Bogor | LIPUTAN9NEWS
Salah satu isu viral belakangan ini adalah rekomendasi sekelompok orang yang mengatasnamakan Forum Purnawirawan. Ada 8 poin yang dicatat, namun yang menarik adalah poin pemakzulan wakil presiden lewat mekanisme MPR. Kita berharap semoga kasus ini bukan karena belum move on-nya para purnawirawan ini dengan dihapusnya Dwi Fungsi ABRI yang powerfull dizaman Orde Baru.
Namun yang lebih lucu lagi, usulan ini disambut gembira oleh para oponturir kanan baik dari parpol pesakitan pemilu presiden, pakar yang memang sedari awal punya dendam politik, maupun “katanya” aktifis, walaupun berlindung dibalik kebebasan berpendapat, demokrasi, dan bahasa-bahasa hipokrit lainnya.
Mungkin para pakar, aktifis dan politisi lupa bahwa perjuangan berdarah reformasi 98 sudah sampai pada titik sekarang dimana rakyat Indonesia diberi kesempatan yang sama oleh undang-undang untuk menentukan pilihannya secara langsung lewat mekanisme pemilu langsung. Tapi kebusukan hati mereka yang ingin menghancurkannya lewat suara segelintir oknum.
Kita bersyukur bahwa institusi resmi dari para purnawirawan tiga matra, baik TNI AD, TNI AU dan TNI AL sudah mengeluarkan pernyataan resmi yang berbeda dengan tuntutan para purnawirawan pengusul. Substansi institusi resmi para purnawirawan dari tiga matra ini jelas, tegas, dan substantif walaupun bahasanya sangat santun, visioner dan beradab.
Terlepas dari semua itu, ada beberapa catatan yang patut menjadi perhatian bagi siapapun (tidak hanya mereka yang mengatasnamakan Forum Purnawirawan) agar penyakit akut masa tua yang kadang terjadi bisa diantisipasi.
Saya coba sarikan dari beberapa artikel para ahli dibeberapa laman.
- Hati-hati dengan penyakit Post Power Syndrome (PPS) atau Sindrom Pascakekuasaan. PPS adalah kondisi kejiwaan yang dialami seseorang setelah kehilangan kekuasaan atau jabatan yang pernah dimilikinya. Dampak PPS bisa sangat serius, termasuk gangguan kesehatan fisik dan mental, seperti depresi, kecemasan, dan isolasi sosial. Pengidap PPS kadangkala tidak sadar kalau dirinya sudah tidak lagi punya hak istimewa. Mestinya mereka lebih fokus pada hal-hal lain yang lebih produktif dihari senjanya.
- Problem adaptasi. Memori kuasa masa lalu membuat mereka kesulitan membangun hubungan Baru. Jika seseorang terus-menerus memikirkan masa lalu, mereka akan kesulitan membangun hubungan yang baru dan sehat karena fokus mereka masih tertuju pada hubungan yang sudah berakhir.
- Problem alienasi sosial. Alienasi sosial, apalagi bermotif dendam amat bahaya bagi hubungan sosial.
Dendam dapat membuat orang sulit untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
Dendam dapat membuat Anda menghindari orang yang menjadi objek dendam, sehingga silaturahmi terputus.
Semoga kita semua bisa lebih bijaksana, mawas diri dan terus belajar dari kekurangan diri sendiri. Usia, status sosial, posisi kadang bukanlah garansi bagi seseorang untuk lebih bijak dalam bersikap. So, lebih baik persiapkan dari sekarang untuk berkompetisi ditahun 2029.
KH. Khotimi Bahri, Eksponen 98, Dosen STEI Napala Indonesia dan Pengurus PCNU Kota Bogor