Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Naskah khutbah Jum’at dengan judul Khutbah Jumat: Isra’ dan Mi’raj Momentum Memperbaiki Kualitas Shalat ini disampaikan dalam sidang shalat Jumat di Masjid Baitul Hikmah Komplek DEPPEN Harjamukti Cimanggis Depok Jawa Barat, pada 24 Rajab 1446 H/24 Januari 2025 M.
Khutbah pertama
الحمد لله ٱلَّذِیۤ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَیۡلࣰا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِی بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِیَهُۥ مِنۡ ءَایَـٰتِنَاۤۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ * وجعل الصلاة على المؤمنين كتابًا موقوتًا. نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِالِلّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا¸ مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ الِلّٰهِ¸ أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ¸ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ.
Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’aalaa
Menjadi prioritas utama bagi khatib dalam mengawali khutbah ini untuk senantiasa mengingatkan, mengajak, dan berwasiat kepada diri khatib dan para jamaah untuk terus dan tak henti-hentinya berusaha dengan sungguh-sungguh meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wata’aalaa.
Wujud peningkatan ketakwaan ini adalah dengan penguatan komitmen untuk menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Saat ini kita sedang berada di bulan Rajab, salah satu dari asyhurul hurum (bulan-bulan yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’aalaa.
Indikator Kemuliaan Bulan Hurum /Apa yang Menyebabkan Kemuliaan Bulan ini
Diantara indikator kemuliaan asyhurul hurum termasuk Rajab adalah dilipatgandakannya pahala amal ibadah baik dari segi kuantitas dan kualitas.
Dalam kitab Matholib Ulin Nuha (2/385) dinyatakan:
(وتضاعف الحسنة والسيئة بمكان فاضل كمكة والمدينة وبيت المقدس وفي المساجد، وبزمان فاضل كيوم الجمعة، والأشهر الحرم ورمضان.
“Kebaikan dan keburukan menjadi berlipat ganda pada tempat mulia seperti Makkah, Madinah, Baitul Maqdis dan di masjid. Dan (berlipat ganda pula) di waktu yang mulia seperti pada hari jum’at, bulan-bulan Haram dan Ramadan.
Apakah dosa di bulan mulia juga dilipatgandakan?
أما مضاعفة الحسنة: فهذا مما لا خلاف فيه، وأما مضاعفة السيئة، فقال بها جماعة تبعا لابن عباس وابن مسعود . . . وقال بعض المحققين: قول ابن عباس وابن مسعود في تضعيف السيئات: إنما أرادوا مضاعفتها في الكيفية دون الكمية ) اهـ .
“Adapun pelipatgandaan kebaikan, maka ini adalah perkara yang tidak ada perselisihan (di antara ulama) tentangnya. Adapun pelipatgandaan keburukan, maka sekelompok ulama menyatakan hal itu, mereka mengikuti (pendapat) Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud…. dan berkata sebagian ulama meneliti perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud dalam pelipatgandaan keburukan mereka hanyalah memaksudkannya sebagai (pelipatgandaan) kualitas dan bukan kuantitas”
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wata’aalaa dalam surat Al An’am ayat 160. Allah SWT berfirman,
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ١٦٠
Artinya: “Siapa yang berbuat kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya. Siapa yang berbuat keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan yang seimbang dengannya. Mereka (sedikitpun) tidak dizalimi (dirugikan).”
{ مَن جَاۤءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ خَیۡرࣱ مِّنۡهَاۖ وَمَن جَاۤءَ بِٱلسَّیِّئَةِ فَلَا یُجۡزَى ٱلَّذِینَ عَمِلُوا۟ ٱلسَّیِّـَٔاتِ إِلَّا مَا كَانُوا۟ یَعۡمَلُونَ }
Dalam kitab Al-Sharh Al-Mumti, Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan bahwa jumlah dosa yang telah diperbuat sebelumnya tetap sama dan tidak bertambah.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Sejarah mencatat bahwa di bulan Rajab yang mulia ini terjadi peristiwa spektakuler dan luar biasa yaitu peristiwa Isra’ & Mi’raj Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.
Isra adalah perjalanan spiritual atau wisata religi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-isra’ ayat 1
{ سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِیۤ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَیۡلࣰا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِی بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِیَهُۥ مِنۡ ءَایَـٰتِنَاۤۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ }
Mi’raj adalah dinaikkannya Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dari masjid Al-aqsa naik ke Sidratul Muntaha. Sebagaima termaktub dalam surat An-Najm ayat 13 dan 14
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى.
