JAKARTA | LIPUTAN9NEWS
Jelang pelaksanaan Dzikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara yang akan diselenggarakan di Masjid Istiqlal Jakarta pada Ahad malam (10/8/2025), situasi mulai menghangat. Kegiatan yang diprakarsai oleh JATMA Aswaja yang akan Luthfi bin Yahya itu mendapat penolakan keras dari Perjuangan Walisongo Indonesia – Laskar Sabilillah (PWI-LS).
Melalui sejumlah unggahan di media sosial, PWI-LS menyatakan bahwa mereka menolak kehadiran Luthfi bin Yahyadi Masjid Istiqlal karena dianggap membelokkan sejarah perjuangan Islam Nusantara”dan mengagungkan keturunan imigran Hadrami.
“Luthfi mewarisi pandangan sejarah dari Usman bin Yahya, Mufti Batavia yang menjadi bagian dari jaringan kekuasaan kolonial Hindia Belanda,” bunyi salah satu unggahan dari simpatisan PWI-LS di Facebook.
“Kami tidak bisa menerima tokoh keturunan pengkhianat bangsa berdakwah atas nama nasionalisme di rumah ibadah negara.” tulisnya dikutip dari Suara Nasional, Selasa (05/08/2025).
PWI-LS menuduh bahwa narasi yang dibawa oleh Luthfi bin Yahya lebih mengedepankan glorifikasi terhadap peran imigran Yaman ketimbang perjuangan ulama lokal seperti Sunan Gunung Jati, Pangeran Diponegoro, dan tokoh-tokoh pejuang pribumi lainnya.
“Mereka menilai bahwa narasi ini melemahkan identitas Islam Nusantara yang diperjuangkan oleh Walisongo,” jelasnya.
Yang membuat suasana kian tegang, sejumlah akun pendukung PWI-LS menyerukan aksi langsung ke lokasi kegiatan. Tagar seperti #GerudukIstiqlal dan #TolakLuthfi viral di grup Telegram dan Facebook, bahkan disertai ajakan untuk “membubarkan” acara.
“Malam 10 Agustus, kita turun. Jangan biarkan Istiqlal jadi panggung sejarah palsu,” tulis akun anonim di grup Telegram Pejuang Luruskan Sejarah.
Acara ini sejatinya dirancang sebagai momentum kebangsaan untuk memperkuat persatuan, dengan tema “Mengokohkan Cinta Tanah Air dan Perdamaian Dunia.” Luthfi dijadwalkan memimpin dzikir, dilanjutkan ikrar bela negara bersama jamaah yang diperkirakan datang dari berbagai daerah.
Polda Metro Jaya mengonfirmasi bahwa pihaknya akan menurunkan pengamanan sesuai SOP pengamanan kegiatan keagamaan besar.
Namun, sumber internal kepolisian menyebutkan bahwa mereka juga tengah memantau kemungkinan pengerahan massa dari simpatisan PWI-LS yang berpotensi mengganggu ketertiban umum.
PWI-LS merupakan kelompok yang muncul beberapa tahun terakhir dengan agenda “revitalisasi sejarah Islam Nusantara yang asli.” Mereka mengklaim membela warisan Walisongo dan menolak dominasi narasi dari tokoh-tokoh Arab Hadrami.
Kelompok ini sempat aktif dalam menolak pemakaian istilah “Islam Nusantara” jika dikaitkan dengan kalangan habib. Mereka juga menolak beberapa tokoh keturunan Arab menjadi imam besar atau pengisi ceramah nasional, dan pernah menggelar aksi di depan kantor Kementerian Agama pada tahun 2024 lalu.
Acara Zikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara sejatinya diniatkan sebagai ruang spiritual untuk memperkuat nasionalisme di tengah derasnya arus sektarianisme.
Namun demikain, penolakan dari kelompok seperti PWI-LS menunjukkan bahwa rekonsiliasi sejarah Islam Indonesia masih jauh dari selesai. Semua pihak kini berharap agar Ahad malam nanti, Masjid Istiqlal tetap menjadi ruang damai bagi seluruh umat, bukan arena benturan ideologis yang memecah belah.