Jakarta, LIPUTAN 9 NEWS
Berkembang pesatnya segala macam cabang ilmu pengetahuan adalah disebabkan karena membaca. Para ulama dan ilmuwan terus menggunakan kemampuan akal fikiran dan kalbunya untuk membaca segala hal. Membaca bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu: (1) Membaca ayat-ayat yang tertulis yang terdiri dari kitab-kitab suci yang diwahyukan Allah s.w.t kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Membaca yang ke (2) adalah membaca ayat-ayat yang tidak tertulis yang berada dalam alam semesata dengan segala isinya dan peristiwanya yang menakjubkan.
Mereka yang rajin membaca, ilmunya akan terus bertambah dan manfa’atnya akan semakin besar bagi kehidupan umat manusia dan makhluk lain. Membaca ayat-ayat yang tertulis yang berupa kitab suci melahirkan ilmu-ilmu agama yang sangat luas dan mendalam seperti ilmu tafsir Al Qur’an, ilmu kalam, ilmu fiqih ilmu tasawwuf, dan berbagai cabang ilmu keagamaan lainnya yang terus berkembang. Membaca ayat-ayat yang tidak tertulis atau ayat kauniyah yang ada dalam alam semesta melahirkan berbagai cabang ilmu yang kemudian berkembang menjadi sain dan teknologi dengan berbagai corak dan bentuknya.
Kedua macam ilmu tersebut baik ilmu-ilmu keagamaan maupun sain dan teknologi terus berkembang dengan pesat dari masa ke masa. Ini bisa diketahui dari berbagi perguruan tinggi di dunia, fakultas dan jurusan berbagai disiplin ilmu terus berkembang. Farmasi dulu merupakan salah satu jurusan dari fakultas MIPA, sekarang telah berdiri sendiri menjadi fakultas farmasi. Jurusan ilmu administrasi, dulu merupakan bagian dari FISIP, sekarang telah menjadi fakultas tersendiri.
Berbagai disiplin ilmu lain terus berkembang menuju kemajuan yang sangat signifikan. Kedudukan seseorang, ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya. Apabila ia memiliki ilmu yang tinggi dan luas, maka menjadi manusia yang unggul dan berprestasi. Sebaliknya mereka yang tidak memiliki ilmu atau sedikit memiliki ilmu, maka tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan masyarakat. Kegemaran membaca merupakan bagian dari budaya yang hanya dimiliki oleh umat manusia. Para ilmuwan dan ulama harus memiliki budaya untuk gemar membaca. Seorang ulama atau ilmuwan yang tidak rajin membaca digambarkan seperti seorang yang menderita sakit karena kekurangan darah.
Seorang da’I yang merupakan bagian dari ulama dan ilmuwan harus rajin membaca berbagai macam buku dalam berbagai disiplin ilmu. Dengan demikian, ia akan memiliki wawasan yang luas dan da’wahnya akan diterima oleh kalangan masyarakat umum maupun para ilmuwan dan cendekiawan. Demikian pentingnya penanaman budaya membaca, dapat difahami dari turunnya wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad s.a.w dalam surat Al-Alaq. Kalimat pertama yang turun dari kitab suci Al-Qur’an adalah “Iqro”; Bacalah. Secara lengkap wahyu pertama itu adalah sebagai berikut:
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena), Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Dari lima ayat yang pertama kali turun ini membimbing umat manusia agar rajin membaca, baik ayat-ayat yang tertulis maupun ayat-ayat kauniyah yang ada dalam alam semesta. Lima ayat ini mengarahkan umat manusia agar terus-menerus membaca, melakukan penelitian atau riset, kemudian menulis hasil dari penelitian tersebut dengan pena, mesin tik atau komputer. Dengan penelitian itu maka dilakukan analisis, diobservasi kemudian dipilah dan dipilih maka ditemukanlah berbagai macam cabang ilmu bisa berbentuk laporan ilmiah, risalah ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi.
Wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w ini, apabila diamalkan dengan sungguh-sungguh dan dipraktekan dalam kehidupan ilmiah, merupakan panduan yang sangat bermanfa’at bagi umat manusia secara umum. Dari aktifitas kajian itu, akan melahirkan berbagai macam disiplin ilmu yang sangat bermanfa’at, dan mendatangkan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia dan makhluk lain, secara menyeluruh.
Dr. KH. Zakky Mubarok Syamrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)