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,(14) (yaitu) di Sidratil Muntaha” ( An-Najm : 13 dan 14)
Perjalanan spektakuler ini dihadiahkan oleh Allah SWT kepadaNya sebagai hiburan bagi Beliau setelah ditimpa kesedihan demi kesedihan karena ditinggal wafat istri tercinta Nabi Muhammad, Ummahatul mu’minin Khadijah serta pamannya Abu Thalib yang oleh karenanya tahun itu disebut ‘aamul huzn (tahun kesedihan).
Kesedihan ini bukan hanya karena kehilangan pribadi yang sangat dicintainya, tetapi lebih kepada kehilangan sosok yang telah membantu dan mendukung dakwahnya dengan penuh dedikasi
Oleh-oleh Isra’ dan Mi’raj
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Sekembalinya dari Isra’ dan Mi’raj Rasulullah shalallahu alayhi wasallam membawa oleh-oleh yang sangat berharga bagi kita umat Islam yaitu ibadah shalat.
Mari kita jadikan moment isra mi’raj ini untuk MEMPERBAIKI IBADAH KITA KHUSUSNYA SHALAT. Apakah ibadah yang selama ini kita kerjakan sudah benar sesuai syari’at ?
{ ٱلَّذِی خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَیَوٰةَ لِیَبۡلُوَكُمۡ أَیُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلࣰاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡغَفُورُ }.
“(Allah Subhanahu wata’ala) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)
Menurut imam Ibnu Katsir rahimhullah dan para mufassir lainnya yang dimaksud amal yang terbaik bukanlah hanya amal yang terbanyak tapi _*amal yang paling benar sesuai syari’at.*_
Kita tidak menginginkan ibadah kita sia-sia di mata Allah Subhanahu wata’aalaa. Mari kita renungkan peringatan Allah Subhanahu wata’aalaa berikut ini:
هَلۡ أَتَىٰكَ حَدِیثُ ٱلۡغَـٰشِیَةِ وُجُوهࣱ یَوۡمَىِٕذٍ خَـٰشِعَةٌ عَامِلَةࣱ نَّاصِبَةࣱ تَصۡلَىٰ نَارًا حَامِیَةࣰ
“Sudah datangkah kepadamu berita (tentang kondisi manusia) pada hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan (akan tetapi sia-sia), (akibatnya) memasuki api yang sangat panas (neraka)” [Surat Al-Ghasyiyah 1 – 4]
Disebutkan dalam siroh Nabawiyah bahwa Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu menangis saat mendengar ayat ini
Menurut imam Ibnu Katsir dan para mufassir lainnya ternyata salah satu penyebab orang dimasukan ke neraka adalah sebab amalan yang banyak dan beragam, tapi penuh cacat, baik motif dan niatnya, maupun KAIFIYAT YANG TIDAK SESUAI DGN SUNNAH RASULULLAH SAW.
Ayat lainnya adalah :
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا * الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ?Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya.” (QS. 18 : 103 &104)
Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir mengatakan: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,”) yakni orang-orang yang mengerjakan perbuatan yang sesat dan tidak berdasarkan syari’at yang ditetapkan (syari’at yg telah dicontohkan Rasulullah Saw), diridhai dan diterima oleh Allah Subhanahu wata’aalaa.
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا.
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (sia-sia bagaikan) debu yang berterbangan.” [Al Furqan/25:23]
Tiga perkara yang membuat amal ibadah sia-sia : Kekufuran, tidak ikhlas dan tidak beribadah sesuai yang ditetapkan syar’iat yang dicontohkan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam (Tafsir Muyasar)
Jangan Putus Berusaha untuk Memperbaiki Kwalitas Shalat
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Hidup kita ini tergantung shalat kita. Kemenangan, kesuksesan, keberuntungan, ketenangan, ketenteraman, kecukupan, kesehatan dan kebahagiaan, semuanya akan datang bila seseorang melaksanakan shalat._
Maka itu diantara lafadz azan adalah Hayya ‘ala al-sholah hayya ‘ala al-falah
Allah memanggil kita untuk shalat bukan untuk membebani kita tapi dalam rangka mengajak kita menuju kemenangan
Shalat adalah ibadah yang paling utama. Shalat adalah pondasi agama. Shalat adalah satu-satunya Ibadah yang langsung diperintah Allah kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam. Shalat adalah pembeda antara mu’min dan kafir. Shalat adalah ibadah yang bila ditinggalkan dosanya lebih besar daripada dosa zina dan mencuri. Shalat adalah perkara yang paling akhir hilang dari agama dan shalat adalah ibadah yang pertama kali diperiksa di akhirat kelak. Bila benar shalat seseoran, maka Allah Subhanahu wata’aalaa tidak memeriksa lagi ibadah-ibadah lainnya
Pertanyaannya adalah sudah benarkah shalat yang kita kerjakan selama ini ? Apakah shalat kita sudah sesuai syari’at yang ditetapkan Allah Subhanahu wata’aalaa dan dituntunkan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam ? Sejauh apa kesungguhan kita memperbaiki kualitas shalat ? Pernahkah kita menyengajakan diri mengajak keluarga kita (istri dan anak-anak kita) menemui guru agama/ustadz untuk memeriksa benar tidaknya shalat yang selama ini kita kerjakan ?
يأَتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يُصَلّوْنَ وَلاَ يُصَلُّوْنَ (رواه أحمد)
“Akan datang suatu masa menimpa manusia, banyak yang melakukan shalat, padahal sebenarnya mereka tidak shalat”. (HR Ahmad, No. 47)
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُصَلِّي سِتِّينَ سَنَةً مَا تُقْبَلُ لَهُ صَلَاةٌ، لَعَلَّهُ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَلَا يُتِمُّ السُّجُودَ، وَيُتِمُّ السُّجُودَ وَلَا يُتِمُّ الرُّكُوعَ
“Sungguh, ada orang yang shalat selama 60 tahun, namun tidak diterima Shalatnya walau satu pun. Boleh jadi, dia sempurnakan ruku’nya tetapi sujudnya kurang sempurna, atau dia menyempurnakan sujudnya, namun tidak menyempurnakan Ruku’nya”. (Hadits Sahih Riwayah Al Imam Abi Syaibah)
Shalat yang baik dan benar adalah shalat yang dikerjakan dengan memenuhi syarat dan rukunnya serta ketentuan-ketentuan lainnya, diikuti dengan gerakan kejiwaan dan disertai rasa khusu’ dan keikhlasan yang mendalam serta sesuai dengan yang telah dicontohkan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam
Dalam hadits singkat tapi mempunyai arti yang luas terkait cara shalat yang benar sesuai syari’at Islam Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى
“Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat.” (HR. Bukhari).
Dengan demikian ibadah shalat itu akan berdampak pada sikap mental kita dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang telah melakukan shalat dengan baik dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar.
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat (yang benar) itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).
Al Hasan Al-Bashry berkata,
مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.” (Dikeluarkan oleh Ath Thobari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari Qotadah dari Al Hasan Al-Bashry)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Kenapa harus sungguh-sungguh memperbaiki shalat kita ? Karena shalat merupakan ibadah yang pertama kali diperiksa di akhirat. Apabila benar shalat kita, maka akan benarlah ibadah-ibadah lainnya dan Allah Subhanahu wata’aalaa tidak melihat/memeriksa lagi ibadah lainnya. Namun sebaliknya, apabila salah/rusak ibadah sholat kita maka rusaklah seluruh ibadah lainnya.
أَوَّلُ مَا يُـحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
“Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk.” (HR. Thabrani).
“Naif sekali andai kita beribadah hanya berdasarkan secuil ilmu yang pernah didapat saat di bangku sekolah dasar atau ibtidaiyyah”
Surat Al-Baqarah: 238 menyebutkan:
{ حَـٰفِظُوا۟ عَلَى ٱلصَّلَوَ ٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُوا۟ لِلَّهِ قَـٰنِتِینَ }
Yang harus dijaga/diperhatikan adalah:
- Sejak dari pelaksanaan wudhu’nya,
- Waktunya
- Gerakannya
- Bacaannya
- Thuma’ninahnya
- Khusyu’nya
( فَإِنْ صَلُحَتْ ) قَالَ ابن الْمَلَكِ : صَلَاحُهَا بِأَدَائِهَا صَحِيحَةً – يعني في قيامها وركوعها وسجودها وخشوعها وطمأنينتها ، ومن ذلك المحافظة على طهورها ، والمحافظة عليها في أوقاتها – .
( فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ ) الْفَلَاحُ الْفَوْزُ وَالظَّفَرُ ، وَالْإِنْجَاحُ الحصول على المطلوب .
قال القارىء فِي ” مرقاة المفاتيح ” (3/889) :
(وَإِنْ فَسَدَتْ) بِأَنْ لَمْ تُؤَدَّ ، أَوْ أُدِّيَتْ غَيْرَ صَحِيحَةٍ ، أَوْ غَيْرَ مَقْبُولَةٍ .
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ∆ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. (Al-Ma’un: 4-5)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang munafik yang mengerjakan shalatnya terang-terangan, sedangkan dalam kesendiriannya mereka tidak shalat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: bagi orang-orang yang shalat. (Al-Ma’un: 4) Yaitu mereka yang sudah berkewajiban mengerjakan shalat dan menetapinya, kemudian mereka melalaikannya.
Hal ini adakalanya mengandung pengertian tidak mengerjakannya sama sekali, menurut pendapat Ibnu Abbas, atau mengerjakannya bukan pada waktu yang telah ditetapkan baginya menurut syara’; bahkan mengerjakannya di luar waktunya, sebagaimana yang dikatakan oleh Masruq dan Abud Duha.
Kriteria Shalat Saahuun (lalai) menurut Atha Ibnu Dinar yang dikutip Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya tafsir Ibnu Katsir adalah :
وَقَالَ عَطَاءُ بْنُ دِينَارٍ: وَالْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي قَالَ: ﴿عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ﴾ وَلَمْ يَقِلْ: فِي صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ.
Atha ibnu Dinar mengatakan bahwa segala puji bagi Allah yang telah mengatakan dalam firman-Nya: yang lalai dari salatnya. (Al-Ma’un: 5) Dan tidak disebutkan “yang lalai dalam salatnya”.
1. وإما عن وقتها الأول، فيؤخرونها إلى آخره دائما أو غالبا.
Adakalanya pula karena tidak menunaikannya di awal waktunya, melainkan menangguhkannya sampai akhir waktunya secara terus-menerus atau sebagian besar kebiasaannya.
2. وإما عن أدائها بأركانها وشروطها، على الوجه المأمور به.
3. وإما عن الخشوع فيها، والتدبر لمعانيها.
Dan adakalanya saat mengerjakannya tidak khusyuk dan tidak merenungkan maknanya.
Dan adakalanya karena dalam menunaikannya tidak memenuhi rukun-rukun dan persyaratannya sesuai dengan apa yang diperintahkan
فاللفظ يشمل هذا كله، ولكن من اتصف بشيء من ذلك قسط من هذه الآية. ومن اتصف بجميع ذلك، فقد تم نصيبه منها، وكمل له النفاق العملي”
Maka pengertian ayat mencakup semuanya itu. Tetapi orang yang menyandang sesuatu dari sifat-sifat tersebut berarti dia mendapat bagian dari apa yang diancamkan oleh ayat ini. Dan barang siapa yang menyandang semua sifat tersebut, berarti telah sempurnalah baginya bagiannya dan jadilah dia seorang munafik dalam amal perbuatannya.
Maka pengertian ayat mencakup semuanya itu. Tetapi orang yang menyandang sesuatu dari sifat-sifat tersebut berarti dia mendapat bagian dari apa yang diancamkan oleh ayat ini. Dan barang siapa yang menyandang semua sifat tersebut, berarti telah sempurnalah baginya bagiannya dan jadilah dia seorang munafik dalam amal perbuatannya.
Maka dari itu jangan pernah putus untuk mengaji demi mencapai ibadah yang berkualitas dan diterima Allah Subhanahu wata’aalaa yang menghantarkan kita kepada ampunan dan kasih sayangNya sehingga kita menjadi hamba yang layak menjadi penghuni sorga JANNATUNNA’IIM. Aamiin
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Wallahu a’lam bisshowab
Hasan Yazid Al-Palimbangy, M.Ag., Juru Da’wah (da’i/muballigh). Khatib dan narasumber pengajian mingguan, bulanan di masjid-masjid perumahan dan kantor dan penulis buku-buku agama Islam.)
Domisili : Thali’a Clauster (Ps. Ceger) Jl. Musholla Nurul Huda No.1, blok B12Jurang Mangu Barat, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15222 HP/WA +62852-1737-0897