Pasuruan, Jawa Timur, LIPUTAN 9
Panitia Milad ke-278 PPS dan Ikhtibar ke-79 MMU Pondok Pesantren Sidogiri (PPS) menggelar seminar ilmiah Kamis sore (09/08/23) di ruang auditorium kantor Sekretariat.
Dalam seminar yang berlangsung sekitar tiga jam ini, panitia mendatangkan Syaikh Muhammad Husni Ginting al-Besitani dari Medan sebagai narasumber dan Ust. A. Dairobi sebagai moderator.
Acara ini diikuti oleh Keluarga Muda Sidogiri, beberapa staf pengajar MMU dan undangan dari beberapa pesantren di Jawa Timur dan Madura.
Tema yang diangkat dalam seminar tersebut adalah ‘Memahami Pentingnya Sanad Talaqqi di dalam Keilmuan Islam’. Di awal pemaparan makalah, Syaikh Muhammd Husni sempat menyinggung kekhususan umat Muhammad daripada umat-umat yang lain.
“Sambungnya sanad sampai ke Nabi adalah kekhususan yang hanya dimiliki oleh umat Muhammad,” jelas Ulama muda yang mendapat gelar Musnid Asia Tenggara itu.
Beliau menghimbau agar kita kaum santri untuk berhati-hati dan selektif dalam memilih seorang guru, karena sudah banyak orang yang salah memilih guru, akhirnya mereka menjadi sesat.
“Ilmu itu adalah agama, maka dari itu kenali dari siapa kamu mengambil agamamu,” kata belilau mengutip dauh imam Muhammad bin Sirin.
“Sekarang ada sekelompok Salafi-Wahabi yang mengadakan pembacaan kitab Shohih Bukhori yang tidak ketemu kepada siapa mereka membaca kitab tersebut. Kalau cuma membaca sendiri kita pun bisa. Lucunya mereka baca Bukhori terjemahan bahasa Indonesia. Oleh karena itu kita perlu mendapatkan ilmu langsung dari seorang guru, bukan baca-baca sendiri,” tambahnya dengan logat bahasa Melayu.
Menurutnya, yang perlu dipertanyakan dalam kasus ini adalah pemahamannya. “Hadits yang disampaikan itu shohih semua tapi perlu dipertanyakan apakah benar pemahaman mereka sudah shohih. Karena dalam berbagai kasus mereka sering mencatut hadits shohih namun diartikan sekehendaknya sendiri,” ungkap pria kelahiran Besitang Langkat Sumatera Utara.
Beliau juga menjelaskan teori cara mendapatkan sanad dari seorang guru. Ada empat metode untuk mendapatkan sanad. Diantaranya adalah ijazah dari seorang guru dengan lafad haddatsana, sama’an, qiro’atan, ijazatan dan lain-lain.
Ust. Dayrobi, menyimpulkan pemaparan yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad Husni, bahwa keshahihan sanad itu hal yang penting, tapi yang lebih penting lagi adalah keshahihan pamahaman.
“Dulu banyak orang yang menciptakan hadits maudu’, sedangkan sekarang banyak orang yang memaudu’kan hadits dho’if. Padahal di kalangan kita orang-orang Ahlus Sunnah wal Jamaah mengamalkan hadits maudhu’ tidak masalah asalkan dalam masalah fadho’ilul ibadah,” terang Redaktur Senior Sidogiri media itu.
Di penghujung acara Syaikh Muhammad Husni memberikan ijazah ammah semua kitab beliau dan ditutup dengan doa. (AMA)