فصل
جميع ما ذكر من فضل العلم واهله انما هو فى حق العلماء العاملين بعلمهم الابرار المتقين الذين قصدوا به وجه الله الكريم والزلفى لديه بجناة النعيم، لا من قصد به اعراضا دنيوية من جاه او مال او مكاثرة فى الاتباع والتلاميذ.
Semua keutamaan yang disebutkan tentang ilmu dan para ahlinya sebenarnya hanya berlaku bagi para ulama yang mengamalkan ilmunya, yaitu orang-orang yang saleh yang bertakwa, yang dengan ilmunya semata-mata bermaksud untuk mencari keridaan Allah Yang Maha Mulia dan kedekatan disisi-Nya di surga yang penuh kenikmatan, tidak berlaku bagi mereka yang dengan ilmunya bertujuan untuk kepentingan duniawi, seperti mencari kedudukan, harta, atau untuk memperbanyak pengikut dan murid.
فقد روى عن النبى صلى الله عليه وسلم
من طلب العلم ليجارى به العلماء او يمارى به الفقهاء او يصرف به وجوه الناس أدخله الله فى النار، رواه الترمذى.
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ: “Barang siapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau untuk mendebat para ahli fikih, atau untuk menarik perhatian manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. Tirmidzi)
وعنه صلى الله عليه وسلم:من تعلم علما لغير الله او اراد به غير وجه الله تعالى فليتبوأ مقعده من النار
Beliau ﷺ juga bersabda: “Barang siapa yang belajar ilmu bukan karena Allah atau menginginkan selain wajah Allah, maka hendaklah ia bersiap menempati tempat duduknya di neraka.”
وعنه صلى الله عليه وسلم: يؤتى بالعالم يوم القيامة فيلقى فى النار فتندلق أقتابه فيدور بها كما يدور الحمار بالرحى، فيطيف اهل النار فيقول ما لك، فيقول كنت آمرا بالخير ولا آتيه وأنهى عن الشر وإتيه.
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ: “Pada hari kiamat, seorang alim akan didatangkan, lalu ia dilemparkan ke dalam neraka. Ususnya terburai, kemudian ia berputar-putar dengannya sebagaimana keledai berputar di sekitar penggilingan. Maka, para penghuni neraka berkumpul mengelilinginya dan bertanya, ‘Apa yang terjadi padamu?’ Ia pun menjawab, ‘Aku dahulu memerintahkan kebaikan, tetapi aku sendiri tidak melakukannya, dan aku melarang keburukan, tetapi justru aku melakukannya.'”
وعن بشر رضي الله عنه اوحى الله تعالى الى داود عليه السلام: لا تجعل بينى وبينك عالما مفتونا فيبعدك تكبره عن محبتى. اولئك قطاع الطريق على عبادى
Diriwayatkan dari Bisyr _radiyallahu’anhu, bahwa Allah Ta’ala mewahyukan kepada Nabi Dawud alaihissalam: “Janganlah engkau menjadikan antara Aku dan dirimu seorang alim yang terfitnah, karena kesombongannya akan menjauhkanmu dari kecintaan-Ku. Mereka adalah para perampok atas hamba-hamba-Ku.”
وقال سفيان الثورى رضي الله عنه: انما يتعلم العلم ليتقى به الله، وانما فضل على غيره لانه يتقى به الله تعالى، فان اختل هذا القصد وفسدت نية طالبه بان يستشعر به التوصل الى منال دنيوي من مال او جاه فقد بطل اجره وحبط عمله وخسر خسرانا مبينا.
Dikatakan oleh Sufyan ats-Tsauri radiyallahu ‘anhu: “Sesungguhnya ilmu itu dipelajari agar seseorang dapat bertakwa kepada Allah. Ilmu itu lebih utama daripada yang lain karena dengannya seseorang bisa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Namun, jika tujuan ini rusak dan niat penuntut ilmu berubah menjadi untuk meraih kepentingan dunia, seperti harta atau kedudukan, maka pahalanya akan lenyap, amalnya sia-sia, dan ia akan mengalami kerugian yang nyata.”
وقال فضيل بن عياض رضي الله عنه: بلغنى ان الفسقة من العلماء ومن حملة القرآن يبدأ بهم يوم القيامة قبل عبدة الاوثان.
Fudhail bin Iyadh _radiyallahu’anhu_berkata: “Sampai kepadaku kabar bahwa para pendosa dari kalangan ulama dan para penghafal Al-Qur’an akan diadili lebih dahulu pada hari kiamat sebelum para penyembah berhala.”
وقال الحسن البصري رضي الله عنه: عقوبة العلم موت القلب، فقيل له ما موت القلب. قال طلب الدنيا بعمل الاخرة
Al-Hasan Al-Bashri _radiyallahu’anhu_ berkata:
“Hukuman bagi ilmu adalah matinya hati.”
Lalu ada yang bertanya, “Apa itu matinya hati?”
Beliau menjawab, “Mencari dunia dengan amal akhirat.”
Selesai Bab 1 Berlanjut ke Bab 2 >
Agus Amar Suchaemi AlBarbasy (Gus Amar), Alumni IKAHA (UNHASY) Tebuireng Jombang.