JAKARTA | LIPUTAN9NEWS – Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW bukan sekadar tradisi, melainkan momentum penting untuk merenungkan kembali nilai-nilai luhur yang dibawa oleh Rasulullah dalam kehidupan berbangsa. Maulid menjadi fondasi untuk mewujudkan kebahagiaan, kedamaian, dan keadilan—tiga pilar utama dalam mencintai Tanah Air.
Pimpinan Majelis Ta’lim Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, Habib Salim bin Jindan, menegaskan bahwa semangat Maulid harus menjadi pendorong bagi umat untuk menjaga persatuan bangsa.
“Maulid adalah momentum yang tepat untuk merajut persatuan dan kebersamaan, karena Nabi Muhammad SAW adalah panutan dalam menebar kasih sayang,” ujarnya pada Liputan9news, Jumat (05/09/2025).
Ia menambahkan bahwa dengan meneladani akhlak Nabi, umat akan senantiasa diberkahi dan mampu menjalankan amanah bernegara dengan penuh tanggung jawab.
Lebih lanjut, Habib Salim bin Jindan menyampaikan harapannya agar peringatan Maulid ini bisa menjadi pengingat bagi setiap individu untuk berkontribusi positif.
“Semoga kita semua bisa menjadi hamba yang mencintai Rasulullah dan menjadikan ajaran-Nya sebagai pedoman hidup,” terangnya.
Selanjutnya, Habib Salim Jindan menyampaikan bahwa kebahagiaan yang diajarkan oleh Nabi bukanlah kebahagiaan semu yang berpusat pada materi. Ia adalah kebahagiaan batin yang lahir dari ketenangan jiwa, rasa syukur, dan kepedulian terhadap sesama.
“Maulid mengajak kita untuk memperkuat solidaritas sosial, menjauhi sifat egois, dan membangun masyarakat yang saling tolong-menolong. Kebahagiaan kolektif inilah yang menjadi impian setiap bangsa,” jelasnya.
Di tengah keragaman, sering kali muncul tantangan perpecahan. Di sinilah ajaran Nabi tentang kedamaian dan toleransi menjadi sangat relevan. Peringatan Maulid adalah pengingat bahwa kedamaian tidak akan pernah terwujud jika kita masih terjebak dalam prasangka dan permusuhan.
“Mencintai Tanah Air berarti berkomitmen untuk menjaga kerukunan dan merajut kembali tali persaudaraan yang mungkin sempat renggang,” ucap Habib Salim Jindan.
Habib Salim juga mengatakan, tdak ada negara yang dapat berdiri kokoh tanpa keadilan. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok yang sangat menjunjung tinggi keadilan, bahkan kepada mereka yang berbeda keyakinan.
“Beliau mengajarkan para pemimpin untuk berlaku jujur, transparan, dan berpihak kepada kaum yang lemah. Oleh karena itu, mencintai Tanah Air juga berarti berani berdiri di jalur kebenaran, menolak korupsi, dan memastikan setiap kebijakan pemerintah berpihak pada kesejahteraan rakyat,” katanya.
Pada akhirnya, Maulid adalah panggilan untuk merefleksikan diri. Peringatan ini mengajak kita semua untuk tidak hanya berbangga menjadi bangsa yang besar, tetapi juga berkomitmen untuk menjadi warga negara yang lebih baik. Dengan menjadikan nilai-nilai kebahagiaan, kedamaian, dan keadilan sebagai landasan, kita tidak hanya mencintai Tanah Air secara lisan, melainkan mengamalkannya dalam setiap langkah dan perbuatan. Itulah makna sejati dari Maulid Nabi.















