JAKARTA | LIPUTAN9NEWS
Salah satu amanah besar yang Allah berikan kepada manusia adalah menjaga bumi dan seluruh isinya. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan agar manusia tidak membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah menciptakannya dengan penuh keseimbangan.
Materi Khutbah Jumat ini berjudul Khutbah Jumat: Larangan Merusak Lingkungan dalam Al-Qur’an ini, sebelumnya sudah tayang di NU Online pada Rabu 22 Oktober 2025 dengan judul yang sama. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik tautan di akhir artikel ini.
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن.
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى; ا وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dzat yang telah menciptakan alam semesta dengan penuh keseimbangan. Dialah yang menundukkan bumi, laut, dan langit agar manusia dapat mengambil manfaat darinya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, teladan umat yang mengajarkan kita untuk menjaga bumi sebagaimana amanah dari Allah.
Selaku khatib sudah menjadi kewajiban bagi kami untuk mengajak kita semua untuk bertakwa kepada Allah. Sebab, kelak takwa dan iman, yang akan menyelamatkan manusia di hadapan Allah.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Kita hidup di zaman, ketika udara di kota-kota besar kini kian berat untuk dihirup. Langit yang dahulu biru cerah perlahan berubah menjadi abu kehitaman, tertutup lapisan asap tebal dari kendaraan dan cerobong industri yang tak pernah berhenti mengepulkan polusi.
Di pagi hari, kabut bukan lagi pertanda kesejukan, melainkan campuran partikel debu dan jelaga yang menyesakkan dada. Burung-burung enggan terbang rendah, dan cahaya matahari terhalang oleh tirai asap yang menggantung di cakrawala.
Di berbagai tempat, bencana datang silih berganti: banjir yang menenggelamkan pemukiman, tanah longsor yang menelan rumah, dan kekeringan yang mematikan sumber air. Alam seolah sedang memberi peringatan, namun manusia sering kali hanya menanggapinya dengan diam, terus membangun, terus menebang, tanpa jeda untuk merenung.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Tak bisa dipungkiri, fenomena ini menggambarkan betapa rapuhnya hubungan manusia dengan lingkungan. Dalam hiruk-pikuk pembangunan, manusia kerap lupa bahwa alam bukan sekadar ruang ekonomi, melainkan ruang moral dan spiritual. Forum-forum internasional mungkin telah banyak membahas solusi ekologis. Namun, ada satu sumber nilai yang (mungkin) sering luput dalam diskursus global: agama.
Dalam pandangan Islam, kepedulian terhadap bagian dari ajaran dasar tentang tanggung jawab manusia di bumi. Al-Qur’an menegaskan, manusia bukan sekadar penghuni bumi, melainkan khalifah, pemegang mandat untuk mengelola, menjaga, dan memakmurkannya. Allah berfirman dalam Surat Hud ayat 61:
هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
Artinya, “Dia-lah yang menciptakan kamu dari bumi dan memerintahkan kamu untuk memakmurkannya.” (QS. Hud: 61)
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Ayat ini menegaskan bahwa memakmurkan bumi bukan sekadar hak, melainkan kewajiban. Dalam tafsir Jāmi‘ul Bayān, Imam ath-Thabari menjelaskan bahwa kata “wa ista’marakum fīhā” bukan hanya berarti Allah menempatkan manusia di bumi, tetapi juga menugaskan mereka untuk membangun dan menjaganya. Manusia diberi amanah, bukan kepemilikan. Maka, setiap tindakan merusak alam sesungguhnya adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah ilahi.
Pandangan ini menempatkan ekologi dalam dimensi teologis. Menjaga lingkungan bukan semata urusan kebijakan publik, melainkan juga ekspresi keimanan. Seorang Muslim sejati tidak hanya beribadah di masjid, tetapi juga menunjukkan ketakwaannya melalui sikap peduli terhadap bumi; rumah besar yang dititipkan Allah untuk seluruh makhluk.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Al-Qur’an mengecam keras perilaku destruktif terhadap alam. Dalam Surat Al-A’raf ayat 56, Allah berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
Artinya, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya.”
