Khutbah 1
ألحمد لله الملك العلام, الذى فرض علينا الحج إلى بيته الحرام, و جعله مرة فى العمر لا كلَّ عام, و فيه يكون التعارف و الإلتئام.
و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له, نحمده على الرخاء و النعماء, و نشكره فى السراء و الضراء. و أشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله, الذى أرسله الله إلينا رحمة للإهتداء, و وسيلة للمحبة و الإخاء.
صلوات الله و سلامه على النبي العربي العمي الأمين, المصطفى و المجتبى, سيدنا محمدٍ و على آله و أصحابه و من اتبعه إلى يوم الدين.
قال الله تعالى فى القرآن الكريم:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
أوصيكم و إياي نفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون.
أما بعد.
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâah
Sekitar 221.000 kaum muslimin Indonesia berkesempatan menunaikan ibadah haji. JIka dihitung tiap tahunnya, tentu ini bukan jumlah akumulatif yang sedikit.Lalu, jika kita kaitkan dengan sabda Rasulullah Saw. bahwa:
والحجّ المبرور ليس له جزاء إلاّ الجنة
Dan haji yang mabrur tiada ganjaran baginya kecuali surga (HR. Muttafaq ‘alayh)
Maka, setiap tahun bangsa Indonesia mewisuda sedikitnya ± 200.000 sarjana calon penghuni surga. Ini baru dari fakultas haji, belum dari fakultas shalat, fakultas puasa, dan fakultas ibadah-ibadah lainnya. Namun, apakah benar demikian kalkulasinya?
Jika kita perhatikan hadits Rasulillah di atas, yaitu bahwa hanya haji yang mabrur yang mendapat ganjaran surga, maka mafhûm mukhâlafah (logika berbaliknya) adalah bahwa ada haji yang tidak mabrur, yang konsekwensinya adalah tidak mendapat surga. Logika berbalik ini ada dasar penguatnya di dalam al-Qur`an, yaitu ketika Allah SWT menerangkan kepada kita bahwa ada dua jenis karakter manusia yang melaksanakan ibadah haji.
Karakter pertama dari sebagian jama’ah haji, sebagaimana yang diindikasikan oleh Allah SWT dalam Surah al-Baqarah ayat 200:
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الاخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ
Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kepada kami (kesenangan) di dunia”, dan tiadalah ia (mendapat) bagian (yang menyenangkan) di akhirat.
Al-Imam Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir at-Thabari di dalam karya tafsirnya Jâmi’ul Bayân ‘an Ta`wîli Âyil Qur`ân berkata bahwa ayat ini berbicara tentang karakter sebagian jama’ah haji yang hajinya hanyalah demi kepentingan-kepentingan duniawi semata. Lebih dalam lagi, Prof. DR. M. Quraish Shihab di dalam karya tafsirnya al-Mishbâh berujar bahwa ada di antara mereka yang melaksanakan ibadah haji namun hajinya tidak mabrur, ini karena orientasi utama hidup mereka hanyalah untuk meraih kesenangan, kenikmatan dan kemegahan dunia, tanpa menggubris norma-norma dan aturan-aturan agama.
Di dalam usaha menggapai kesuksesan duniawi, apakah itu dalam hal harta, pangkat, jabatan, popularitas maupun pengaruh, hal ini antara lain ditandai bahwa mereka tidak lagi peduli mana yang halal dan mana yang haram. Semua cara ditempuh, yang penting tujuan-tujuan itu tercapai. Jenis manusia di atas adalah manusia yang sudah mengeluarkan biaya besar untuk melaksanakan ibadah haji, mengorbankan waktu, meninggalkan pekerjaan, meninggalkan keluarga dan meninggalkan kampung halamannya, lalu berihram, thawaf, sya’i, wukuf, mabit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain dari ritual haji yang sangat melelahkan dan menguras tenaga, namun semua itu sia-sia di mata Allah SWT. Alih-alih mendapatkan surga sebagai ganjaran hajinya, justru jalan menuju ke neraka yang pada hakikatnya sedang ia tempuh.
Karakter kedua dari sebagian jama’ah haji adalah sebagaimana yang Allah SWT sebutkan di dalam firman selanjutnya, yaitu ayat 201 dari Surah al-Baqarah:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
Menurut Al-Imam Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir at-Thabari, hasanah atau kebaikan yang dimaksud di atas adalah mencakup kesehatan jasmani dan kelapangan rezeki serta ilmu dan ibadah di dunia, sehingga semua itu mengantarkan kepada hasanah atau kebaikan yang bersifat puncak di akhirat kelak, yaitu surga, serta dijauhkan dari azab neraka. Menurut Al-Imam ‘Imaduddin Isma’il ibn Katsir ad-Dimasyqi di dalam karya tafsirnya Tafsîr al-Qur`ân al-‘Azhîm, adapun yang dimaksud hasanah atau kebaikan di akhirat dan terbebas dari azab neraka adalah terpeliharanya diri seorang manusia saat hidup di dunia dari segala hal yang haram.
