Jakarta | LIPUTAN9NEWS – Hari raya Idul Fitri merupakan momen kembalinya seorang hamba pada jiwa yang suci, setelah ditempa oleh latihan kesabaran dan ketakwaan dalam menjalani kewajiban selama bulan Ramadan.
Selama sebulan penuh, kita tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga berusaha mengendalikan hawa nafsu, memperbanyak amal ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Idul Fitri: Meraih Kesempurnaan Iman di Hari Kemenangan”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik tautan di bawah ini. Semoga bermanfaat!
Khutbah Pertama
أَللهُ أَكْبَرُ (3x)، أَللهُ أَكْبَرُ (3x)، أَللهُ أَكْبَرُ (3x) وَلِلهِ الْحَمْدُ. أَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي سَهَّلَ لِعِبَادِهِ الصِّيَامَ وَالْقِيَامَ وَيَسَّرَ، نَحْمَدُهُ عَلىَ نِعَمِهِ الَّتِى لاَتُحْصَى وَلاَ تُحْصَرُ، وَنَشْكُرُهُ عَلىَ فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ وَحَقٌّ لَهُ أَنْ يُشْكَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ بِالدَّيْنِ الْقَوِيمِ، الْمَنْعُوتُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيمِ. صَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَالتَّسْلِيمِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، اتَّقُوْا اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالىَ، وَعَظِّمُوْا أَمْرَهُ وَاجْتَنِبُوْا نَهْيَهُ، ثُمَّ اعْلَمُوْا أَنَّ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمٌ عَظِيْمٌ وَعِيْدٌ جَلِيْلٌ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat idul Fitri yang dirahmati Allah
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kita semua semua kesempatan untuk merasakan kebahagiaan di hari yang penuh kemuliaan ini. Setelah satu bulan penuh menjalani ibadah Ramadan, kini tibalah pada hari di mana kita tidak hanya kembali kepada kesucian diri, tetapi juga memperbaiki hubungan dengan sesama. Idul Fitri adalah momen untuk meraih kesempurnaan iman dan ketakwaan.
Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alih wa sahbih, manusia sempurna dan teladan terbaik sepanjang zaman yang senantiasa membimbing umatnya menuju kesempurnaan iman. Semoga kita semua yang hadir pada pelaksanaan shalat sunnah Idul Fitri ini diakui sebagai umatnya dan mendapatkan syafaat darinya kelak di hari kiamat. Amin ya rabbal alamin.
Selanjutnya, dari mimbar yang mulia ini, khatib mengajak diri sendiri dan seluruh jamaah untuk meraih kesempurnaan iman di hari kemenangan ini, dengan terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Idul Fitri merupakan momen untuk memperkokoh keimanan dengan menjaga hati tetap bersih, memperbanyak amal saleh, dan menanamkan keikhlasan dalam setiap beramal. Mari jadikan hari yang penuh berkah ini sebagai titik awal untuk terus istiqamah dalam kebaikan dan semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat idul Fitri yang dirahmati Allah
Kita baru saja melewati bulan Ramadhan, hari di mana kita berlatih menahan diri, memperbanyak ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setelah sebulan penuh menempa jiwa dan raga, kini kita telah sampai pada hari kemenangan. Kemenangan ini tidak hanya sekadar perayaan berakhirnya puasa, tetapi juga menjadi kesempatan untuk melangkah lebih jauh dalam menyempurnakan iman.
Ketakwaan yang telah kita bangun selama Ramadhan perlu dijaga, amal saleh yang telah kita lakukan perlu terus dilanjutkan, dan hati yang telah dibersihkan perlu tetap kita jaga. Inilah saatnya untuk semakin menguatkan hubungan dengan Allah dan menjalani hidup dengan keimanan yang lebih kokoh. Salah satunya adalah dengan memperbanyak membaca takbir dan menyucikan Allah di hari yang mulia ini.
Memperbanyak membaca takbir di hari kemenangan selain menjadi salah satu simbol bahwa kemenangan itu benar-benar kita raih bersama juga untuk mengikuti perintah yang telah Allah perintahkan kepada kita semua, sebagaimana Allah tegaskan dalam Al-Qur’an, Dia berfirman:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur,” (QS Al-Baqarah [2]: 185).
Syekh Muhammad Mutawalli asy-Syarawi dalam Tafsir wa Khawathirul Qur’an, jilid I, halaman 475 menjelaskan bahwa ayat ini mengandung tiga pesan utama.
Pertama, perintah untuk menjalankan puasa selama bulan Ramadan. Kedua, membaca takbir sebagai bentuk pengagungan kepada Allah setelah menuntaskan puasa sebulan penuh. Ketiga, menumbuhkan rasa syukur atas segala nikmat yang Allah anugerahkan.
