Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Riya adalah memperlihatkan diri kepada orang lain agar keberadaannya diketahui baik ucapan, tulisan, sikap, maupun amal perbuatannya supaya diketahui oleh orang lain dengan berharap penilaian positif. Sedangkan secara garis besar, arti riya adalah sebuah perbuatan pamer kepada orang lain. Oleh karena itu, riya tergolong sebagai perbuatan yang bisa menyebabkan penyakit hati.
Naskah materi Khutbah Jumat dengan judul; Khutbah Jumat: Sikap “Ria” Perspektif Al-Quran, dalam bentuk PDF dapat di download dengan Klik disini.
Khutbah Pertama
الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَاحٍۢ بَيْنَ النَّاسِۗ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيمًا
Hadirin sidang Jumat Rahimakumullah,
Marilah kita bersyukur kepada Allah dengan melangitkan kalimat Tahmid sebagai manifestasi dari pujian kita kepada Allah Swt. atas segala limpahan nikmat, rahmat, serta keberkahan yang kita terima setiap saat yang terkadang tanpa harus keluar keringat, Semoga kitab isa dan selalu berusaha menjadikan diri menjadi orang yang selalu bersyukur kepadaNya amin. Shalawat dan salam marilah senantiasa kita sanjungkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya. Amin.
Selanjutnya, Khatib berwasiat pada diri khatib pribadi dan kepada segenap jamaah, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt dengan taqwa yang sebenar-benar taqwa. Marilah kita menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; memperbanyak berbuat baik, menghormati perbedaaan yang dianugerahkan kepada kita, serta senantiasa menjaga nikmat perdamaian dan kerukunan yang terlimpah kepada bangsa-bangsa dinunia ini.
Sidang Jumat Rahimakumullah,
Pada khutbah kali ini khotib ingin menyampaikan judul khutbahnya yaitu, Khutbah Jumat: Sikap “Ria” Perspektif Al-Quran.
Riya adalah memperlihatkan diri kepada orang lain agar keberadaannya diketahui baik ucapan, tulisan, sikap, maupun amal perbuatannya supaya diketahui oleh orang lain dengan berharap penilaian positif. Sedangkan secara garis besar, arti riya adalah sebuah perbuatan pamer kepada orang lain. Oleh karena itu, riya tergolong sebagai perbuatan yang bisa menyebabkan penyakit hati.
Secara Bahasa yang dimaksud dengan riya adalah istilah yang berasal dari kata Arriyaa’u yang berarti memperlihatkan atau pamer. Riya adalah perbuatan memperlihatkan sesuatu baik barang atau perbuatan baik dengan maksud agar dilihat orang lain dan mendapat pujian.
Adapun Imam al-Ghazali menyatakan bahwa apa yang dimaksud dengan riya adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan. Sedangkan Imam Habib Abdullah al-Haddad berpendapat bahwa riya adalah menuntut kedudukan atau minta dihormati oleh khalayak ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat.
Jadi bisa disimpulkan bahwa riya adalah melakukan amal kebaikan tidak dengan biat beribadah kepada aAllah, melainkan demi penilaina manusia dengan cara memeperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain agar mendapat pujian atau penghargaan, dengan harapan agar orang lain lebih menaroh hormatkepadanya. Allah melarang ummat Islam dalam berbagai jenis riya sebagaimana firman-Nya,:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًاۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْاۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada debu, lalu batu itu diguyur hujan lebat sehingga tinggallah (batu) itu licin kembali. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir. QS. Al-Baqarah/2: 264
Ada beberapa akbibat negative apabila kita berfikap riya yang harus dihindari oleh kita semua agar bisa menjadi hamba Allah yang Shalih dan shalihah, diantara akibatnya adalah :
Pertama: Hilang Pahala Ibadahnya
Manusia dan jin diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya (QS. az-zariyat: 5), dengan kata lain manusia dan jin dalam aktifitasnya merupakan aktifitas yang bernilai ibadah kepada Allah. Untuk itu perlulah kiranya kita berguru dan mencari ilmu agar kita dapat beraktifitas apapun di dunia ini tetap bernilai ibadah. Sebuah harapan besar untuk mendapatkan rido, rahmat dan syurga-Nya Allah jika kita dapat beribadah setiap saat dan diterima ibadahnya lantaran ibadah kita baik dan khsuyu’ serta ikhlas dan tentunya juga harapan setiap muslim.