Dari sini dapat kita pahami bahwa haji yang mabrur tercermin dari komitmen kuat untuk tidak melibatkan segala bentuk keharaman di dalam seluruh aktivitas kita di dunia, apakah itu di dalam bekerja mencari rezeki, di dalam menggapai suatu pangkat atau jabatan, di dalam berpolitik, bahkan di dalam ibadah dan dakwah sekalipun. Setelah komitmen luhur itu melandasi setiap gerak dan langkah kita sehingga melahirkan hasanah di setiap aktivitas kita di dunia, baru kemudian dapat diharapkan berujung pada tercapainya hasanah di akhirat, berupa surga, serta terpelihara dari siksa neraka.
Di antara kita ada yang sudah melaksanakan haji, di antara kita pasti ingin sekali melaksanakan ibadah haji, bahkan saat ini, saudara-saudara kita sedang menjalani tahapan-tahapan ritual haji. Mari kita luangkan waktu untuk introspeksi diri, dari dua karakter manusia di atas, termasuk di dalam golongan manakah kita berada. Semoga hasil introspeksi diri itu kemudian melahirkan komitmen teguh di hati dan perilaku kita semua untuk senantiasa hanya berpihak kepada yang hasanah, yang haq, yang baik, yang jujur, yang benar dan yang halal. Sehingga, kita pun berhak untuk diberikan kemuliaan sebagaimana yang Allah berikan kepada nabi kita Ibrahim as. di dalam Surah as-Shaffât: ayat 108-111:
وَ تَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى اْلآخِرِيْنَ.
Kami abadikan untuk Ibrahim pujian yang baik di kalangan orang-orang yang datang sesudahnya.
سَلاَمٌ عَلَى إِبْرٰهِيمَ.
(Yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.
كَذ’لِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِينَ.
Demikian kami memberi balasan kepada orang-orang yang hasanah (yang senantiasa berbuat baik).
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِيْنَ.
Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Akhirnya, semoga ibadah haji yang sedang dijalankan oleh saudara-saudara kita, Allah SWT jadikan sebagai ibadah haji yang mabrur. Dan semoga Allah SWT memperkenankan kepada kita semua untuk dapat menunaikan ibadah haji dengan kekuasaan, kekayaan, izin dan ridha-Nya, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
بارك الله لى و لكم فى القرآن الكريم. و نفعنى و إيّاكم بما فيه من الآيات و الذّكر الحكيم. و تقبّل منّى و منكم تلاوته, إنّه هو السّميع العليم. أقول قولى هذا فاستغفروه, إنّه هو الغفور الرّحيم.
Khutbah 2
الحمد لله, الحمد لله الذى أرسل محمدا نبيّا و رسولا, و أنزل عليه الكتاب فرتّلَه ترتيلا.
و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له, رب الأرض و السماء, و رب العزة و الكبرياء. و أشهد أن سيدنا محمدا عبده و رسوله, ذو الأخلاق الطّاهرة, و الأعمال الفاخرة. صلى الله عليه و على آله و صحبه, و سلّم تسليما كثيرا.
فيا عباد الله, إتقوا الله حقّ تقوَاه, و راقبوه مراقبة من يعلم أنه يراه.
قال تعالى: و أتموا الحج و العمرة لله
و قال تعالى: إن الله و ملائكته يصلون على النبي, يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما.
أللهم صل و سلم و بارك على سيدنا محمد, و على آل سيدنا محمد, كما صليت و سلّمت و باركت على سيدنا إبراهيم, و على آل سيدنا إبراهيم, فى العالمين إنك حميد مجيد.
أللهم اغفر للمسلمين و المسلمات, و المؤمنين و المؤمنات, ألأحياءِ منهم و الأموات, إنك سميع قريب مجيب الدعوات, يا قاضي الحاجات.
أللهم اجعل حجَّ ضيوفِك حجا مبرورا, و سعينهم سعيا مشكورا, و ذنبهم ذنبا مغفورا, و عملهم عملا مقبولا, و تجارتهم تجارة لن تبور.
ربنا ءاتنا من لدنك رحمة, وهيئ لنا من أمرنا رشدا
ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم, و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم.
ربنا آتنا فى الدنيا حسنة, و فى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عباد الله, إنّ الله يأمر بالعدل و الإحسان, و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفخشاء و المنكر و البغي, يعظكم لعلكم تذكرون.
فاذكروا الله العظيم يذكركم, و اشكروه على نعمه يزدْكم, و اسئلوه من فضله يعطِكم, و لذكر الله أكبر, والله يعلم ما تصنعون. أقم الصّلاة.
Penyusun: KH. Ade Muzaini Aziz, Lc., MA
Pengasuh Yayasan Al-Mu’in, Ketua Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU)