Sejak diumumkannya Bacapres dari PDIP oleh Ketua Umum PDIP Ibu Megawati Soekarno Putri, yakni Mas Ganjar Pranowo, hingga detik ini masyarakat masih menunggu-nunggu, siapa kiranya Bacawapres yang akan menjadi pendamping Mas Ganjar Pranowo (GP). Hal ini sangat lumrah mengingat Bacawapres pendamping Mas GP sangatlah menentukan dalam pertarungan kontestansi Capres 2024. Hampir semua politisi dan pengamat telah mengetahui dari berbagai release lembaga-lembaga survei yang terpercaya, yang telah menempatkan Mas GP, PS dan ABAS di keterpautan selisih yang tidak terlalu jauh. Bahkan elektabilitas antara GP dan PS di beberapa minggu terakhir nampak saling kejar mengejar, meskipun di minggu-minggu terakhir ini elektabilitas Mas GP kembali menguat meninggalkan Pak PS apalagi Mas ABAS.
Pembicaraan di kalangan politisi yang tajam analisanya, mengatakan jika Bacapres Mas GP sampai salah menentukan pendampingnya (Bacawapres), maka suara pemilih Mas GP akan tergilas oleh suara pemilih Pak PS yang nantinya bisa saja menyatu dengan suara pemilih Mas ABAS. Ini sangat logis, mengingat saat ini ada beberapa simpul pendukung Presiden Jokowi yang sudah menyebrang ke kubu PS. Selain itu yang sudah jamak terjadi di mana-mana, Pemerintah selalu dijadikan sasaran utama kritik dari kontestan Capres. Sedangkan Mas GP dipandang oleh masyarakat merupakan figur politisi penerus estafet kepemimpinan nasional Presiden Jokowi di masa depan. Hampir semua orang percaya, bahwa hanya Mas GP lah yang akan bisa diharapkan untuk menjaga dan melanjutkan program strategis nasional Pemerintahan Jokowi, seperti pembangunan Ibu Kota Negara baru dan beberapa proyek strategis nasional lainnya yang masih perlu dituntaskan setelah nantinya Pak Jokowi tak lagi menjadi Presiden R.I.
Memperhatikan kinerja Pemerintahan Jokowi yang sudah hampir berakhir ini, kita tentunya tidak hanya melihat berbagai prestasi cemerlang yang telah dicapai oleh Pemerintahan Jokowi. Mulai dari pembangunan puluhan waduk raksasa, bandara internasional, perpanjangan jalan tol yang berkali-kali lipat dibanding yang bisa dicapai oleh Pemerintahan sebelumnya, pelabuhan-pelabuhan besar, jembatan-jembatan penyebrangan dll. Semua orang yang mau jujur menilai, pasti akan mengacungkan jempol untuk semua itu. Namun kita juga tidak boleh menutup mata, bahwa di masa Pemerintahan Jokowi ini pula kita juga dapat melihat adanya berbagai ketimpangan atau kejanggalan yang mengernyitkan dahi kita. Korupsi gila-gilaan di beberapa instansi Pemerintahan, ribuan triliun dana Otsus Papua yang diselewengkan dan tidak didapatkan oleh masyarakatnya, serta berbagai kekerasan horizontal yang meningkat dari tahun ke tahun.
Jikalau Mas GP nantinya didampingi oleh figur yang memiliki pemikiran yang 100 persen sama, artinya kedua-duanya hanya mengandalkan isue-isue kampaye politik yang memberitakan prestasi program Pemerintahan Jokowi an sich, karena muncul dari rahim partai yang sama (PDIP), maka saya khawatir kampanye tersebut akan ketinggalan zaman, alias –maaf– basi, khususnya bagi calon pemilih kritis yang biasanya cenderung menginginkan dimunculkannya isue-isue baru dari calon pemimpin yang berpikir out of the box yang lebih dapat menjawab tantangan zaman yang semakin berkembang pesat ke depan. Olehnya, calon pendamping Mas GP haruslah orang yang bisa dan berani kritis pada Pemerintahan Jokowi, tanpa harus kehilangan loyalitasnya pada Pemerintahan Jokowi. Singkat kata, beliau haruslah figur yang tergolong kritis kooperatif, bukan pendukung buta apalagi oposan kekanak-kanakan, naif dan suka mengada-ada. Kalau Mas GP sudah mendapatkan calon pendamping dari figur yang seperti itu, maka kampanye politik Mas GP ke depan akan semakin menarik.
Jadi kita bisa membayangkan kampanye politik Mas GP ke depan, Mas GP sendiri tampil mengekspos keberhasilan kinerja Pemerintahan Jokowi, sedangkan pendampingnya akan kampanye dengan mengemukakan solusi yang akan dilakukan untuk memperbaiki beberapa sisi kekurangan Pemerintahan Jokowi. Ini akan sangat menarik, karena Mas GP akan menguatkan harapan para pendukung Pemerintahan Jokowi, sedangkan pendampingnya akan dapat mengobati keresahan pikiran dan batin mereka yang masih belum cukup puas dengan capaian kinerja Pemerintahan Jokowi. Kombinasi taktik kampanye yang meramu antara dukungan dan kritisisme pada Pemerintahan semacam ini, akan dapat meraih dukungan simpatik dari berbagai elemen yang bisa jadi sebelumnya bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya. Dan ini bisa menjadi harapan untuk kanalisasi pertemuan antar dua kubu dalam tubuh bangsa ini yang sebelumnya terbelah antara yang gembira dan yang terluka setelah Pilpres 2014 dan 2019.