Namun ternyata ibadah seseorang sangat mudah untuk hilang pahalanya atau nilai kebaikannya lantaran melakukan sikap riya atau pamer terhadap orang lain agar mendapatkan penilain yang baik dan lebih. Penilaian yang terbaik adalah di harapkan dari Allah atas kekhusyu’an dan keikhlasan dalam ibadah yang dilakukan. Sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” QS. Al-Baqarah/2: 264
Kedua: Syaitan Menjadi Teman Hidupnya
Teman adalah sesuatu yang sangat penting, mengingat manusia adalah mahluk sosial yang memiliki jiwa sosial untuk bergaul ataupun berteman. Teman yang baik adalah teman yang selalu mengajak kepada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan atau perbuatan dosa serta saling memberi dan mengingatkan jika kita salah. Saling mendukung dan mendorong kebaikan serta ibadah yang intinya menuju kebaikan dunia akhirat.
Namun jika seseorang memilih syetan sebagai temannya, maka ia akan terbawa kepada karakter atau kebiasaan syetan. Syetan adalah sosok mahluk halus yang pekerjaannya menggoda manusia untuk melawan aturan-aturan Allah agar mereka manjauh dari Allah dan Rasulnya sehingga akan mengikuti untuk melawan aturan-aturan Tuhan.
Syetan sudah bertekad akan menyesatkan manusia dengan prinsip bahwa “ Kejahatan dimuka bumi ini akan terasa indah”(QS. Al-Hijr: 39), sehingga segala usaha akan dilakukan sebagai realisasi dari prinsip tersebut. Dengan prinsip tersebut akhirnya banyak manusia yang terpropokasi syetan sehingga melakukan kejahatan yang dilakukan tarsus menerus karena mendapat bisikin terus menerus kedalam dadanya(QS. Annas 5) sehingga terasa indah dan benar kejahatan yang dilakukan. Untuk itu janganlah kita menjadikan syetan sebagai teman, sebagaimana firman Allah:
وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ ۗ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا
Artinya: “Dan (juga) orang-orang yang menafkankan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.” QS. Annisa/4: 38
Ketiga: Dikategorikan Menjadi Penipu
Penipu adalah sifat yang tercela karena membuat orang berharap tertentu tapi takan pernah terjadi dalam kenyataan. Karenanya penipuan merupakan hal yang sangat dibenci Allah dan Rasulnya. Penipu sangat menyakitkan dan membuat orang dirugikan serta dikecewakan. Penipu berusaha menjadi orang lain agar dianggap orang lain yang melakukan tentang banyak hal bukan dirinya. Penipu berusaha memberikan yang terbaik namun hanya pepesan kosong yang tidak ada apa-apanya. Penipu sering memutar balikan fakta sehingga dia mengusahakan ketika adanya tanggungjawab dia merusaha mengelaknya. Padahal benar-benar merupakan perbuatanya.
Pada waktunya seorang penipu akan tertangkap basah, akan ketahuan kalau dirinya menipu sehngga dia akan terkena akibat hasil penipuannya. Dan teruangkapnya penipuannya itu memang merupakan sesuatu yang Allah tunjukkan atau perlihatkan kepada orang lain sebagaiman firman-Nya:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” QS. Annisa/4 : 142
Keempat: Kedekatan dengan Allah Terahalang
Mendekatkan diri kepada Allah atau taqorrub ilalloh merupakan hal yang sangat penting agar kita bisa diterima ibadah dan amalnya didunia mengingat keberadaan manusia diciptakan didunia adalah untuk menyembah kepada-Nya( QS. Adz-dzariat: 56). Dekat dengan Allah merupakan kedekatan yang mambawa ketenangan, kebahagian, kedamaian dan ras cinta yang luarbisa, karenanya banyak manusia melakukan kedekatan kepada Allah sesuai dengat ajaran rasulullah sesuai dengan kemampuan dan kesempatan dengan tutor para ulama pewaris rosul.
Orang-orang yang yang riya alias melakukan kegiatan ibadah karena ingin dilihat sebagai orang yang baik dan ahli ibadah namun tidak karena Allah, maka ibadahnya akan menjadi sia-sia tanpa bekas. Bahkan lebih jauh lagi dia tidak akan sampai kepada kedekatannya kepada Allah yang bisa mendapatkan berbagai kenikmatan dan kebaikan, namun akan semakin jauh karena terhalang oelh sesuatu yang menjadi dia tidak bisa mendekat baik disadari maupun tidak. Untuk itu jangatlah kita berbuat riya karena bisa menjadikan jaraksemakin jauhkepada Allah lantaran ada penghalang sebagaiman firman Allah:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Artinya: “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” QS. Al-Anfal : 47
Kelima: Dianggap Pendusta Agama
Berdusta adalah perbuatan yang menggambarkan kebohongan dan melakukan sesuatu yang tidak akan terwujud. Berdusta merupakan perbuatan munafik yang sangat mengecewakan banyak orang dan lantaran perbuatannya. Berdusta merupakan perbuatan orang munafiqakan yang akan ditempatkan di neraka yang paling dalam (QS. An-Nisa: 145). Sungguh mengerikan tempat yang disampaikan Tuhan untuk orang munafik dan semua orang tidak ada yang bersedia masuk kedalamnya.
Bahwa Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa orang-orang yang tidak beribadah kepada Allah dengan baik, juga tidak mau berbuat baik kepada sesama manusia dianggap sebagai orang munafiq. Tidak mau menolong orang lain, bahkan tidak mau meminjamkan sesuatu kepada orang lain meskipun barang itu akan kembali dalam kondisi utuh.
Orang yang melakukan gerakan shalat hanya untuk bisa dilihat orang lain. Artinya, dia beribadah hanya untuk memamerkan kepada orang lain agar mendapatkan pujian dan penghormatan dari orang lain atau perbuatan riya juga julukiorang munafi, Allah berfirman:
الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ
Artinya: “Orang-orang yang berbuat riya.” QS. Al-Ma’uun: 6
Hadirin sidang jum’ah yang dimulyakan Allah,
Demikian khutbah yang singkat ini, semoga kitab bisa memahami betapa pentingnya memhamai tentang perbuatan riya dab berusaha menauhinyam sehingga kita akan mendapatkan rahmat atau kasih sayang Allah karena riya akan mendapatbalasan beberapa hal dibawah ini :
- Hilang Pahala Ibadah,
- Syetan Menjadi Teman Hidupnya,
- Dikategorikan Menjadi Penipu,
- Kedekatan dengan Allah Terhalang,
- Dianggap Pendusta Agama.
Semoga Allah memudahkan dan memberi kekuatan serta semangat kepada kita untuk menghindari sifat riya sehingga kita mendapatkan maqam atau posisi yang tinggi dimata Allah dan Manusia. amin amin ya Robbal “aalamiiin.
بَارَكَ اللَّهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَ وَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الصَّمَدِ. اَلَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أحَدٌ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ الْمُمَجَّدِ. وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ الَّذِيْنَ شَيَّدُوْا الدَّيْنَ بِعَزْمٍ قَوِيٍّ وَعَزِيْزِ الْمَدَدِ.
أمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ! قَدْ أشْبَعَ لَكُمْ أنْوَاعُ الْخُطَبِ الْجُمْعِيَّةِ وَكَأَنِّى أنْظُرُ فِى أسْمَائِكُمْ بِهَا مَلْآن. وَلَكِنْ مَا أرَى مِنْكُمْ اِلّأ عَلَى جُمُوْدٍ عَرِيْقِ. قَلَّمَا تُغَيِّرُ أعْمَالَكُمْ تِلْكَ الْخُطَبُ اِلَى تَرْقِيَةِ الْأعْمَالِ وصَلَاحِ الْجَنَانِ. وَمَا اُمَثِّلُكُمْ اِلَّا كَالْحَدِيْدِ الْبَارِدْ. يُضْرَبُ كُلَّ وَقْتٍ لِيَمْتَدَّ فَلَمْ يَمْتَدِدْ. فّتَبَصَّرُوْا وَاَفِيْقُوْا ثُمَّ أحْسِنُوْا, اِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. إنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, وَقَاضِى الْحَاجَاتِ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِاُمَةِ مُحَمَّدٍ. وَارْحَمْ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ. وَأَصْلِحْ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ. واسْتُرْ لِاُمَةِ مُحَمَّدٍ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى أَعْدَائِهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِعَمَلٍ صَالِحٍ يَنفَعُهُمْ فِى دُنْيَاهُمْ وَأُخْرَاهُمْ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَعُلَمَائَنَا وَزُعَمَائَنَا وَاجْعَلْ هِمَّتَهُمْ فِى اِزَالَةِ الْمُنْكَرَاتِ وَالْمَعَاصِى وَاهْدِهِمْ سَبِيْلَ الرَّشَادِ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيأ حَسَنَةً, وَفِى ألآخِرَةِ حَسَنَةً, وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعّالّمِيْنَ.
إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُؤْتِكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
KH. Ahmad Misbah, M.Ag., Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (LD PCNU) Tangerang. Penulis tinggal Puri Bintaro Hijau Blok A6/17, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Hp 08129039482