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Larangan ini bersifat universal, melintasi waktu dan tempat. Imam Abu Muzhaffar As-Sam’ani, dalam Tafsir As-Sam’ani, mengutip pendapat tabi’in Adh-Dhahhak, menyebutkan bahwa kerusakan di bumi mencakup tindakan-tindakan yang merusak keseimbangan alam, seperti memblokir aliran air, menebang pepohonan berbuah, hingga merusak alat tukar masyarakat. Bagi para ulama klasik, fasad (kerusakan) bukan hanya kekacauan moral, tetapi juga penyimpangan ekologis yang mengganggu harmoni ciptaan Tuhan.
Simak penjelasan Adh-Dhahhak dalam Tafsir As-Sam’ani jilid II, halaman 189 berikut:
وَقَالَ الضَّحَّاك: من الْفساد فِي الأَرْض تغوير الْمِيَاه، وَقطع الْأَشْجَار المثمرة، وَكسر الدَّرَاهِم وَالدَّنَانِير
Artinya; “Ad-Dhahhak berkata: “Dari kerusakan yang terjadi di bumi adalah mengubah arah aliran air, menebang pohon-pohon yang berbuah, dan merusak koin-koin emas dan perak.”
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Lebih lanjut dalam Surat Al-Baqarah ayat 205, Allah juga menerangkan tidak menyukai perbuatan merusak bumi. Allah berfirman:
وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَۗ وَ اللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ ٢٠٥
Artinya; “Apabila berpaling (dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi serta merusak tanam-tanaman dan ternak. Allah tidak menyukai kerusakan.”
Ungkapan “yuhlik al-harth wa an-nasl” (merusak tanaman dan keturunan) terdengar sangat relevan di era ini. Pembakaran hutan, pencemaran laut, limbah industri, dan eksploitasi tambang tanpa batas adalah bentuk nyata dari kerusakan yang dikutuk Al-Qur’an.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Menurut Syekh Syamsuddin Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ li Ahkami Al-Qur’an Jilid III, halaman 17, ayat ini menyingkap peringatan ilahi bagi orang yang berbuat kerusakan di bumi, mereka yang menebang pepohonan sembarangan, menggunduli hutan, membakar tanaman demi kepentingan sesaat, atau membunuh hewan tanpa alasan yang dibenarkan syariat.
Perbuatan semacam ini mencederai keseimbangan alam, sekaligus menyia-nyiakan amanah yang Allah titipkan kepada manusia sebagai khalifah di bumi. Maka, tak heran bila Mujahid (seorang ulama besar dari kalangan tabi’in) menyebut pelaku pengrusakan semacam ini, kelak akan mendapatkan celaan dan laknat hingga hari kiamat, sebagai bentuk keadilan Tuhan atas pengkhianatan terhadap ciptaan Allah.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Karena itu, memelihara lingkungan harus dipahami sebagai bagian dari ibadah sosial, amal saleh yang menghubungkan manusia dengan Tuhan dan sesamanya. Menanam pohon, mengurangi sampah, menghemat air, atau mengelola energi secara bijak, semuanya adalah bentuk nyata dari dzikir ekologis: mengingat Allah melalui tindakan yang menjaga ciptaan-Nya.
Pada akhirnya, larangan merusak bumi dalam Al-Qur’an merupakan panggilan untuk membangun kembali hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Alam bukan lawan yang harus ditaklukkan, melainkan sahabat yang perlu dirawat.
Sebab, dalam setiap embusan angin dan tetes hujan, terdapat ayat-ayat Tuhan yang berbicara tentang kasih sayang dan keseimbangan. Dan tugas manusia hanyalah menjaga agar ayat-ayat itu tetap dapat terbaca di muka bumi.
Oleh karena itu, mari kita jadikan bumi ini sebagai tempat ibadah yang suci, bukan ladang kerakusan. Jangan sampai anak cucu kita mewarisi udara kotor, tanah tandus, dan air yang tercemar. Sebaliknya, wariskan kepada mereka bumi yang hijau, lestari, dan penuh berkah.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: (وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر). إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat kajian keislaman
Naskah Khutbah Jumat dalam bentuk PDF dapat di download dengan KLIK disini
























