• Latest
  • Trending
  • All
  • Politik
Sulaiman Djaya, Pekerja Budaya

Putri Artamis dan Pangeran Ramada (Dongeng Zaman Komoditas 6)

November 14, 2024
Gus Nadir

Catatan Nadirsyah Hosen atas Klaim “Penambangan Itu Baik, Asal Bukan Bad Mining”

June 15, 2025
PNIB Serukan Stop Premanisme di Ruang Sekolah

PNIB Serukan Stop Premanisme di Ruang Sekolah

June 15, 2025
Tambang PBNU

BEM PTNU Se-Nusantara: Distorsi Isu Tambang dan Upaya Pencemaran Nama Baik PBNU Harus Dihentikan

June 15, 2025
KH Agus Salim HS

KH. Agus Salim Apresiasi Pemkab Bekasi atas Penertiban Pasar Tumpah SGC

June 15, 2025
Kiai Taufik Hasyim

KH. Taufik Hasyim Ketua PCNU Pamekasan Wafat Usai Alami Kecelakaan di Tol Pasuruan-Probolinggo

June 15, 2025
Haji 2025

Terlambat Siapkan Makan Jemaah, BPKH Limited Berikan Dana Kompensasi kepada 20 Ribu Jemaah Haji

June 14, 2025
AA Bupati

Tingkatkan Layanan Publik, Ade Kunang Launching Platform Digital Lapor AA Bupati

June 14, 2025
Menag Nasar

Jemaah Tidak Dapat Makan, Nasaruddin Umar Minta BPKH Limited Beri Kompensasi Uang

June 14, 2025
BEM PTNU

BEM PTNU Terbitkan Seruan Terbuka, Minta Tindak Tegas Algoritma Tiktok Demi Keselamatan Generasi Bangsa

June 13, 2025
Masjid Ali-Iraq

Khutbah Jumat: Tetap Istiqamah Pasca Hari-hari Agung Dzulhijjah

June 13, 2025
  • Iklan
  • Kontak
  • Legalitas
  • Media Sembilan Nusantara
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Tentang
Monday, June 16, 2025
  • Login
Liputan 9
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
Liputan 9
No Result
View All Result
Home Lainnya Seni Budaya

Putri Artamis dan Pangeran Ramada (Dongeng Zaman Komoditas 6)

Oleh: Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya by Sulaiman Djaya
November 14, 2024
in Seni Budaya
A A
0
Sulaiman Djaya, Pekerja Budaya

Sulaiman Djaya, Pekerja Budaya

505
SHARES
1.4k
VIEWS

Banten | LIPUTAN9NEWS

Kisah pun berlanjut, sebelum nantinya memang harus dihentikan, seperti ketika kau membaca lembar-lembar buku fiksi dan dongeng kesukaanmu. Dan meskipun kisah dan cerita ini hanya dongeng rekaan semata, hanya hasil angan-angan pikiran dan imajinasi benak jiwa, tidak menutup kemungkinan bagian-bagian tertentu dari riwayat yang diceritakannya memiliki kemiripan dengan kehidupan nyata. Atau kau pernah membacanya dari dongeng yang lain dengan versi yang berbeda, tapi punya kepedihan dan kegembiraan yang tak jauh berbeda. Kali ini cerita kita sedikit kembali ke belakang.

Jauh sebelum ditemukan bangsa Amarik yang dipimpin kaum munafik yang senang menjarah dan menindas, Negeri Telaga Kahana adalah negeri yang tak mengenal rasa cemas dan tak mengalami rasa khawatir akan datangnya ancaman yang mengusik hidup mereka sehari-hari.

Dapat dikatakan, dan ini mendekati kebenaran meski tak akurat, kerakusan dan keserakahan yang datang dari luar negeri mereka-lah yang telah membuat para penduduk Negeri Telaga Kahana mengenal perang dan senjata. Bahkan pada batas-batas tertentu, mengenal kemarahan dan kebencian dalam hati dan jiwa mereka yang sebelumnya bersih dan murni bagai salju yang turun dari langit jernih negeri mereka. Juga dari rasa dendam yang sebelumnya tidak mereka kenal dan tak mereka rasakan.

BeritaTerkait:

Peta Lama untuk Perang Masa Depan (Dongeng Zaman Komoditas 8)

Wangsit Salaka Nagara (Dongeng Zaman Komditas 7)

Jenderal Roshtam dan Burung Dagaru (Dongeng Zaman Komoditas 5)

Ilias dan Perang Dadakan (Dongeng Zaman Komoditas 4)

Hal itu tak lain karena perang-lah yang telah memperkenalkan kepada mereka sekian pembunuhan dan kejahatan oleh manusia dengan teramat jelas di depan mata mereka.

Sebelum mengenal perang, para penduduk negeri itu hanya mengenal kematian sebagai sejumlah peristiwa kodrati yang alamiah, yaitu ketika mereka yang dijemput maut menjelma sebentuk asap sebelum kemudian menghilang ke udara. Akan tetapi, setelah mengenal perang dan pembunuhan, mereka yang mati tak lagi menjelma sebentuk asap dan menghilang ke keheningan dan kesejukan udara di negeri mereka yang menakjubkan itu.

Begitulah, sejumlah keajaiban yang sebelumnya ada dan terjadi pada mereka pun menghilang setelah mereka mengenal perang dan kejahatan. Singkatnya, setelah mereka mengenal senjata dan kebrutalan serta kebuasaan dan kerakusan.

Konon, berdasarkan sejumlah dongeng dan hikayat yang dipercaya para penduduk negeri itu, nenek moyang negeri Telaga Kahana berasal dari Negeri Sunda yang legendaris dan masyhur ke seantero jagat dunia, yang juga dipercaya sebagai asal muasal para penduduk atau Bangsa Farisa alias orang-orang Farsana.

Namun, benar atau tidaknya sejumlah dongeng dan hikayat tersebut, pada kenyataannya para penduduk Negeri Telaga Kahana berwujud seperti para peri dan sekaligus seperti manusia. Sedangkan orang-orang Farsana adalah orang-orang atau manusia-manusia yang mempercayai bahwa mereka diciptakan oleh Tuhan yang Esa, yang di masa lalu mereka menyebutnya dengan nama Ahuramazda yang Maha Agung.

Hal itu tentu saja berbeda dengan para penduduk negeri Telaga Kahana yang menyebut Tuhan mereka dengan nama Sang Hyang Kersa (Tuhan yang Maha Esa), nama yang mereka warisi dari leluhur mereka di Negeri Sunda yang masyhur.

Sebagai penduduk negeri Telaga Kahana, Zipora adalah keturunan Pangeran Ramada (yang merupakan pemimpin kaumnya) dan Putri Artamis yang legendaris, sebelum akhirnya Pangeran Ramada menjelma sebentuk asap dan menghilang ke udara, yang disusul kemudian oleh kematian Putri Artamis karena dilanda kesedihan dan kesepian setelah ditinggalkan suaminya.

Setelah kematian Pangeran Ramada dan Putri Artamis itulah, para penduduk negeri Telaga Kahana mempercayakan tampuk kepemimpinan negeri mereka kepada suami Zipora, sebelum akhirnya juga gugur dalam perang pertama mereka dalam rangka mempertahakan diri dari serangan pasukan dan para prajurit Amarik yang brutal dan tak mengenal belas-kasihan.

Demikianlah, selanjutnya, kepemimpinan itu dipercayakan kepada Zipora sendiri sebagai yang paling berhak sebagai keturunan langsung Pangeran Ramada dan Putri Artamis yang jelita, karena mereka ragu menyerahkan kepemimpinan tersebut kepada anak laki-laki Zipora, Ilias, yang kala itu masih kanak-kanak.

Barangkali mereka tak ingin membebankan kepemimpinan tersebut kepada bocah tulus yang harus terlebih dahulu matang dan berkembang sebagai lelaki, yang kala itu masih sebagai penggembala binatang-binatang ternak mirip domba, tapi yang ukurannya hanya sebesar kelinci ketika dewasa.

Siapa sangka, kecerdasan dan kedigdayaan mendiang Pangeran Ramada itu ternyata menitis dan menetes kepada cucunya, Ilias. Dan saat itu, pasukan khusus dari Negeri Farisa dan Negeri Lubnan itu akhirnya sampai di Kota Damas, sejumlah pasukan yang memiliki ragam keahlian dan keterampilan bertempur yang ternyata dipimpin Ilias, yang kini telah menjadi seorang jenderal tampan dan gagah dengan pangkat tertinggi. Jenderal Roshtam sendiri yang memberikan pangkat tertinggi tersebut atas restu langsung Raja Nazad Ahmadi dari Negeri Farisa.

Kedatangan Jenderal Ilias dan pasukan khususnya itu disambut langsung oleh Raja Rashab dan panglima perang tertinggi Negeri Suryan, yaitu Jenderal Runi Kalimi yang terkenal cerdik dan berkepala dingin, hingga seringkali hitungan dan strategi perangnya berhasil membuat kalang-kabut lawan-lawannya.

Sementara itu, ribuan pasukan Siis yang terus bergerak atas instruksi Rakab Dagabdi itu telah mencapai separuh jarak perjalanan mereka menuju Kota Ramad, di saat Ghasim sang prajurit Negeri Suryan didikan Jenderal Saada yang telah gugur beberapa waktu lalu telah berhasil menghimpun dan menyiagakan para pemuda di Kota Ramad untuk menjadi prajurit dadakan dan telah berhasil menungungsikan anak-anak, para lansia, kaum ibu serta kaum perempuan untuk hijrah ke Kota Daraa, sebuah kota yang cukup jauh dari kota mereka, kota Ramad yang tengah menanti ajang pertarungan melawan pasukan Siis yang terkenal bengis, keji, dan brutal itu. Pasukan yang dibentuk oleh bangsa Amarik dan bangsa Asrael.

