menguji kesabaran kesabaran nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (106)) yaitu, ujian yang jelas dan gamblang yaitu perintah untuk menyembelih anaknya. Maka nabi Ibrahim bersegera mengerjakannya dengan penuh rasa berserah diri dan tunduk kepada Allah. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji (37)) (Surah An-Najm)
Bagaimana dengan iman kita yang tidak diuji dengan mengorbankan anak. Kita hanya diuji dengan mengorbankan harta demi mentaati perintah Allah Subhanahu wata’aalaa dengan berqurban menyebelih seekor domba
Dengan demikian _*Ibadah qurban itu adalah UJIAN KEIMANAN.*_ Apakah kita sudah meletakkan cinta kita kepada Allah di atas cinta kita kepada dunia termasuk anak dan harta*_
عن أبي هريرة رضي الله عنه ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من وجد سعة لأن يضحي فلم يضح ، فلا يحضر مصلانا »
“Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda : Siapa yang memperoleh kelapangan untuk berkurban, dan dia tidak mau berkurban, maka janganlah hadir dilapangan kami (untuk shalat Ied).” [HR Ahmad, Daru qutni, Baihaqi dan al Hakim
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلًا أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dgn tanduk-tanduknya, kuku-kukunya & bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” [HR. ibnumajah No.3117]
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذِهِ الْأَضَاحِيُّ قَالَ سُنَّةُ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ قَالُوا فَمَا لَنَا فِيهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بِكُلِّ شَعَرَةٍ حَسَنَةٌ قَالُوا فَالصُّوفُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بِكُلِّ شَعَرَةٍ مِنْ الصُّوفِ حَسَنَةٌ
ari Zaid bin Arqam, dia berkata: berkata para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Wahai Rasulullah, hewan qurban apa ini?” Beliau bersabda: “Ini adalah sunah bapak kalian, Ibrahim.” Mereka berkata: “Lalu pada hewan tersebut, kami dapat apa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Pada setiap bulu ada satu kebaikan.” Mereka berkata: “Bagaimana dengan shuf (bulu domba)?” Beliau bersabda: “Pada setiap bulu shuf ada satu kebaikan.” [HR. Riwayat Ibnu Majah dalam Sunannya No. 3127]
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ،
عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Hasan Yazid Al-Palimbangy, M.Ag., Juru Da’wah (da’i/muballigh). Khatib dan narasumber pengajian mingguan, bulanan di masjid-masjid perumahan dan kantor dan penulis buku-buku agama Islam.)
Domisili : Thali’a Clauster (Ps. Ceger) Jl. Musholla Nurul Huda No.1, blok B12Jurang Mangu Barat, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15222 HP/WA +62852-1737-0897.