Ketika seorang hamba berhasil menjalankan puasa sebulan penuh, ia diperintahkan untuk bertakbir. Hal ini karena Allah mengetahui bahwa kepatuhan terhadap hukum dan perintah-Nya, meskipun terasa berat seperti berpuasa, justru akan menghadirkan cahaya keimanan dalam diri seorang hamba. Cahaya inilah yang membuatnya pantas untuk bersyukur dengan mengagungkan asma Allah. Syekh Mutawalli menjelaskan:
مَعْنَى: وَلِتُكَبِّرُواْ الله، أَنْ تَقُوْلَ: اللهُ أَكْبَرُ، وَأَنْ تَشْكُرَهُ عَلىَ الْعِبَادَةِ الَّتِي كُنْتَ تَعْتَقِدُ أَنَّهَا تُضْنِيْكَ، لَكِنَّكَ وَجَدْتَ فِيهَا تَجَلِّيَاتٍ وَإِشْرَاقَاتٍ، فَتَقُولُ: اللهُ أَكْبَرُ مِنْ كُلِّ ذَلِكَ
Artinya, “Makna firman Allah ‘Dan hendaklah kalian mengagungkan Allah’ adalah bahwa engkau mengucapkan Allahu Akbar dan bersyukur kepada-Nya atas ibadah yang (sebelumnya) engkau kira akan melelahkanmu. Namun, ternyata dalam ibadah tersebut engkau menemukan berbagai manifestasi spiritual dan pancaran cahaya keimanan. Maka, engkau pun berkata, Allahu Akbar min kulli zalik, Allah lebih besar dari semua itu.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat idul Fitri yang dirahmati Allah
Selain memperbanyak membaca takbir, salah satu ciri khas dari orang-orang yang beriman adalah saling memaafkan kesalahan. Hal ini sebagaimana Allah tegaskan dalam Al-Qur’an, bahwa setidaknya kita sebagai orang yang beriman bisa memaafkan dengan ikhlas tanpa menyimpan dendam ketika orang lain berbuat salah. Allah berfirman:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya, “(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan,” (QS. Ali ‘Imran, [3]: 134).
Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’anil, jilid II, halaman 122 mengatakan bahwa ayat di atas menggambarkan salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh orang-orang beriman. Mereka tidak hanya menahan diri dari membalas keburukan dengan keburukan, tetapi juga memilih untuk memaafkan orang yang telah berbuat zalim kepadanya. Tidak ada lagi dendam atau kebencian yang tersisa di hati mereka terhadap siapa pun,
قَالَ تَعَالىَ: وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ. أَيْ: مَعَ كَفِّ الشَّرِّ يَعْفُوْنَ عَمَّنْ ظَلَمَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ، فَلاَ يَبْقَى فِي أَنْفُسِهِمْ مَوْجِدَةٌ عَلىَ أَحَدٍ، وَهَذَا أَكْمَلُ الْأَحْوَالِ، وَلِهَذَا قَالَ: وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ، فَهَذَا مِنْ مَقَامَاتِ الْإِحْسَانِ
Artinya, “Firman Allah Ta’ala: ‘Dan orang-orang yang memaafkan manusia.’ Maksudnya, selain menahan keburukan, mereka juga memaafkan orang yang telah berbuat zalim kepada mereka dalam urusan diri mereka sendiri. Sehingga tidak ada lagi perasaan dendam kepada siapa pun. Inilah keadaan yang paling sempurna. Karena itu, Allah berfirman: ‘Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan.’ Maka sikap ini merupakan salah satu tingkatan ihsan.”
Karenanya, mari kita sama-sama jadikan hari kemenangan ini sebagai momen untuk menghapus segala kesalahan dengan saling bermaaf-maafan. Bermaaf-maafan tidak hanya sekadar tradisi, namun juga wujud nyata dari kembalinya kita kepada fitrah sebagai manusia yang suci dari dendam dan prasangka buruk.
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat idul Fitri yang dirahmati Allah
Demikian khutbah hari raya Idul Fitri tentang meraih kesempurnaan iman di hari kemenangan ini. Semoga bermanfaat dan membawa keberkahan kepada kita semua, serta menjadi penyebab diterimanya semua amal ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan.
جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَللهُ أَكْبَرُ (3x)، اَللهُ أَكْبَرُ (3x)، اَللهُ أَكْبَرُ (3x) وَلِلهِ الْحَمْدُ. اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur, dan Awardee Beasiswa non-Degree Kemenag-LPDP Program Karya Turots Ilmiah di Maroko.