Setelah mengadakan pembicaraan singkat di Kota Damas itu, Jenderal Ilias, Raja Rashab, dan Jenderal Runi Kalimi sepakat bahwa Ilias yang kini telah menjadi jenderal itu akan memberi kesempatan kepada para pemuda di kota Ramad untuk berjuang mempertahankan kota mereka dari gempuran pasukan Siis yang dipimpin Rakab Dagabdi Uba, sebelum ia dan pasukan khususnya akan turun tangan langsung demi menumpas garnisun pertama pasukan Siis yang menuju kota Ramad, sebelum garnisun lainnya datang, dan karena itu ia harus menghemat tenaga dan strategi tempurnya agar tidak habis dalam waktu singkat.

Dalam kesepakatan itu juga ditetapkan bahwa Jenderal Runi Kalimi dipercayakan untuk menyiagakan seluruh komandan, para jenderal, dan tentara Negeri Suryan untuk menghadapi garnisun atau pasukan Siis lainnya yang diperkirakan akan datang ke Negeri Suryan dengan jumlah yang lebih besar dan persenjataan perang yang lebih canggih. Bersambung

Sulaiman Djaya, (Pemerhati Kebudayaan)

Tags: DongengDongeng Zaman KomoditasPangeran RamadaPutri Artamis
Share202Tweet126SendShare
Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya, lahir di Serang, Banten. Menulis esai dan fiksi. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Koran Tempo, Majalah Sastra Horison, Indo Pos, Pikiran Rakyat, Media Indonesia, Majalah TRUST, Majalah AND, Majalah Sastra Kandaga Kantor Bahasa Banten, Rakyat Sumbar, Majalah Sastra Pusat, Jurnal Sajak, Tabloid Kaibon, Radar Banten, Kabar Banten, Banten Raya, Tangsel Pos, Majalah Banten Muda, Tabloid Cikal, Tabloid Ruang Rekonstruksi, Harian Siantar, Change Magazine, Banten Pos, Banten News, basabasi.co, biem.co, buruan.co, Dakwah NU, Satelit News, simalaba, dan lain-lain. Buku puisi tunggalnya Mazmur Musim Sunyi diterbitkan oleh Kubah Budaya pada tahun 2013. Esai dan puisinya tergabung dalam beberapa Antologi, yakni Memasak Nasi Goreng Tanpa Nasi (Antologi Esai Pemenang Sayembara Kritik Sastra DKJ 2013), Antologi Puisi Indonesia-Malaysia, Berjalan ke Utara (Antologi Puisi Mengenang Wan Anwar), Tuah Tara No Ate (Antologi Cerpen dan Puisi Temu Sastra IV di Ternate, Maluku Utara Tahun 2011), Sauk Seloko (Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI di Jambi Tahun 2012)), Kota, Kata, Kita: 44 Karya Para Pemenang Lomba Cipta Cerpen dan Puisi 2019, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Yayasan Hari Puisi, Antologi Puisi ‘NUN’ Yayasan Hari Puisi Indonesia 2015, dan lain-lain.

BeritaTerkait

Sulaiman Djaya, Pekerja Budaya
Seni Budaya

Peta Lama untuk Perang Masa Depan (Dongeng Zaman Komoditas 8)

by liputan9news
December 3, 2024
0

Bnaten | LIPUTAN9NEWS Setelah mereka mengalami sendiri dengan kerugian yang sangat besar bahwa mereka dapat dikalahkan oleh pasukan khusus dari...

Read more
Sulaiman Djaya, Pekerja Budaya

Wangsit Salaka Nagara (Dongeng Zaman Komditas 7)

November 14, 2024
Sulaiman Djaya, Pekerja Budaya

Jenderal Roshtam dan Burung Dagaru (Dongeng Zaman Komoditas 5)

November 1, 2024
Sulaiman Djaya, Pekerja Budaya

Ilias dan Perang Dadakan (Dongeng Zaman Komoditas 4)

October 30, 2024
Load More

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gus Yahya

PBNU Respon Rais Am JATMAN yang telah Demisioner dan Teken Sendirian Surat Perpanjangan Kepengurusan

November 26, 2024
Akhmad Said Asrori

Bentuk Badan Hukum Sendiri, PBNU: JATMAN Ingin Keluar Sebagai Banom NU

December 26, 2024
Jatman

Jatman Dibekukan Forum Mursyidin Indonesia (FMI) Dorong PBNU Segera Gelar Muktamar

November 22, 2024
Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

2397
KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

733
KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

140
Gus Nadir

Catatan Nadirsyah Hosen atas Klaim “Penambangan Itu Baik, Asal Bukan Bad Mining”

June 15, 2025
PNIB Serukan Stop Premanisme di Ruang Sekolah

PNIB Serukan Stop Premanisme di Ruang Sekolah

June 15, 2025
Tambang PBNU

BEM PTNU Se-Nusantara: Distorsi Isu Tambang dan Upaya Pencemaran Nama Baik PBNU Harus Dihentikan

June 15, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Media Sembilan Nusantara

Copyright © 2024 Liputan9news.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Wisata-Travel
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Dunia Islam
    • Filantropi
    • Amaliah NU
    • Al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Muallaf
    • Sejarah
    • Ngaji Kitab
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Seputar Haji
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Pendidikan
    • Sejarah
    • Buku
    • Tokoh
    • Seni Budaya

Copyright © 2024 Liputan9news.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In