Lalu siapakah Cawapres alternatif pendamping Capres Mas GP ke depan yang bisa saya tawarkan? Di tulisan-tulisan saya sebelumnya, saya menawarkan Cawapres alternatif dari latar belakang Militer, yakni Jenderal TNI (Purn.) Dr. Moeldoko yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Presiden R.I. Hal ini perlu saya ungkapkan, mengingat belajar dari sejarah, bila Presiden muncul dari kalangan sipil yang tidak mendapatkan dukungan penuh dari Militer, biasanya sangat sarat dengan gangguan. Pemerintahan sering dilanda guncangan stabilitas politik dan keamanan, hingga roda pemerintahan acapkali tidak bisa berjalan secara stabil. Jikapun bisa, biasanya Pemerintah tekor banyak untuk biaya pengamanan demo dll. yang dilancarkan dari pihak lawan. Meski demikian, tidak adil dan tidak sempurna sepertinya, jika saya hanya mengusulkan satu figur untuk diakomodir oleh Mas GP menjadi calon pendampingnya. Karena ini di opini saya kali ini, saya mengusulkan figur berikutnya untuk Mas GP pertimbangkan menjadi calon pendampingnya, yang kali ini dari latar belakang Sipil. Siapa itu? R. Haidar Alwi, tokoh anti radikalisme dan penentang terdepan intoleransi.
R. Haidar Alwi ini tokoh aktivis Ormas yang sangat populer di kalangan relawan Jokowi. Beliau tidak hanya seorang muslim terdidik yang sudah sangat banyak memeras otak, tenaga dan dananya untuk membantu pasukan aktivis khusus yang berani menerjang kelompok-kelompok ekstrim, radikal dan intolerans, melainkan pula sudah banyak terlalu mengalah terhadap orang-orang yang dahulu didukungnya, namun setelah mereka jadi seperti Superman yang lupa pada pakaiannya. Padahal pakaian itulah yang selalu menutupi aibnya, pakaian itulah yang memberinya kehormatan untuk menjadi manusia besar. Bayangkan Superman tanpa pakaian apa jadinya? Meski demikian, saya melihat Bang R. Haidar Alwi ini tak pernah kecewa, putus asa dan mutung lalu berontak, untuk kemudian berharap jadi Menteri atau minimal Wamen. Bang R. Alwi tetap bersemangat berjuang dan selalu mengingatkan teman-teman seperjuangannya, untuk selalu berdiri tegak lurus mendukung Presiden Jokowi !.
Kalau dipikir-pikir pantas saja Bang Haidar Alwi ini tidak terlalu berambisi untuk meraih berbagai jabatan itu, beliau ini sepertinya sudah selesai dengan dirinya sendiri. Pantas saja, wong nama depannya itu Raden. Ya beliau itu Raden, keturunan orang hebat, yakni Keturunan VIII Sultan Mahmud Badaruddin Palembang yang berjasa besar terhadap bangsa ini di masa silam. Bang R. Haidar Alwi sendiri lahir dan besar di Solo, bahkan Bapak dan Ibunya sendiri meninggal dan dimakamkan di Desa Ngelumprit Sukoharjo Solo. Sosok Bang R. Haidar Alwi ini setelah saya pelajari juga rekam jejaknya, memang luar biasa. Beliau ini selain menjadi Komisaris Utama di beberapa PT yang bergerak di bidang kontraktor, tambang juga perfilman. Beliau lulusan ITB yang kemudian melanjutkan studynya di Schnectady Newyork USA dengan spesialisasi pendidikan. Selain itu beliau juga ahli dalam projeckt management, analisis ekonomi pemeliharaan dan management sistem. Jika saja Mas GP nantinya didampingi oleh Bang R. Haidar Alwi ini, haqul yakin, Mas GP akan lebih dahsyat gebrakannya dalam memajukan Indonesia. Jangan remehkan Bang R. Haidar Alwi ini, karena beliau selain seringkali mengikuti seminar-seminar di dalam dan luar negeri, Bang R. Haidar Alwi juga sangat luas pengaruhnya di kalangan Ulama Nusantara.
Sebagai Wakil Pembina dan Penasehat Jam’iyah Ruqyah Aswaja (JRA) dan Ketua Dewan Pengarah LADISNU bersama KH. Said Aqil Shiradj, Bang R. Haidar Alwi sangat memiliki tempat tersendiri di hati kalangan alim ulama di Nusantara ini. Ucapan-ucapannya sangat diperhatikan dan dipatuhi oleh para tokoh pemuka pergerakan Islam, meski demikian Habib yang tersembunyi dari publisitas media massa tentang kehabibannya ini, selalu menampakkan diri sebagai orang yang sangat rendah hati dan tidak pernah goyah dengan jiwa nasionalisme dan militansinya. “Saya asli Nusantara karena saya tau siapa leluhur-leluhur saya sampai ke puluhan tingkatan yang dahulu lahir, hidup dan berjuang di Negeri Indonesia ini. Sedangkan kalian yang sering mengaku-ngaku orang Indonesia asli saja tidak tau siapa nama-nama kakek moyang kalian. Paling pol kalian hanya ingat siapa nama kakek kalian, setelah itu lupa semuanya. Benar kan?”. Luar biasa sekali penghormatan Bang R. Haidar Alwi ini terhadap Ibu Pertiwi dan para leluhurnya. Bang R. Haidar Alwi pemikir pejuang yang sangat tau seluk beluk Pemerintahan Jokowi, namun beliau tak pernah merasa tau segalanya. Sangat ideal bukan jika beliau kita rekomendasikan untuk jadi Cawapres pendamping Mas GP kedepan? Ayo, rakyat harus mulai bersuara menyampaikan aspirasi genuinenya dan semoga Mas GP dan pihak lain yang berkepentingan mempertimbangkannya…(SHE).
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pengamat Politik.